em·pat

1.3K 191 12
                                    

"Dimana—?"

"Oh lagi nyari celana"

"Untuk apa—" jeda sebentar tapi Jaemin tetap meneruskan kalimat di panggilan telpon "— oh aku tau— buat sumpah kakak kan"

"Yeah!!"

"Jas nya udah?" Tanya Jaemin lagi.

"Udah sih— khusus dibuatin Mami"

"Owalah kalau gitu yaudah" ini Jaemin gak penasaran lagi. Padahal Mark di sebrang sana sudah menunggu pertanyaan selanjutnya.

"Gak mau tanya apalagi gitu?"

"Nggak ada— kan udah bilang 9 april nanti kan Acaranya di gedung serbaguna"

"Shshshsh bukan itu—"

Jaemin menyeritkan dahi tidak tau apalagi yang musti di koreksi.

"Terus apalagi?" Tanya Jaemin

"Kamu gak nanya aku mau apa gitu" Mark malah balik nanya.

Kalau Mark sekarang lihat Jaemin merotasikan bolamatanya malas pasti ditegur juga.

"Kamu usahain diri kamu hadir kan ya?"

Dengan sedikit menggoda. Jaemin berujar dengan nada yang membuat Mark keringat dingin tak terkira "Uhmm kan kita udah diskusi kak— hari itu aku ada Ujian. Kamu tau kan Prof Han gak mau telat barang sedetikpun"

Mark Hening. Jaemin terkekeh pelan sambil menghalangi suara cekikikannya.

"Aku kira masih ada kesempatan"

"Gimana dong?" Ini Jaemin akting sedih. Apa gak Mark nya gak Luluh.

"Iyaa gak papa sayang— lagian besoknya kita bisa ketemu"

Bohong kalau Jaemin tidak tertawa keras saat Mark mengatakan itu. Tedengar Hopeless sekali tunangannya kalau Dirinya tidak akan hadir di hari besar Sumpah Dokter Marknya.

"Yaudah— sudah dulu ya. Mau antar catatan ke Poli sana"

"Okeyy— semangat ya tugasnya"

"Iyaa—"

Begitu kecupan yang Mark beri setiap biasa diakhir panggilan mereka. Jaemin mengakhiri panggilan seketika itu juga.

Jaemin berujar pelan "Maaf ya kak aku bohong— hehehe mau ngasih kejutan"

Dengan itu langkah ringan Jaemin ambil untuk mengerjakan tugasnya kembali hari itu.

"Nggak ya— gak ada tunda tunda makan siang, mau mimisan kayak kemaren" Renjun udah ngomel ngomel aja buntutin Jeno yang lagi buru buru ke nurse station utama di Lobi depan.

"Tapi ini kasusnya belum selesai sayang" kata Jeno melambat jalan.

"Jen— kamu drop 2 hari lalu dan sekarang kamu bahkan belum istrahat siang"

"Bentar ini lagi ya— dikit lagi terus aku makan" kata Jeno ingin mengakhiri perdebatan.

"Aku dikasih tau Eric kalau kamu Nolak makan lagi— Jeno gak usah ditemeni"

Jeno berhenti mendengar kata kata Renjun. Berbalik menghadap yang lebih kecil.

"Kamu bilang apa?"

"Jeno gak usah ditemeni"

"Kayak anak kecil aja" dengan itu Jeno melongos pergi dan Renjun merutuki diri ditempat.

"Nu— aku mau ngomong serius sama kamu"

Ini posisi Sunwoo lagi ngemil Cheetos sambil ngerjakan PPT buat presentasi Case.

"Humm ngomong aja"

"Serius lo ini nu" tekan Eric lagi.

"Iyaaa— ada apa? Kenapa?" Tapi fokus Sunwoo masih di layar laptop kerja.

"Aku lihat kamu di gala dinner keluarga Na— di lobi gedungnya"

Sunwoo berhenti. Menoleh Eric sebentar. Mengerutkan dahi.

"Aku?" Tunjuk Sunwoo pada diri Sendiri.

"Aku kan lagi jaga" Sunwoo berkilah. Menyangkal pernyataan Eric padanya.

"Nggak ada yang ditutup tutupin dari aku kan?"

"Kamu gak pakai kacamata ya" Sunwoo mengalihkan pembicaraan.

Eric tidak berbicara kacamata. Melainkan kehadiran Sunwoo di Gala dinner keluarga Na.

"Kok jadi bahas kacamata?"

"Kamu kan kalau ngelihat dari jauh burem ric, gak bisa lihat kalau gak pakai kaca mata atau lensa— kali aja kamu salah tafsir— aku Lo jaga. Tau sendiri kan jadwal aku gimana"

Berusaha menyakinkan. Sunwoo mengungkap kebenaran kalau Eric terkadang emang butuh Kaca mata untuk bantu pengelihatan.

"Iyaa— tapi nu—"

"Sayang— tanya bomin dah. Aku kebetulan jaga sama dia"

Ini Sunwoo berusaha meyakinkan.

"Dahlah gak perlu— iya kali aja aku salah— tapi kamu gak punya kembaran kan?"

"Kamu tau kan sodara aku cuman 2. Kakak 2"

Eric angguk angguk lagi. Oh iya Eric baru sadar Sunwoo jarang sekali cerita perihal keluarganya. Cuman sebatas kakaknya yang Pertama itu Bisnis Baju katanya. Kayak online gitu tapi Eric gak tau tokonya.

Yang satunya laki laki— kerja di perusahaan biasa.

Sebatas itu. Orang tua.

Ah Sunwoo pernah cerita. Orang tua Sunwoo dikampung.

Dengan itu Eric percaya percaya aja.

Apasih yang harus dibuktikan kalau cinta sudah cukup membutakan.

Dan Eric percaya pada penuturan Sunwoo sepenuhnya.
Gak tau dibalik kebenaran yang semestinya gimana.

"By—"

"Eum—"

Balas Felix enggan karena ia masih sibuk dengan beberapa kerjaan.

"By starbuck reverse— apaan sih maksudnya? Starbucknya kebalik?"

"Kok aneh" ini Hyunjin masih mikir sambil geleng geleng kepala.

"Reserve bukan reverse—"

"Ohh ohh" kata Hyunjin akhirnya mendapatkan jawaban yang diingatkan"

"Kita kenapa sih masih pacaran"

"Dih kok gitu omongannya" kata Hyunjin sewot sambil ngemil keripik pisang diatas kasur.

Felix melet melet lucu sebelum pergi ke luar kamar karena teriakan Eric yang sudah selesai masak Mie Rebus.

Mau Gofood tapi lagi Hujan deras serta angin kencang.

Nggak mereka semua juga sih yang makan Cuman Hyunjin, Felix sama Eric aja— Sunwoo tadi katanya pas Jalan sore tadi udah makan duluan. Eric sih iya iya aja. Percaya.

Medical Top TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang