rasa, baru awal

3 0 0
                                    

Menakjubkan!

Seeorang balita ingin berniat kabur dari rumah. Melirik-lirik neneknya yang sedang sibuk membersihkan rumah. Memastikan nenek tidak melihatnya.

Ia mengendap-endap penuh keraguan dan ketakutan mencoba untuk membuka pintu. Membuka pintu membuat balita itu cukup kesulitan, tangan kanannya memegang sebuah dot berisi susu coklat yang tinggal setengahnya dan tangan kirinya yang menggerakkan gagang pintu ke arah bawah dengan sangat pelan. Berusaha untuk tidak menghasilkan bunyi celekit dari gerakan gagang pintu itu.

Setelah berhasil, ia pun berjalan dengan sangat hati-hati. Mungkin tidak berjalan, bisa dibilang setengah berlari. Memakai otak cerdasnya, anak itu tidak memakai sendalnya dulu melainkan langsung menuju tujuan, takut meninggalkan bunyi dari pijakan sendal itu.

Sudah pasti tujuan anak itu adalah tempat beberapa makanan ringan dijual. Warung, tempat kesukaannya jika menjelang sore. Membeli satu minuman sudah bisa membuatnya senang. Ia tidak membawa uang, alias berhutang. Pemilik warung pun selalu mencatat jajanan anak itu yang belum dibayar, biasanya dia akan memberikan 'nota' yang akan dibayar ibu.

Anak sekecil itu belum tahu menahu tentang uang. Ia pikir bisa sepuasnya mengambil jajanan di tempat itu.

Balita yang hanya memakai kaos dalam dan popok itu pun sangat gembira, tanpa berpikir bahwa penampilannya sangat memalukan. Loncat kesana, loncat kesini, tidak peduli ada batu sekalipun. Jangan salah, anak itu hapal jalan.

Brukk!

Dia terjatuh. Suara tangis pun keluar dari mulutnya. Posisi tengkurap membuat mulutnya hampir terpentok jalanan dan dot yang terhempas begitu saja. Yakin, dia bukan terjatuh, melainkan sengaja dijatuhkan oleh seseorang.

Mencoba membangunkan badannya, mengusap-usap dengkulnya yang kotor akibat tanah. Ia melihat di depannya terdapat seseorang remaja lelaki.

Aku sedih, aku jatuh. Ya, balita itu adalah aku.

Aku melihat remaja itu tertawa saat melihat aku terjatuh. Aku tidak tahu mengapa dia mendorongku. Tergambar jelas mukanya nampak puas saat melihatku menangis. Bahkan, rasanya aku belum pernah melihat dia setelah aku lahir di dunia.

Entah apa salahku sampai ada orang yang jahat seperti itu. Aku tidak tahu yang dilakukannya ini sekedar iseng belaka atau memang serius. Pikiranku pada saat itu hanya bertanya 'kenapa?'

Aku pun mencoba menahan isak tangisku, masih punya malu untuk dilihat banyak orang. Yang hanya kulakukan hanyalah bertanya dalam benakku sendiri. Mengambil dot tadi yang sempat terlempar. Mengusap-ngusapkan badanku yang terasa sakit.

Anehnya, kejadian tadi tidak membuat anak itu batal menuju tujuannya. Aku malah melanjutkan perjalanan ku. Meskipun jalanku sedikit terpogoh, aku tetap berjuang untuk mengambil jajanan di warung.

Jika dibayangkan kembali, rasanya antara sesak dan kecewa. Aku tidak yakin rasa ini akan sampai ke kalian, namun rasa yang kualami jika mencoba mengingat kejadian itu rasanya ingin menangis. Entah salahku dimana, tiba-tiba saja ada seseorang yang mendorongku. Pada saat itu, aku takut sekali.

Cerita kelanjutannya aku lupa, yang ku ingat hanya terjatuh saat ingin ke warung dengan cara kabur. Lucu sebenarnya jika diingat, anak kecil dengan keberaniannya mencoba kabur dari rumah, eh malah terjatuh. Memang benar ya, apapun kita harus ijin pada orangtua.

Disitu aku mencoba baik-baik saja. Mengusapkan wajahku yang basah akibat air mata yang terus mengalir. Aku tidak mau sampai ibuku atau neneku tahu. Dia tidak ingin membuat mereka khawatir.

Dari dulu anak ini tidak ingin terlihat lemah,

mencoba untuk berusaha kuat,

meski sedang sakit tubuhnya,

meski sesak rasanya.

Jika bisa aku temukan remaja itu, akan kutemukan juga sekarang. Aku ingin tahu apa maksud perbuatannya itu.

Ya aku memang kasar. Kasar dalam arti aku ingin tahu semuanya.

"Ini hidup gue, ngapain lo disini!" Ini yang selalu aku katakan. Huhh, tapi aku tidak berani untuk berkata ini pada oranglain, aku lebih suka memaki dalam benak. Sekesal apapun, aku tidak bisa meluapkannya. Jika aku buka mulut ini, yang ada malah suara tangis yang keluar.

Untuk membuka mulut saja susah, apalagi untuk bercakap.

Jika aku buka mulut ini, yang ada malah suara tangis yang keluar. Begitu cengengnya aku.

" Ini baru awal. Aku hanya bisa bercerita sedikit untuk pembukaan kali ini. Aku kenalkan diriku pada kalian. "

" Sudah jelas bukan sifatku? Yang ku rasa kan aku adalah anak yang nakal dan cengeng. Tenang, masih banyak sifatku yang buruk, akan ku ceritakan nanti. "

" Buka mata kalian, akan ku ceritakan semua rasa yang ku alami. "

" Siapkan tempat ternyamanmu, bercerita antar duamata."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTAR DUAMATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang