Jadi, siapa di sini yang belum dewasa?
***
Malam minggu kali ini, para abang sepupu Kiana menginap di rumahnya. Mereka sekarang mendadak menjadi lebih over protektif dibandingkan sebelumnya. Mungkin karena kejadian kemarin, membuat tiga lelaki itu dengan tegas menunjukan sisi kecemasan terhadap Kiana. Bisa dibilang paranoid. Memang, mereka sangat begitu perhatian kepada Kiana sampai hal sedetail pun mereka wanti-wanti untuk tetap menjaga Kiana. Karena bagaimanapun, baik Shandy, Fenly maupun Fiki sudah diberi amanah dari almarhumah.
Seperti biasa, mereka duduk lesehan di karpet army depan televisi. Menikmati jajanan ringan ala minimarket, tak lupa dengan minuman-minuman kaleng yang bersoda. Di tambah kabel roll yang panjang dengan empat charger di tiap colokannya.
Gadis remaja SMA itu sesekali berdecak kesal atas tingkah laku ketiga abangnya. Bagaimana bisa, mereka membuat aturan yang mampu membuatnya syok dan stress.
"Na, apapun yang berhubungan dengan cowok kamu hindari."
"Kalo ada cowok yang mau deketin kamu, kamu harus menolak tegas. Jangan menye-menye."
"Berangkat sama pulang wajib sama bang Fenly atau bang Fiki."
"Batasi pergaulan, yang boleh kamu gauli hanya yang perempuan. Itu juga kamu harus pandai memilih, temen cewek jaman sekarang itu suka menusuk dari belakang."
"Kalau hanya ada satu, ya enggak apa-apa. Asalkan tulus berteman."
"Ingat ya, Na. Kamu kalo pulang hari senin sampai rabu harus nunggu bang Fiki selesai basket." Fiki tersenyum picik ke arah Kiana saat mendengar ucapan Shandy.
"Abang sekarang udah sibuk banget sama kerjaan kantor," ujar Shandy menjeda, membasahi bibirnya yang sedikit kering.
"Jadi, bakal jarang banget abang antar jemput kamu di sekolah."
"Terus kalo hari kamis sampai jum'at, kamu berangkat dan pulang harus sama bang Fenly. Enggak boleh sendiri! Kalo bang Fenly ada les tambahan, kamu minta antar pulang sama bang Fiki! Inget jangan sendiri, apalagi sama temen." Fenly hanya diam, menyimak saja.
Kiana menelan ludahnya sendiri. Yang benar saja, pulang bareng teman, kok sekarang dilarang?
"Apalagi with a boyfriend," timpal Fiki santai. Cowok itu menyeringai ketika diberi tatapan tajam dari Kiana.
"Kiana enggak punya!" Hanya dengan Fiki Kiana sedikit berani, jika bersama Shandy ataupun Fenly cukup saja melihat ketidakberdayaan dari seorang Regina Parham.
Fiki menghela napas. "Iya gue ralat, temen cowok, doang. Inget pake doang."
"Baik temen cowok doang, ataupun cowok spesial tetep aja sama. Enggak boleh! Makhluk yang namanya cowok itu enggak ada yang baik di dunia ini," ujar Shandy menggebu-gebu.
"Iya, enggak ada yang tulus, serius." Fiki ikut menambahkan. Sedangkan Fenly mengangkat sebelah alis kanannya.
"Berarti Abang-abang enggak ada yang baik dong, kalian enggak tulus dong sama Kiana. 'Kan kalian cowok," kata Kiana menampilkan tampang polosnya.
Bibir Fenly berkedut, cowok itu sedang menahan tawanya.
Shandy melirik Fiki, begitupun sebaliknya. Keduanya sama-sama meringis ketika apa yang telah diucap menjadi senjata makan tuannya sendiri.
Shandy tergagap sendiri, bola matanya menari-nari mencari alasan. "Ya enggak gitu juga. Emang cowok di luaran sana banyak yang kayak gitu, kecuali ya bang Shandy, Fenly, sama Fiki. Kita 'kan saudara kamu, Masa iya tega banget ngasih perhatian yang enggak tulus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Mastah untuk Kiana | UN1TY
FanfictionKisah seorang gadis yang selalu diistimewakan oleh ketiga abangnya. Start: 11 Mei 2021 Finish: -