17. Rindu

42 16 0
                                    

Jangan berniat hilang dan pergi menjauh dari duniaku. Karena jika bukan dirimu, siapa lagi yang dapat mengobati rindu?

●○●○●

Adya sedikit menundukkan kepalanya ketika berjalan di koridor menuju kelasnya. Di sekelilingnya, kini tengah berdiri orang-orang yang anehnya hari ini menatapnya dengan sorot mata sinis, tak suka, tajam, dan apalah itu yang Adya 'pun tidak tahu apa penyebabnya. Yang ia tahu, tatapan-tatapan ini sudah didapatkannya sejak dirinya menginjakkan kaki di area sekolah.

Hatinya bertanya-tanya apa salahnya? Tentu. Pasalnya, ia tidak tahu apa-apa. Dan rasanya, ia tidak melakukan kesalahan apa-apa yang dapat membuatnya diperlakukan seperti ini.

Sesampainya di kelas, tatapan-tatapan itu masih saja ia dapatkan dari teman-teman sekelasnya. Dan yang lebih membuatnya takut adalah ... orang-orang terdekatnya di sekolah tidak ada. Aji mungkin tidak sekolah lagi, Asyila dan Zura belum datang yang memungkinkan keduanya tidak akan sekolah sama seperti Aji.

Ia mendudukkan tubuhnya. Belum pernah sebelumnya ia merasa kelasnya semencekam ini. Untuk mengusir kegelisahan yang melanda, ia mengalihkan fokusnya pada ponselnya. Hari ini, grup chat event tengah ramai-ramainya.

Seperti anggota yang lainnya, ia juga ikut membaurkan dirinya dalam percakapan penting maupun hanya mengobrol semata. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang penasaran sekaligus deg-degan dengan pengumuman nanti malam, tapi juga para anggota lainnya.

From : Lomba Cerpen Tahunan

April (LCT - Kuningan) : We deg²an eh!

08xxx : Sama :(

08xxx : *2

Safierra (LCT - Sidoarjo) : Iya ... semoga kalaupun nggak menang, kita bisa terima.

08xxx : Nah, itu! Aamiin!

Aamiin!

Adya mengamini dalam hati. Karena sampai saat ini, itu 'lah salah satu yang ia takuti dari lomba ini. Dalam hati, ia juga berharap, jika kekalahan 'lah yang didapatkannya, Aji ada di sampingnya.

-----

Adya menelusuri jalan dengan mata yang terus melihat ke segala arah. Kini, ia tengah mencari rumah Aji. Namun ia lupa dengan jalan menuju rumahnya. Ia hanya ingat kompleks perumahannya, tidak dengan letak rumahnya.

Adya berdecak gelisah menyadari di sekelilingnya sepi, tidak ada orang yang bisa ditanyai. "Ke kanan atau ke kiri?" Ditatapnya sebuah pertigaan dengan mata bingung. "Kanan!" Akhirnya, instingnya 'lah yang ia pergunakan.

Mata Adya berbinar tatkala menangkap keberadaan seorang ibu-ibu yang tengah berjalan bersama putri kecilnya. Dengan langkah cepat, ia menghampiri ibu dan anak itu. "Permisi." Seperti biasa, ia menyunggingkan senyum yang langsung dibalas dengan hal yang sama oleh si ibu. "Maaf, Bu, sama mau tanya. Ibu tau di mana rumahnya Aji?"

"Aji siapa, ya?" Ibu itu mengerutkan dahinya.

"Aji ...." Adya mengingat-ingat nama panjang Aji. "Aji Reynanda Putra."

INSECURE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang