Tell Me What Is Love

2.1K 119 0
                                    


"Apa kau rela membiarkan aku menikah di usia muda?" Jeonmyun berpikir ada sedikit ketidakrelaan namun bisa berbuat apa lagi.

"Rela saja jika kau menikah dengan pria yang baik." Jeonmyun menjawab asal-asalan karena bukan itu alasannya aslinya.

"Aku tidak mencintainya, tapi aku mencintai-" Perkataan Leera di potong oleh Jeonmyun.

"Kau menyukai orang lain?" Tanya Jeonmyun agak kaget.

"Hm." Jawab Leera singkat.

"Nugu?" Tanya Jeonmyun.

"Malaikatku." Jawab Leera sambil tersenyum menatap ke arah langit, dengan membayangkan wajah seaeorang yang berada di sampingnya.

"Malaikatmu?" Jeonmyun melihat Leera agak bingung, mengingat adiknya pencinta malaikat dan berbau fantasy.

"Ayolah, malaikat itu tidak ada Leera." Lanjut jeonmyun lembut dan manangkup kedua pipi adiknya saat menyadari isak tangis adiknya.

"Kau kenapa?apa ada yang salah?maafkan aku." Jeonmyun terlihat kaget melihat adiknya.

'Terlihat sangat rapuh, aku sangat jahat.' Pikir Jeonmyun.

Leera menggeleng, terus menangis. tak tahan melihat Leera menangis kini Jeonmyun memeluk Leera, dan Jeonmyun terlihat kaget saat merasakan Leera membalas pelukannya dengan kencang dan meremas baju Jeonmyun.

"Kau..kau malaikatku." Dua kata membuat badan Jeonmyun tegang mendengar itu Jeonmyun melepaskan pelukan Leera kencang.

"Apa maksudmu?!" Jeonmyun membentak Leera, hal itu membuat gadis kecil ini terpaku. baru pertama kalinya dia di bentak oleh Jeonmyun.

Leera terdiam melihat rahang Jeonmyun mengeras dan menatapnya dingin.

Jeonmyun berjalan dan menutup pintu kamar Leera dengan kasar meninggalkan suara yang terdengar kacau di kamar itu. Leera termenung mengingat kejadian yang tadi berlalu. dia menangis memandang langit yang penuh bintang.

Leera tersenyum miris. melamun tak tahu harus memikirkan apa. perasaan yang campur aduk, kepalanya seperti ingin pecah malam ini. Dia tidak tahan dengan perasaannya sendiri.

Setidaknya aku sudah mengatakannya.

**

Pria ini kini telah duduk di balkon kamarnya, menatap langit dengan pandangan kosong. tak tahu apa yang harus ia perbuat, sesekali ia menjentikan jari-jarinya. apa lagi yang harus dia hadapi setelah kematian pacarnya dan sekarang adiknya menyatakan cintanya pada pria ini.

Dia berpikir jalan terbaik yang ia bisa lakukan namun mengingat kerapuhan adiknya, ia tidak tega walaupun jalan itu sudah ia rencanakan jauh-jauh hari.

Jeonmyun POV

Tak ada yang lain? Kenapa harus aku.

Aku teringat sesuatu yang ku janjikan. di dalam surat itu, surat yang pernah ku tulis dan ku taruh di bawah laptopku.

Bagaimana bisa aku membentak gadis kecil itu, aku tidak sanggup memikirkan yang dilakukan gadis itu setelah ku perlakukan seperti itu. Apa salahnya menyatakan perasaan, kenapa aku membentaknya.

Aku tersenyum miris sesekali menjambak rambutku sendiri, aku bertekad untuk menjauhi adikku agar ia bisa mandiri tapi apa aku sanggup melihatnya?

Aku tau rasanya di tinggalkan oleh seseorang yang ku cintai, itu terlalu sakit sampai aku seperti tidak bernafas dan aku masih sedikit kuat tapi gadis itu. aku tak tahu, aku berharap dia kuat.

Aku bertarung dengan pikiranku.

Aku menggeliat di tengah tidurku, aku mendengar suara isak tangis entah berasal dari mana. aku berjalan ke arah sumber suara menampakan gadis di tepi kolam renang yang terlihat sangat rapuh sedang menangis. aku ingin sekali memeluknya, aku ingin menggapai pundaknya namun aku harus menarik tanganku lagi, dia harus lebih kuat dari ini.

nothing // o.s.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang