Rin duduk sendiri bertopang dagu dengan satu tangannya, di temani makanan yang sudah mulai dingin. Dibiarkan televisi menyala begitu saja Rin hanya beranggapan pengganti suasana, Pemandangan salju di balik jendela kaca menjadi sesuatu yang menarik baginya. Atap rumah, pohon dan jalanan menjadi putih karena tumpukan salju.
Bukan tanpa alasan Rin memasak begitu banyak, karna malam ini adalah malam Tahun Baru. Rin getol mengajak Yukio untuk merayakan bersama, padahal kemarin ulang tahun mereka dan malam Natal saja Yukio melewatinya dengan dalih sibuk.
Jarum jam terus merangkak, belum ada tanda-tanda Yukio datang. Harusnya Rin tahu Yukio tidak akan pernah pulang tepat waktu dia selalu sibuk berkecambuk dengan laporan.
Rin menatap makanan dengan mata sendu, batinya menjerit. Matanya terasa panas ada sesuatu yang ingin mencelos keluar dari matanya. Yukio pasti akan datang dan ia mempercayainya.
Rin mencoba menelfon berkali-kali tak ada jawaban. Rin menyeka air mata, dengan enggan berdiri berinisiatif membereskan semua makanan dan langsung beranjak tidur, Hingga suara itu...
"Nii-san..." Yukio berdiri dengan wajah lelah, kemejanya dilipat sampai siku, lengan tangan mengusap pelipis. Masih ada serpihan salju yang belum mencair di rambutnya
Yukio melihat segurat kekecewaan terpatri di wajah Rin, hatinya berdenyut sakit.
"Maaf, aku telat..." sambungnya.
Gurat-gurat halus wajahnya semakin menambah ekspresi bersalah, keadaan Yukio benar-benar berantakan lalu hati Rin menghangat.Rin tersenyum " Kau pasti sangat lelah, langsung mandi atau istirahat."
"Aku ingin segera makan, masakan Nii-san..."
Bibir Rin tertahan lalu ia kembangkan senyuman manisnya."Tapi makanannya sudah dingin.." kata Rin dengan menunduk.
"Tidak apa-apa, makanan Nii-san selalu enak." Yukio tersenyum meyakinkan Rin.
"Baiklah, aku panaskan terlebih dahulu" katanya dengan riang.
"Biar ku bantu, Nii-san.." Yukio buru-buru mendekati Rin yang membawa panci.
"Tidak usah lagian hanya memanasi saja" Rin menahan tangan Yukio dan tersenyum tulus.
Yukio menarik kursi dan duduk di meja makan, sudut bibir Yukio tertarik ke atas Perasaannya sedikit lega. Dia membiarkan Rin sibuk dengan panci dan kompor.
Dari dulu, Yukio memang tidak pernah mau ikut membantu Rin di dapur setelah insiden jarinya yang tersayat pisau dan menjadi trauma.
Dia lebih memilih duduk di meja dan mengawasi Rin.Rin tiba dengan nampan makanan yang masih panas dengan kebulan asap tipis aromanya begitu mengugah selera.
Yukio memungut sumpit, mengambil sejumput makanan lalu berucap "Ittadakimasu..."
Seperti dugaannya makanan yang di buat Rin selalu enak, dia tidak ingin berhenti mengunyah.
Bisa di pastikan berat badan Yukio akan naik drastis karena Rin selalu memanjakan dengan makanannya.Suara Rin menghentikan kunyahan berikutnya.
"Kau suka makanan manis, kan ?." Tanya Rin
"Eumm..selagi itu masakan Nii-san, aku menyukai semuanya." Jawab Yukio dengan mulut penuh makanan.
Dari dalam kulkas Rin mengeluarkan agar-agar susu yang berisi irisan kecil stroberi berwarna putih.
"Tenang saja, aku membuatnya tidak terlalu manis mmm.. bagiku ini terlalu plain yaa semoga cocok dengan lidahmu" ujarnya.
"Arigatou, Nii-san.." ucap Yukio
Mereka menghabiskan makan malam dengan canda tawa di meja yang sama. Sembari menikmati hidangan bersama, mereka mendengar lonceng tahun baru berbunyi dari TV dan tahun ini akan diakhiri dengan kebahagiaan yang menghilang ke langit.
Yukio bangkit dari kursinya, membereskan piring dan mangkok kotor hingga suara mengintrupsi.
"Aah..biar aku saja, lebih baik kau langsung mandi ini sudah terlalu larut"
"Tapi-."
Rin menggeleng dengan tegas.
"Kau tau, bau mu seperti ikan" ujarnya setengah mencibir."Baik lah, tolong yaa.." satu tangannya terangkat, membelai kepala Rin dengan lembut berlalu meninggalkannya.
Yukio berjalan ke kamar mandi, membasuh wajah dan menggosok gigi.
Lalu berendam dalam air panas, dalam pikiranya bertanya-tanya.Nii-san adalah tempatku pulang, ketika aku di dalam rasanya begitu hangat dan nyaman sampai-sampai aku nyaris meleleh.
Tapi ketika aku pergi, aku menyadari bahwa kehidupan normalku membeku karena dingin dan aku merasakan sakit hanya mengingatnya.
Jika aku pikirkan lebih dalam lagi aku bahkan sangat takut sampai-sampai tubuhku menggigil.
Aku yang tersesat oleh kesendirianku sehingga aku gagal mengenali kesepian orang lain.
Maafkan aku Nii-san...Rin mengangkat piring dan mangkok kotor lalu menuju dapur, Rin mendekati jendela bisa ia melihat salju turun begitu deras hawa dinginnya menusuk hingga ke tulang. Rin mengusap jendela kaca sementara badai salju menderu di luar.
Saat salju turun, rasa yang ingin ku sampaikan adalah perasaan damai, damai kala aku menggingat masa kecil dimana saat serpihannya menjadi sebuah kebahagiaan sendiri.
Rin sibuk mencuci perkakas kotor, suara derap langkah mendekatinya.
"Nii-san..,tidak marah aku pulang telat". Bisiknya sambil melingkarkan tangan ke pinggang Rin.
Rin berharap Yukio tidak merasakan geteran kegugupan yang mengaliri seluruh tubuhnya."Untuk apa aku marah yang terpenting sekarang kau ada disini, kan?." Kata Rin
"Kau wangi sekali, Nii-san..." Yukio mencium leher Rin. Dengan ragu-ragu ia menghadap Yukio, wajah Yukio menunduk hingga kini tepat di depan Rin. Jarak yang mudah untuk menciumnya.
Rin mendongkakkan kepala sedikit dan melemaskan bibirnya, Rin tersenyum timpang menatap lekat netra hijau lengan Yukio merangkul pundak Rin dengan erat dengan mata setengah terpejam nafas Rin terhenti.
Yukio mencium bibir Rin, bisa ia rasakan aroma mint dari Yukio, dengan lembut Yukio melumatnya lebih dalam Rin bisa merasakan bibirnya penuh dengan saliva, giginya saling bergesekan dengan bibir Yukio.
Tanpa disadari Rin menikmati saat itu, seolah waktu berhenti mereka akan menyelami malam yang panjang..
.
.
.
.
.Selamat Ulang Tahun dan Tahun Baru Athanasia976 ku tersayang🥰🥰🥰 semoga awal tahun menjadi suatu kebahagiaan untuk kita dan di sekeliling nya.
Berikan kritik dan sarannya yaa..
Bye bye bye🖐🖐
KAMU SEDANG MEMBACA
Primrose
FanfictionSegalanya telah tertebas waktu. Aku masih terhisap sepi yang memangut, di ujung sapaku yang tertatih menujumu. Ku coba teduh dalam satu hiba, semoga kau tetap terbaik dan terindah yang pernah kutemui dalam perjalanan hidupku.