Chapter 18. Salah paham

2 0 0
                                    

Third Person Pov.
~
• • •
Berdiam, termenung, itulah yang dilakukan Namjoon saat ini. Seakan tubuhnya benar-benar mati sekarang. Tidak ada setitik nyawa lagi di tubuhnya. Mengapa? Mengapa harus aku? Mengapa? Jeritan hati yang begitu menyesal dan begitu sakit merasakan ini. Ia pun menangis dalam diam dan menunduk di depan steer mobil yang dinaikinya. Jika mengingat semua perkataan Donggu dan penyesalannya. Ia merasa dihianati saat ini.

Flashback.

"Aku adalah penyebab kecelakaan kau dan Jungwon, 5 tahun yang lalu," jelas Donggu.
"Ne?! Ma-maksudnya?" tanya Namjoon, tidak mengerti.
"Aku sengaja membuat rem motormu blonk. Dan semua kecelakaan itu, karena diriku," ungkapnya lagi.
Namjoon hanya diam mendengar penjelasan Donggu. Dia diam bukan berarti mendengar, melainkan terkejut dan memang tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Aku melakukannya demi mendapatkan Haera. Aku tahu aku salah, tapi … aku benar-benar menyesal melakukan itu, Namjoon."
"Aku kesal dengan Jungwon, karena aku lah orang yang pertama kali menyukai Haera, tapi dia malah merrbutnya dariku. Aku kesal, sungguh sangat kesal. Makanya aku nekat melakukan itu. Tapi … nyatanya sekarang. Aku menyesali perbuatanku," lanjutnya.

Flashback off.

Ahhaaha! haaa!

Akhirnya Namjoon tak bisa lagi membendung air mata dan suaranya. Hingga ia melepaskan semua beban yang sudah sedari tadi di tahannya.
"Ahhaahaa! Andwaeee…! WAE? WAE? KENAPA HARUS AKU?!"

Namjoon mulai teriak-teriak tidak jelas di dalam mobil. Hingga akhirnya ia terdiam terpaku dengan aira mata yang masih mengalir, "Apa ini memang takdirku? Tapi, kenapa? Kenapa harus seberat ini…?" keluhnya di dalam hati.

* * * * *

"Haruman~ Neowa naega hamkke halsu itdamyeon. Haruman~ Neowa naega seonjabeul su itdamyeon. Haruman~"

Sora begitu gembira, hingga ia bernyanyi sambil memilih baju yang akan dipakainya nanti malam. Begitu gembiranya ia, hingga saat ponsel berbunyi ia dengar. Setelah menentukan pakaian, ia pun melihat ponselnya. "Jaeha …," lirihnya. Ia pun menelpon kembali.

"Haloww!"
"Lama banget sih ngangkatnya," kesal Jaeha.
"Maaf, saya lagi gembira hari ini,"
"Gembira? Karena apa?"
"Karena malam ini, Ahjussi mengajakku kencan."

Jaeha terdiam mendengarnya, "Apa dia sudah pulang?" tanya Jaeha datar.
"Hmm," dehem Sora, dibarengi anggukan yang tak terlihat oleh Jaeha.
"Ohh, gitu ya? Ya sudah deh, berarti aku ganggu dong?"
"Sebenarnya iya, tapi kasian entar dirimu tidak ada yang nemeni. Jadi nggak papa, aku juga sudah selesai milih bajunya."

'Nih anak, jujur amat sih kalau bicara_- selalu blak-blakan. Tapi bener, nggak pernah ngaco,' batin Jaeha, kesal.

"Ya sudah deh. Aku lelah, mau bobo. By by." Jae langsung mematikan sambungan telponnya. Meski sakit setelah mendengar perkataan Haera tadi. Jaeha berusaha menahannya dan menutupi wajahnya dengan Bangtan, ehh bantal maksudnya.

* * * * *

Namjoon meminjam mobil Seokjin kembali. Dia mengatakan bahwa ini terakhir kali ia akan meminjam mobilnya. Setelah itu ia akan jarang keluar bahkan sampai ajal menjemputnya nanti. Dengan berat hati, Seokjin memberikannya. Berharap kesenangan akan menghampiri Namjoon malam ini.

Namjoon mulai melajukan mobilnya. Sedangkan Sora sudah setia menunggu Namjoon di taman mini yang dijanjikan. Ia tersenyum sipu, malu jika nanti harus berhadapan dengan Namjoon. Sedangkan Jaeha, sedari tadi membuntuti Sora dan memperhatikan dari kejauhan. Setelah Namjoon datang, Sora pun menunduk dengan wajah merona.
"Apa kau sudah menunggu lama?" tanya Namjoon, lembut.
"Emm … enggak kok."
"Ayo!" ajak Namjoon, sembari menggandeng tangan Sora dan mengajaknya berkeliling di taman.

Nal Sarang HajimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang