Disalah satu lorong sempit diantara bangunan rumah warga, seorang gadis berjalan sendirian ditengah malam."Ah, gawat! Ibu pasti akan marah. Aku harus cepat-cepat!"
Gadis itu mempercepat langkahnya, namun beberapa saat kemudian langkahnya berhenti karena dia mendengar sesuatu.
"Lagu? Siapa yang bernyanyi malam-malam begini?"
Gadis itu merinding. Namun karena rasa ingin tahunya, dia mencoba untuk mencari tau sumber dari nyanyian yang ia dengar.
♪... Kaulah sang cahaya dan aku sang bayangan.
♪ Takdir memisahkan lima bersaudara yang malang.
♪ Jika semuanya demi melindungimu.
♪ Apapun akan kulakukan demi itu.
Suara itu semakin lama terdengar semakin jelas bagi gadis itu.
"Merdunya..."
Gadis itu terus berjalan sampai dia tiba didekat sebuah rumah besar yang sudah ditinggalkan.
"Bukannya ini rumah misterius yang dirumorkan itu?"
Tidak ada yang tau mengapa rumah itu ditinggalkan atau bagaimana rumah itu tetap terjaga kondisinya meski sudah ditinggalkan selama bertahun-tahun.
Ada beberapa rumor yang tersebar tentang rumah itu. Ada beberapa orang yang bilang kalau rumah itu dihuni oleh hantu rubah. Dan ada beberapa yang bilang mereka melihat seorang anak laki-laki berambut hitam yang sering datang dan pergi dari rumah itu, namun menghilang di tengah jalan saat mereka mengikutinya.
Akan tetapi semua rumor itu tidak mampu menahan rasa ingin tahu sang gadis, dan bahkan membuat rasa ingin tahu sang gadis lebih kuat.
"Aku juga ingin tahu apakah rumor-rumor yang beredar itu benar adanya."
Sang gadis berjalan mendekat dan saat tiba didepan pintu gerbang dari pagar yang mengelilingi rumah itu, sang gadis melihat seorang.
"Anak laki-laki?"
Setelah pandangan sekilas itu, sang gadis mulai mengamati anak itu. Dan dari pengamatan itu, sang gadis tau bahwa dia adalah sumber dari nyanyian yang dia dengar.
Dan tanpa sengaja anak laki-laki itu berbalik dan menatap sang gadis.
Anak laki-laki. Rambut hitam dengan ujung berwarna merah. Mata biru langit. Sepasang telinga rubah. Satu kesimpulan yang sang gadis dapatkan. Dia cukup tampan.
"Ah!"
Tersadar dari keterkejutannya, anak laki-laki itu kabur meninggalkan sang gadis dibelakangnya.
"Anak itu.... Dia punya banyak ekor...."
Keesokan harinya....
"Apa kau tidak salah lihat?"
"Tidak, aku benar-benar melihatnya."
Didalam sebuah kelas di Akademi Raisen, dua anak gadis sedang berbincang-bincang sambil menunggu jam pelajaran pagi dimulai. Dan salah satu dari dua gadis itu adalah gadis yang sama yang pergi ke rumah kosong semalam.
"Mana mungkin manusia rubah berekor lima menunjukkan dirinya seperti itu. Kau mungkin salah lihat."
"Dia benar-benar memiliki lima ekor. Dan wajahnya juga cukup tampan dengan mata birunya."
Dan tiba-tiba saja dari luar kelas terdengar suara keributan yang membuat kedua gadis itu berhenti bicara dan melihat keluar jendela.
"Minggir kau!"
"Akh!"
"Orang lemah sepertimu tidak pantas ada disini, kau tau!"
Terlihat seorang anak lelaki bertubuh besar mendorong jatuh satu anak laki-laki lain yang menggunakan kacamata. Karena sebuah keberuntungan, teman sang gadis yang kebetulan muncul dari belakang turun tangan.
"Hei kau! Jika kau tidak ingin mendapat hukuman, tinggalkan anak itu. Hanya pecundang yang menindas orang yang lebih rendah darinya."
Anak laki-laki bertubuh besar itu memandang teman sang gadis dengan tatapan tidak suka, namun memilih untuk pergi.
""Kau tidak apa-apa?"" Kedua gadis itu keluar kelas dan bertanya kepada anak laki-laki berkacamata itu dengan nada khawatir.
"Aku tidak apa-apa. Maaf sudah mengganggu kalian. Dan terima kasih sudah membantuku."
"Hei..."
Setelah mengucapkan terima kasih, anak laki-laki itu langsung pergi meninggalkan kedua gadis dan seorang teman mereka.
"Hah.... Maafkan soal dia ya, Irene, Sheila."
"Tidak apa-apa."
"Apa dia kenalanmu Hans?"
"Yah... Sebenarnya dia adalah teman dari temanku. Jadi aku tidak benar-benar mengenalnya."
"Begitu..."
"Irene? Ada apa?"
"Entah kenapa aku merasa dia mirip dengan anak yang kutemui semalam."
"Semalam?" Hans yang tidak tahu bertanya.
"Iya. Irene bilang kalau semalam dia melihat anak laki-laki di rumah kosong itu, dan anak itu langsung kabur begitu melihat Irene. Tapi sepertinya itu tidak mungkin anak yang sama."
"Mengapa kau bilang tidak mungkin?"
"Karena yang aku temui semalam adalah anak laki-laki fox-kin merah berekor lima."
Mendengar ucapan Irene, Hans langsung terdiam.
Mungkinkah?
Itu tidak mungkin 'Dia' kan?
Seperti itulah apa yang ada di kepala Hans saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai no Kuroi Tenshi : Side Stories
FantasyCerita sampingan dari dan untuk mendampingi cerita Isekai no Kuroi Tenshi ni Naru Catatan: Timeline tidak teratur. Antara satu judul (misal Red Fox) dengan judul lainnya (bukan Red Fox) tidak berada di timeline yang sama.