7. Serba salah kayak Raisa

106 13 1
                                    

Semenjak kejadian sore kemarin, sikap ketiga sepupunya semakin menjadi-jadi. Kesan yang terpartri di benak Kiana adalah lebay. Mereka terlalu hiperbola terhadapnya, sampai-sampai hal-hal yang tak terduga mereka lakukan.

Seperti tadi pagi, Fenly dan Fiki menjadi utusan ketua siapa lagi kalau bukan Shandy, yang tertua dan berkuasa. Dua cowok itu seperti penguntit ulung yang selalu kemana-mana mengikuti. Kiana saat itu sedang di toilet, lalu setelah keluar ia dikejutkan oleh kedua abangnya yang berlipat tangan depan dada, menatapnya angkuh.

"Lo kalo mau kemana-mana harus bareng temen, jangan sendiri. Nanti di gangguin cowok lagi," ujar Fiki santai.

"Apalagi ke toilet, anak berandal sekolah itu iseng banget. Ngintip ke toilet cewek. Mau lo jadi korban, mereka?" lanjutnya.

Sedangkan Fenly hanya diam tak ikut menimpali, cowok itu terus menatap datar adik sepupunya yang seperti menahan kesal.

"Makanya kita kesini, mau pantau lo supaya aman dalam pengawasan."

Ada lagi, waktu di kantin istirahat kedua. Saat itu hanya Fiki sendiri tanpa Fenly yang menemani. Dia memergoki Kiana yang sedang digoda Gilang, teman satu kelas Kiana. Tanpa segan, Fiki menarik kerah dan melintir tangan Gilang yang hampir mencolek dagu Kiana.

Suasana kantin mendadak ricuh akibat perlakuan Fiki pada Gilang. Bukan apa, maksud Gilang hanya menggoda Kiana yang sepertinya memiliki perasaan terhadap Fajri, temannya. Tidak lebih.

Tapi bagi Fiki itu melampaui batas, apalagi berani-beraninya hendak menyentuh miliknya. Ah ralat, adiknya.

"Aw! Aw! Kak, sakit nih!"

"Nanti tangan gue bisa patah, entar Mawar enggak suka lagi sama gue, aw!"

Fiki tidak peduli rintihan Gilang, yang dia inginkan hanyalah sebuah pelajaran bagi mereka yang berani-beraninya mengusik adiknya.

Sementara Mawar berdecak jijik dengan ucapan Gilang. Gadis itu merasa tidak terima jika dirinya disebut-sebut menyukai Gilang.

"Gue enggak peduli mau lo tangannya patah sekalipun!" Fiki semakin kuat melintir tangan Gilang ke belakang.

"Aaah, sakit, Kak!"

"Ampun, Kak. Ampun."

Kiana meringis melihat itu. Ia tak tega melihat Gilang kesakitan. Walaupun ia juga kesal dengannya, akan tetapi ia tak tega jika cowok itu diperlakukan kasar oleh abangnya.

"Ini buat lo yang berani-beraninya gangguin adik gue!"

Gilang kembali mengerang kesakitan, banyak yang menontonnya bahkan memvideo-nya, namun tak berani untuk memisahkan mereka.

"Bang! Lepasin Gilang!" pekik Kiana keras. Gadis itu sudah tidak sanggup melihat Gilang kesakitan.

Fiki menoleh, menatap Kiana tajam seolah menyuruh adiknya itu untuk tetap diam saja.

"Bang, tolong lepasin," ujar Sarah. Gadis itu pun sama, tak tega melihat Gilang kesakitan.

"Apaansih, biarin aja kali. Itu tuh pelajaran buat buaya kaya Gilang!" Nampaknya hanya Mawar yang sangat senang melihat Gilang menderita.

Sarah mendengkus, dia menatap malas Mawar yang berdiri di sebelahnya. "Jangan gitu, dia juga temen kita kali." Mawar menghiraukan ucapan Sarah.

"Ampun, Kak. Gue enggak akan ulangi kesalahan lagi, deh. Gue janji enggak akan gangguin adek lo, suer." Gilang terus memohon agar Fiki mau melepaskannya, membiarkannya bebas lalu menyembuhkan rasa sakit di lengannya.

Fiki itu keras kepala, walau tampangnya jenaka, akan tetapi sisi keras kepalanya itu garis keras dan tidak berperasaan. Dia menurun dari sifat Papanya.

3 Mastah untuk Kiana | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang