1

6.6K 444 72
                                    

"Tapi ayah, bukankah ini terlalu cepat?"

Dua gadis yang merupakan kakak beradik kini tengah menghadap sang ayah-- Kim Taehyung, yang duduk di sofa ruang santai. Jas yang membalutnya adalah pakaian sisa kerja hari ini. Begitu pula dengan kedua anak gadisnya, pakaian yang tadi mereka kenakan untuk kuliah masih melekat.

"Eunha, ayah sudah memikirkan ini baik-baik dengan calon mama baru kalian. Jadi kumohon menger-"

"Tidak, ayah. Kami tidak butuh mama baru. Ayah sudah melakukan tugas sebagai orang tua dengan baik. Kami tidak mau beradaptasi lagi ayah, setelah perceraian dengan mama, tidak perlu lagi ada orang baru di rumah ini." Tegas si bungsu, Hwang Eunbi. Gadis berambut pendek itu memang berkepribadian tegas di mata semua orang termasuk sang ayah.

"SinB, ayah mohon, kali ini saja ayah minta. Bagaimanapun kalian juga butuh peran seorang ibu." Taehyung masih tenang menjelaskan hal ini pada sang anak. Walau harus berdebat hingga melewatkan makan malam bersama, tak masalah.

SinB menghela nafasnya panjang, ia sungguh tidak mau mama baru. Sosok ibu yang melahirkannya dan sang kakak, bukanlah cerminan dari ibu yang baik. Pemabuk, penjudi, selingkuh, sungguh Eunha dan SinB masih trauma akan wanita yang berstatus 'ibu'. Meski tidak semua ibu seperti itu.

"Aku bisa menjaga Eunha unnie dan begitu pula sebaliknya. Kami bisa tumbuh hanya karena ayah." Ucap SinB lagi.

Eunha yang sedari tadi diam pun hanya berusaha untuk berfikir dari semua sudut pandang. Mungkin ayahnya sudah bosan menduda dan menginginkan sosok istri yang merawatnya. Tapi ia dan SinB masih belum bisa menerima ini semua.

"Ayah, aku dan SinB akan membicarakan ini berdua. Selamat malam, ayah."

SinB terdiam saat Eunha tiba-tiba menariknya menuju ke lantai dua. Gadis itu menatap punggung dan rambut blonde sang kakak dari belakang.

Mereka memasuki kamar Eunha.

Tidak jarang mereka saling menginap di kamar satu sama lain. Sisters, jadi tidak heran jika mereka sudah saling tahu satu sama lain bahkan berbagi kamar.

"Okay, hear me once, Hwang."

Eunha mulai berkata serius saat ia mendudukkan SinB di kasur king size berwarna dasar putih yang sengaja ayah mereka belikan. Di kamar Hwang pun juga begitu.

SinB hanya diam, sudah lama sejak sang kakak memanggilnya dengan nama marga yang merupakan marga sang kakek.

Itu berarti Eunha sedang serius.

Serius, diatas normal.

"Aku tahu perasaanmu. Kita sama-sama masih trauma dengan sosok ibu karena pelacur itu." Pelacur yang dimaksud Eunha adalah sang ibu. Kasar? Persetan, ibu mereka memang pelacur.

"Tapi pikirkan bagaimana perasaan ayah saat tak ada yang menemaninya sebagai sosok istri, Eunbi. It's been 10 years and he's lonely."

"But there's us."

"We're not his wife. Itu berbeda, Eunbi. Walau kita selalu ada untuk ayah, tapi posisi kita berbeda dengan sosok istri yang selalu ayah inginkan."

.
.
.
.
.

"Mereka setuju?"

Seorang wanita yang tengah memakai blazer hitam yang membalut kemeja putih di dalamnya itu tersenyum senang di sela sesi makan siang.

Pria di depannya tertular, ia tersenyum sambil mengangguk.

"Awalnya..." Sang pria melanjutkan memotong daging steak tenderloin medium rare itu dan memasukkannya ke dalam mulut. "...mereka tidak setuju. Tapi entah apa yang Eunha katakan pada SinB. Sarapan pagi ini mereka bilang setuju dengan rencana pernikahan kita." Jelas Taehyung.

Lagi, senyum itu semakin cerah. Senyum yang membuat ayah dari Eunbi Sisters itu jatuh cinta lagi, dan lagi.

"Baguslah, aku akan menjadi mama yang baik untuk mereka. Aku janji."

Taehyung langsung melepas garpu di tangan kirinya dan terulur untuk menyentuh tangan kanan sang wanita. Ia menatap lembut sang kekasih dan tersenyum manis.

"Terimakasih, Sojung-ah. Kau tahu bagaimana anak-anakku meski belum bertemu mereka. Bagaimana jika malam ini aku membawamu ke rumah? Akan ku perkenalkan kau pada mereka."

"Malam ini?" Gadis bernama Sojung itu langsung menaikkan alis sementara Taehyung mengangguk.

"Uhum, bagaimana? Apa kau ada acara malam ini?"

"I'm so sorry honey, tapi Yerin mengajakku keluar malam ini."

Taehyung hanya mengangguk saja. Ia paham kekasihnya itu sangat sibuk sebagai seorang sekretaris CEO Jung's Corp. Yup, Yerin adalah boss nya tapi juga merangkap sebagai sang sahabat.

"Geure, kalau begitu bagaimana jika weekend ini?"

Sowon mengangguk pasti. "Sure."

Taehyung lega, ia langsung melanjutkan makan steak itu.

"Sampaikan salam ku pada Yerin. Katakan padanya, project Jung's Corp dan Kim Company sudah memasuki tahap penyelesaian."

.
.
.
.
.
.

"Ya halo, ma? Mama dimana? Umji sudah selesai."

". . ."

"Ah, geure.. kalau begitu Umji pulang dengan Yuju unnie saja. Sampai bertemu di rumah, ma."

"Tidak bisa jemput lagi, sayang?"

Cafe itu semakin sepi. Beberapa meja sudah kosong, menyisakan sebuah meja dengan 4 orang gadis di sana yang baru membereskan laptop dan beberapa barang disana.

"Hum, ya.. sepertinya mama semakin sibuk akhir-akhir ini." Keluh Umji, gadis yang kuliah semester 6. "Ya sudah, aku antar pulang, ya?"

Umji hanya mengangguk menerima tawaran dari Yuju, sang kekasih.

"Maaf merepotkanmu, sayang. Akhir-akhir ini mama selalu sibuk di kantor. Apalagi rencana pernikahannya yang mendadak itu membuatnya semakin tak ada waktu bahkan untuk makan malam bersamaku."

Ketiga temannya hanya menatap nanar pada gadis manis itu. Yuju, Eunha dan SinB hanya bisa menenangkan Umji. Terlebih, Eunha dan SinB tahu pasti perasaan gadis itu karena mereka merasakan hal yang sama sekarang.

Mereka adalah teman sekampus, Yuju dan Eunha satu fakultas dan seangkatan. Karena SinB adalah adik Eunha dan Umji adalah kekasih Yuju, otomatis mereka sering bertemu dan seperti sekarang, mereka menjadi sahabat meski berbeda fakultas dan dengan semester yang berbeda. Eunha dan Yuju semester 8, SinB dan Umji semester 6.

"Sudahlah, sayang. Tidak apa-apa. Calon mertua ku mungkin tidak mau aku melamarmu tanpa ayah." Yuju terkekeh di akhir kalimatnya. SinB langsung melempar sebuah snack yang tadi mereka pesan di cafe itu untuk camilan. Sementara Eunha dan Umji ikut tertawa karena ocehan gadis yang seakan menjadi penyemangat dalam group mereka itu.

"Eum- by the way, Eunha unnie, bolehkah aku pulang terlambat malam ini? Aku ada acara dengan seseorang." Ucap SinB tiba-tiba.

"Jinjja? Yhaa kenapa kau tidak memberitahuku sejak tadi eo? Sudah malam, kau mau kemana hum? Dengan siapa? Apa yang harus ku katakan pada ayah nanti?"

SinB hanya tersenyum sangat lebar hingga giginya terlihat. Sambil menggaruk tengkuknya, ia memikirkan alasan yang tepat untuk ber-alibi pada Eunha dan sang ayah nanti.

"Aku.. menginap di rumah Eunseo. Ada tugas kelompok dengannya. Deadline nya mepet, unnie. Hehe.."

Bagus, Hwang. Kau mengorbankan keselamatan sahabatmu lagi.

"Eunseo? Geure.. aku akan pulang naik taksi saja." Ucap Eunha tanpa ada rasa curiga sedikitpun.

"Eh eh, sudah malam Eunha, naik mobilku saja ya? Masih ada tempat di jok belakang."

"Iya, unnie. Biar Yuju unnie yang mengantar pulang."

[]





Gimana opening nya?

[Pencet byeol dan comment section below untuk lanjut.]

Our Step Mother [Terbit Digital ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang