"Na, satu hari lo izin itu berasa berminggu-minggu tau enggak?"
"Kenapa sih harus ada tugas mendadak disaat lo izin? Gue 'kan jadi bingung mau minta bantuan dari siapa," ujar Mawar terus merutuk.
Sarah menatap Mawar malas. "Halaah, minta bantuan lo itu masuk dalam artian minta jawaban," cetusnya.
Mawar terkekeh. "Lo emang yang paling tau deh, Rah." Lalu tatapannya mengarah pada Kiana yang memasang wajah pucatnya.
"Na, muka lo pucet. Mending kita ke uks, yuk!" ajak Mawar dan Sarah mengangguk setuju.
Kiana menggeleng, ia tersenyum tipis meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. "Enggak ah, gue juga udah sembuh dari demam," tolak Kiana.
"Lo ke uks juga enggak ada yang ngelarang Na. Hari ini 'kan guru-guru sibuk ngurusin simulasi kelas dua belas. Ada kemungkinan kelas kita bakalan free," jelas Sarah memberitahu.
Kiana tetap menggeleng. "Enggak, gue baik-baik aja. Kalian enggak usah khawatir gitu, lagian kenapa muka gue pucet lo pada pasti ngerti 'kan?"
Mawar dan Sarah saling pandang, apa maksudnya?
Kiana tertawa pelan. Ia mengusap hidungnya pelan, "gue itu kurang piknik. Jadi, wajar aja kalo muka gue pucet."
Baik Mawar maupun Sarah menatap Kiana datar, menurut mereka Kiana gagal melawak. Gadis itu tidak pandai melucu atau bagaimana?
"Mau ngelawak pake lagu lama," ejek Sarah.
"Sekalian aja lo bilang kalo lo itu adiknya Tristan sekaligus anak agra yang terbuang dari keluarga vampire," tambah Mawar.
***
Ikuti aku.
Seketika pikiran Kiana tertuju pada dia. Sosok yang selama ini ingin dekat dengannya. Gadis itu tak sadar jika dirinya menarik kedua sudut bibinya ke atas. Lalu membawa diri untuk mengikuti petunjuk dari kertas origami di tangannya.
Ia berhenti tepat di depan perpustakaan, sekali lagi ia memastikan untuk melihat tanda anak panah di kertas origami tersebut. Dan benar, ia tak salah. Di sini memang tempat yang dituju.
"Trus gue harus kemana lagi?" gumam Kiana. Ia bingung, antara tetap berdiri di sini atau masuk ke dalam perpustakaan.
Namun tak berangsur lama, akhirnya ia memasuki perpustakaan. Kiana benar-benar masuk ke dalam dan tidak menemukan seseorang, hanya ada staff penjaga perpustakaan saja. Tidak ada satupun siswa maupun siswi di sini.
Kiana terus berjalan menyusuri tiap rak buku. Dari yang non-fiksi sampai ke fiksi Kiana putari. Sampai akhirnya ia menemukan siluet wajah yang tak asing bagi penglihatannya.
Di sana, ada Fajri. Tepat di arah jam duabelas cowok itu berdiri sambil membaca buku, dengan pulpen yang bertengger di telinga kanan cowok itu.
Tanpa ragu Kiana mendekati Fajri dan berdiri tepat di sampingnya. Fajri menoleh, menatap Kiana yang tengah tersenyum kecil kepadanya.
Alis Fajri terangkat satu. "Kamu suka baca novel karya Tere liye, ya?" Cowok itu mengangguk tanpa menjawab.
Kiana memasang wajah antusiasnya, jika Fajri menyukai karangan Tere liye itu artinya cowok itu dengan dirinya satu paket. Sama-sama pengagum setiap rangkaian kata penulis fenomenal itu.
"Kamu ngapain nulis di novel itu?" Kiana kaget ketika Fajri menulis sesuatu di novel yang berjudul 'Tentang Kita' karya Tere liye dengan pulpennya. Padahal itu novel punya perpustakaan, tidak boleh dirusak apalagi dicoret-coret. Apa dia tidak takut di marahin penjaga perpustakaan? Yang benar saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Mastah untuk Kiana | UN1TY
FanfictionKisah seorang gadis yang selalu diistimewakan oleh ketiga abangnya. Start: 11 Mei 2021 Finish: -