• • •
"Hyung! Mianhae, aku hanya ingin cepat sembuh saja. Tidak ingin hal lain," jawab Namjoon dengan rasa bersalah.Seokjin pun menghembuskan nafas gusar seraya berucap, "Iya, aku paham. Tapi … kau tidak bisa menentukan kapan kau mau operasi, karena itu hanya dokter yang bisa menentukannya."
Namjoon kini hanya diam dan menuruti kemauan kakaknya. Ia tidak punya pilihan lain, akhirnya setuju saja dengan keputusan Seokjin, "Ya! Tapi akan kuusahakan, agar kau bisa di operasi besok atau lusa,"
Mendengar penjelasan Seokjin, ia pun tersenyum dan memeluk Hyung-nya itu, "Gomawo, Hyung! Saranghae!"
"Ya! Bukanya sudah kuperingatkan, jangan mencintaiku! Aku sudah milik Jihyun, dan aku bukan gay, ara!" bentak Seokjin.
Spontan Namjoon melepas pelukannya dan menatap sinis Hyung-nya itu, "Kau pikir aku juga tergoda denganmu?"
"Kenapa tidak? Aku 'kan pria tercantik di kedokteran ini,"
Namjoon pun mendengus, "Wajahmu cantik sekalipun, aku tidak akan tertarik, Hyung. Karena kau seorang pria_-"
"Tapi 'kan tetap saja, kau mencintaiku," goda Seoknjin.
"Kau lah yang begitu mencintaiku. Buktinya kau tidak ingin aku mati dan meninggalkanmu," goda Namjoon balik.
"Itu tidak benar. Karena kau yang selalu mengatakan bahwa kau mencintaiku, bukan aku."
"Ohh, ya?!"
Wajah Namjoon seketika berubah. Ia mulai memegang kepalanya dan merintih kesakitan. Hal itu membuat Seokjin seketika ketakutan dan tampak kekhawatiran di wajahnya, "Namjoona! Kwaenchanha?! Ya! Kim Namjoon!"
"Arrgghh! Apaseo!"
Seokjin pun menjerit meminta bantuan pada dokter lain. Saat mereka datang dan melihat wajah kekhawatiran Seokjin, "Ada apa Kim Jongsaeng?!"
"Adikku …,"
Dokter pun memeriksa mata Namjoon, "Tapi, adikmu baik-baik saja, dia tidak kelihatan sakit."
"Kau ini dokter seperti apa, hah! Bagaimana bisa kau tidak tahu bahwa adikku sedang sakit?!" bentak Seokjin.
"Yah, tapi … aku benar, adikmu baik-baik saja," jawab dokter tersebut yang tampak bingung.
"Sudahlah! Mungkin hanya aku yang bisa mengerti keadaan adikku!"
Melihat pertikaian Seokjin. Akhirnya Namjoon membuka matanya, "Hyung!"
"Ohh, Namjoona! Kau sudah sadar?" tanya Seokjin seraya memegang pipi Namjoon.
"Aku baik-baik saja, Hyung …,"
"Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan hal seperti itu. Kau tadi baru saja …,"
"Aku bercanda,"
Ucapan Namjoon membuat Seokjin blank seketika, "Ne?! Jadi … ta-tadi k-kau …," Seokjin memotong pembicaraannya.
"Bukankah sudah kukatakan adikmu baik-baik saja," jelas Dokter itu lagi, dan akhirnya pergi meninggalkan Seokjin dan Namjoon. Namjoon pun terkekeh melihat wajah khawatir + kecewa Seokjin. Kini Seokjin menatapnya tajam seperti elang, membuat Namjoon bungkam.
"Apa kau pikir itu candaan?" tanya Seokjin, yang tampak kesal.
"Mianhae …," ucap Namjoon, seraya mencoba menenangkan Seokjin.
"Jangan sentuh aku! Ingatlah! Jangan pernah bermain-main dengan penyakit, Namjoon! Kau sudah melampaui batas, apa kau tahu itu!?" bentak Seokjin, dengan wajah amarahnya."Araseo! Aku hanya ingin membuktikan padamu, siapa yang lebih mencintai kau atau aku?" jawab Namjoon penuh kelembutan.
Seokjin pun menelan kasar saliva-nya, mencoba menetralisis emosinya, "Tapi aku benci caramu, itu sama dengan menipuku. Kau tahu 'kan aku sensitif jika melihatmu seperti itu! Sejak kau mengalami kecelakaan itu, aku sangat takut akan kehilanganmu …,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Nal Sarang Hajima
Ficção AdolescenteAlkisah seorang pelajar yang begitu muak dengan kehidupan keluarga yang baginya seperti dirundung awan mendung. Perjalanan sekolahnya berantakan dan ia menjadi murid pemalas. Hingga suatu hari orang tuanya langsung meles privatkannya dengan seorang...