"hey, kau mengerjakan tugas minggu lalu tidak?"
"kertasmu sepertinya sudah terisi, boleh lihat?"
"cih tidak menjawab, sombong sekali"
"kau sih, sudah tahu dia bersikap dingin, untuk apa meminta bantuan padanya?"
Aku hanya melirik mereka, si kembar Natalie dan Merry, teman sekelasku yang seakan-akan terlahir dengan hobi merundungku. Ini sudah tahun kedua, dan rasanya aku mulai terbiasa dengan sikap mereka, yah, meski pada kenyataannya bukan hanya mereka, hampir seisi kelas -kalau tidak bisa dikatakan satu sekolah- memperlakukanku begitu.
Panggilan 'si dingin' , 'si ketus', atau 'si sombong' sudah terlalu lekat padaku, sampai-sampai mereka lupa bahwa namaku Iclyn, yang secara harfiah memang berarti salju.
Sementara si kembar berjalan menjauh, aku hanya diam sambil menatap jauh keluar jendela, memperhatikan serpihan salju yang berjatuhan. Bulan Desember memang selalu membuatku merasa lengkap. Dipanggil 'si dingin', udara yang dingin, dan jangan lupa makna namaku sendiri, salju. Bulan ini benar-benar terasa seperti aku.
"hey putri Chione!"
Ah, aku lupa satu panggilan lagi yang melekat padaku, Putri Chione. Panggilan ini belum lama melekat padaku, baru beberapa bulan lalu, sejak angkatan senior kami mendapatkan pelajaran mitologi Yunani. Chione sendiri adalah seorang dewi salju, jadi jelas bagaimana panggilan ini melekat padaku, karena mereka menganggapku bersikap dingin. Mungkin mereka menganggapku anak dari sang dewi salju karena sikap dinginku? Entah, aku sih senang-senang saja.
Aku menoleh, dan menemukan Holly, senior setahun diatas kami -yang jelas sudah mendapat mata pelajaran mitologi- , teman dekat si kembar Natalie dan Merry yang sama jahilnya.
"tadi Natalie dan Merry ingin melihat tugas sekolahmu, tapi kau malah bersikap dingin. Ya ya, aku paham kau tidak ingin memberi mereka contekan karena kau sangat suci..."
Baiklah, panggilan lain lagi, 'si suci', hanya karena tidak suka memberi contekan.
"...jadi aku tidak akan memintanya baik-baik, aku akan mengambilnya"
Holly berusaha menarik kertas tugasku, tanganku secara otomatis mendorongnya, membuatnya sedikit terhuyung kebelakang.
"kau- astaga. Apa tidak ada yang bisa mengajarimu sopan santun? Aku ini senior mu!"
Kau baru saja merebut barang yang bukan milikmu, jangan bicara sopan santu padaku.
"ah benar, memang tidak ada yang mengajarimu sopan santun, kau 'kan tidak punya orangtua"
Aku berdiri, tanganku menggenggam pinggiran meja. Beberapa orang dibelakangku menarik nafas mereka- seakan-akan terkejut. Aku hanya menatap lurus ke mata Holly, menunjukan bahwa aku tidak suka siapapun berbicara tentang statusku sebagai seorang yatimpiatu. Aku menyambar tasku lalu beranjak pergi, sepertinya aku akan membolos lagi.
Kelas terasa mendingin sementara kakiku melangkah keluar, aku tidak peduli dengan teman-teman kelasku yang berteriak "dingin! dingin!"
--
Aku menghempaskan diriku di sebuah kursi di pojok perpustakaan, berusaha merenung tentang sifat dinginku.
Aku sendiri tidak paham, aku hanya tidak suka berinteraksi dengan orang lain. Aku tidak suka bicara, aku lebih suka merespon orang lain dengan singkat. Teman-teman sekolah bukan orang pertama yang membicarakan sifat dinginku ini. Kakekku berkali-kali menasihatiku mengenai sikapku yang dingin ini, "kau tidak boleh bersikap dingin begini" , "bagaimana caramu bergaul jika kau bersikap dingin", dan seterusnya. Tetapi apa yang harus kulakukan? aku memang benar-benar tidak suka berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daughter of Madam C
General FictionAku sendiri tidak paham, aku hanya tidak suka berinteraksi dengan orang lain. Aku tidak suka bicara, aku lebih suka merespon orang lain dengan singkat. Kakekku berkali-kali menasihatiku mengenai sikapku yang dingin ini. Tetapi apa yang harus kulakuk...