Jakarta, 08 Februari 2013
Isak tangis kini mendominasi tempat pemakaman umum yang terlihat suram karena kesedihan dari keluarga yang berduka. Alam seakan tahu bagaimana pahitnya kenyataan ditinggalkan oleh orang yang disayang, oleh seseorang yang selama ini dianggap penting dalam hidup. Manusia mana yang tidak bersedih kehilangan sosok Ibu tercinta.
Seperti gadis kecil berkepang dua yang berjongkok di samping batu nisan sang Ibunda. Menangis pilu meratapi kisahnya yang belum dimulai harus ditinggal untuk selamanya oleh sang mutiara Bunda. Usianya baru menginjak 10 tahun sudah menyandang status anak piatu, entahlah beberapa kerabat yang masih tinggal pun ikut merasakan sedihnya kehilangan sosok berbudi luhur itu.
"Ibu ... Ibu jangan tinggalin Ana!"
"Ibuuuu...."
Tangan mungil itu meremas gundukan tanah yang masih basah, seperti menyalurkan ketidakrelaannya terhadap sosok yang terbaring di bawah tanah sana.
Rifal---sang Ayah yang berjongkok di samping gadis itu merangkul bahu putri bungsunya agar lebih tenang. "Kamu yang sabar, di sini masih ada Ayah. Jangan sedih, kita belajar mengikhlaskan Ibu," ucapnya pelan menenangkan sang anak.
Gadis kecil itu menghiraukan ucapan Ayahnya, ia tetap menangisi almarhumah, Memperlihatkan betapa sedihnya yang dirasakannya.
"Jangan tinggalin Ana bu...."
Semuanya memejamkan matanya paksa. Karena tak tega melihat Kiana sehancur ini.
"Sayang, kita pulang, yuk. Ayah juga sama sedihnya kaya kamu, tapi Ayah berusaha kuat, kok. Jadi, kita pulang ya sayang. Kapan-kapan kita datang ke sini kalo kangen sama Ibu." Nyatanya Ajakan sang Ayah masih enggan didengarkan. Seperti hidup di dunianya sendiri. Gadis kecil imut itu terus berceloteh sambil menangis.
"Ikhlaskan ya nak, semua orang juga akan mengalami kematian. Hidup itu enggak kekal, kita harus ikhlas yah. Ibu sudah tenang dan bahagia di sana." Rifal merengkuh tubuh anaknya, menyalurkan kekuatan yang sebenarnya ia pun sama rapuh di tinggalkan istrinya.
"Fal, biarkan Ana seperti ini dulu. Dia masih ingin berada di dekat Ibunya. Kita tunggu sampai anakmu benar-benar lelah," ujar salah satu Kakak dari Almarhumah Istrinya, dia Ferdi namanya.
"Tapi...."
"Sudahlah Fal, jangan memaksakan Ana untuk pulang. Kita sebagai orang tua harus mengerti apa yang anak kita inginkan. Percayalah, lambat laun Ana mengikhlaskan Ibunya disisi Tuhan." Kali ini Hengki yang berucap sambil menepuk bahu Rifal. Pria yang notabene-Nya adik dari Ferdi sekaligus kakak bagi almarhumah.
Rifal menghela napas sesaknya, walau bagaimanapun ia juga sama belum sepenuhnya mengikhlaskan kepergian istri yang sangat ia cinta itu. Pada akhirnya Pria beranak dua itu mengangguk setuju dengan apa yang diucapkan oleh dua kakak iparnya.
Tiba-tiba putri Rifal yang lain mengeluh, "Ayah ... kepalaku pusing." setelah itu gadis remaja itu tidak sadarkan diri. Membuat semuanya panik, tak terkecuali Kiana yang masih sibuk bermonolog di samping makam Ibunda.
"Rifal, bawa pulang putri kamu!" panik Mona, Istri dari Hengki.
"Iya, Mba."
Setelah Rifal sudah menggendong putri pertamanya tatapannya beralih kepada putri bungsunya.
"Paman Rifal, paman tenang aja. Biar Shandy yang nemenin Ana di sini," ujar remaja lelaki seusia putri sulungnya. Dia Shandy, putra pertama dari Ferdi.
"Iya Paman, enggak cuma bang Shandy kok, ada aku sama bang Fenly juga yang nemenin adek," timpal anak lelaki yang lain, dia Fiki putra satu-satunya Hengki.
"Iya Fal, anak-anak biar aku yang jagain." Rifal mengangguk berterimakasih kepada kakak ipar pertamanya. Setelah itu ia segera pergi membawa pulang putri sulungnya beserta Hengki juga Istrinya.
Kini tinggal Kiana, Shandy, Fiki, Fenly, dan Ferdi. Suasana menjadi sunyi. Kiana sudah tak bermonolog lagi, yang gadis kecil itu lakukan hanyalah menangis diiringi isakan pilu tanpa air mata yang mengalir. Mungkin gadis malang itu sudah merasa lelah untuk bersuara.
Dalam hati, Ferdi merasa tidak percaya atas kepergian adik perempuan satu-satunya. Padahal kemarin ia sempat berbincang lama dengan wanita cantik itu, merasa bahwa adiknya itu baik-baik saja dengan obrolan mereka yang terlihat menyenangkan. Sebagai seorang kakak Ferdi merasa terpukul atas semua yang terjadi.
"Baru kemarin kamu ngobrol panjang, Lin." Ferdi mengusap matanya yang berair kembali. "Jadi, ini alasan kamu minta jagain anak-anak sama Abang?"
Ferdi tak kuasa untuk tidak menjatuhkan air mata, terlalu sulit jika ia terus menahannya.
Lain lagi dengan Shandy. Remaja lelaki yang menyandang status anak SMA itu menatap lurus makam Bibinya. Tak menyangka wanita baik seperti Bibinya itu harus mendahului orang-orang sekitarnya. Bayang-bayangnya masih terasa, perlakuan Bibinya yang selama ini selalu dijadikan panutan masih diingat. Ia pun merasakan kehilangan Bibi tercintanya dan ia berangan-angan untuk selalu menjaga Kiana di mana pun keadaanya, mengingat almarhumah sempat memberinya pesan kepadanya; untuk selalu menjaga Kiana selama masih bernafas.
Aku janji Bibi, aku akan selalu menjaga Kiana sampai besar nanti. Sebisa mungkin Shandy akan jadi tameng kesedihannya Ana. Ini janji Shandy, Bi.
Fenly dan Fiki pun sama, mereka sama-sama berjanji untuk terus selalu ada untuk adik sepupu kecil mereka, Kiana Regina Parham.
''Bibi tenang di sana, Fenly bisa jagain adek.'' Fenlyberucap dalam hati.
''Fiki janji, sampai besar nanti Ana akan aman bersama denganku," gumam Fiki sambil merangkul Kiana.
"Soalnya aku ini Superman-nya Ana. Bibi masih ingat 'kan? Dulu Bibi selalu nyebut Fiki Superman, karena Bibi selalu menjadikanku utusan untuk selalu menjaga Ana," lanjut Fiki diakhiri dengan tangisan kencang, dan tak lupa tangannya meremas gundukan tanah di depannya.
Setelah beberapa saat, keempatnya saling berpandangan. Menyalurkan rasa sedihnya melalui tatapan sendu mereka. Seakan terikat keempat anak itu berpelukan layaknya teletubis sambil menangis tersedu-sedu. Hal itu sontak membuat atensi Ferdi teralihkan. Senyum tipisnya ia tampilkan. Setidaknya anak berserta keponakannya akan selalu menjaga berlian milik almarhumah.
Dan dari sinilah, awal kisah dari Kiana dimulai. Bersama ketiga Abangnya yang selalu ada untuknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Mastah untuk Kiana | UN1TY
FanfictionKisah seorang gadis yang selalu diistimewakan oleh ketiga abangnya. Start: 11 Mei 2021 Finish: -