Lailatul Qadar - 24

22 3 0
                                    

“Youngmin, kau mau kemana?”

Lim Yoona, yang biasa dipanggil Yoona atau mama nya Youngmin dan Yena, sekilas melihat anak sulung nya itu tergesa-gesa.

“Mama tahu bukan jika Yuri belum ditemukan?”

Yoona mengangguk, “Mama tahu itu. Kau akan kemana?”

“Minju dan yang lainnya menemukan Yuri. Aku harus kesana dan akan membantu mereka,” ucap Youngmin. Pria itu mengikatkan tali sepatunya dan langsung pergi keluar rumah.

Yoona menggeleng pelan. Wanita paruh baya itu melanjutkan aktifitasnya.

Tangan nya tiba-tiba terhenti seperti melupakan sesuatu.

Dengan sigap, wanita yang berumur 30 tahun itu berlari keluar rumah dan mendapati Youngmin yang akan berangkat.

“Youngmin!”

Yang dipanggil menoleh, “Ada apa ma?”

“Yena belum pulang! Apa Yena bersama Minju—”

“Si bebek sudah ada disana. Aku hanya perlu menghampirinya,” sahut Youngmin.

“Ah, baiklah! Hati-hati di jalan, nak. Jangan ngebut, lihat kanan kirinya!!”

“Iya mah. Youngmin pergi dulu, Assalamualaikum.”

Pria Lim itu melajukan motornya dan meninggalkan perkarangan rumah dengan tingkat kecepatan yang tidak terlalu tinggi. Bisa Yoona prediksi bahwa pasti Youngmin akan mulai menambah kecepatan motornya jika sudah berada di jalan raya.

“Anak nakal, mudah-mudahan kalian baik-baik saja.”

Kemudian wanita itu memasuki rumah dan melakukan aktifitas memasaknya yang tertunda.

Di tempat lain, pergelutan tidak ada berhenti nya. Ketiga dari mereka sedikit kewalahan.

“Apa manfaat yang kau dapatkan setelah menghalangi kami hah?!” bentak Jihoon yang masih menetralkan nafasnya.

“Uang,” satu kata keluar dari mulut preman itu.

Ck, Jihoon benci itu. Uang selalu membutakan segalanya.

“Kami hanya ingin kalian mati disini,”

Para preman tersebut mulai mengeluarkan senjata mereka. Donghyun, Hyunjin, dan Jihoon lebih waspada sekarang. Senjata mereka tak main-main.

Kayu besar, pisau, pipa berkarat.

Baiklah, mereka hanya tangan kosong sekarang.

Para preman itu mulai menyerang. Ketiga pria yang akan diserang pun pasrah.

“Setidaknya kita harus mengamankan orang-orang ini dulu. Walaupun ujung-ujungnya kita kelelahan,” Jihoon dan Hyunjin mengangguk.

Pergelutan mereka dimulai lagi. Donghyun dan yang lainnya berusaha menyerang mereka lagi.

/bugh

Seorang pria tinggi dengan paras menggemaskan memukul preman-preman itu dari belakang. Ya.. tentu saja pria itu menggunakan jurus beladiri yang ia pelajari saat SMA.

Donghyun bernafas lega, “Akhirnya! Aku tak menyangka kau akan datang, hyung.”

“Kalau Minju tidak mengabariku, kalian pasti sudah dikeroyok.” jawab pria yang dipanggil ‘hyung’ itu.

“Youngmin hyung!! Awas!” teriak Jihoon tiba-tiba.

Preman yang ada di belakang memukul punggung Youngmin dengan pipa berkarat.

[2] Lailatul Qadar; Kim MinjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang