3 : Rumor

225 49 3
                                    

❝Untuk menjadi pasangan yang bermula dari persahabatan itu mudah, satu orang cuma perlu melangkah lebih dekat.❞

🥜🥜🥜

Sangaji baru saja akan pergi ke kantor, sebelum ia melihat pintu kamar Achi terbuka. Artinya, Achi belum berangkat. Sangaji menghampiri kamar Achi.

"Oi, dah jam berapa nih? Bareng ga?"

Sangaji mengajak Achi dari depan kamarnya, tapi yang diajak malah santai berkutat didepan laptopnya dengan segelas susu di tangannya.

"Duluan aja," Tanpa menoleh, Achi menjawab.

Melihat itu, Sangaji menghampiri Achi, "Udah, Chi, gausah dipikirin. Persetan sama kontrak, lo tetep tinggal disini dan gue yang bakal resign."

Sangaji mengusap kepala Achi dengan lembut, lalu bergegas pergi, "Oh iya, gue udah putus sama Stella." Sangaji menambahkan sebelum benar-benar menghilang dari pintu.

Achi memegang tempat Sangaji mengusapnya tadi. Aneh, padahal Sangaji sangat tidak suka skinship dengan siapapun. Tapi, usapan Sangaji memberinya sedikit semangat untuk kembali menelusuri daftar lowongan pekerjaan di layar laptopnya.

Ia melirik ke ponselnya yang tergeletak di sebelah laptop,

Sebentar lagi Sangaji pasti akan menelponnya.

***

Sesampainya Sangaji di kantor, ia langsung menuju ruangan atasannya, untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya.

"Maaf, Sangaji. Surat ini saya tolak."

"Loh, kenapa pak?"

"Achi udah lebih dulu ngasih surat resignnya. Kalo kamu mau resign juga, kamu harus nunggu perusahaan mencari pengganti kamu, dan itu ga sebentar."

Sangaji mencerna kalimat tersebut. Tiba-tiba semuanya menjadi jelas, pantas saja Achi terlihat santai di depan laptop padahal matahari sudah tinggi.

Sangaji bergegas pergi ke kubikel Achi, seakan belum percaya bahwa Achi benar-benar resign. Jantungnya mencelos saat melihat kubikel Achi. Yang didapatinya membuat keraguannya sirna seketika.

Kubikel yang biasa dipandangi dari ruangannya hanya untuk melihat hal-hal kecil yang dilakukan si pemilik kubikel sekarang sudah rapi dan bersih. Seakan tidak pernah ada yang menempati.

"Mas Salah, cari siapa?" Kepala Dara, tetangga kubikelnya Achi, muncul.

"Achi..." Sangaji tidak berniat menjawab pertanyaan Dara, ia hanya ingin menyebutkan nama itu, entah kenapa.

"Achi udah resign kemarin, Mas. Emangnya Mas Salah ngga di kasih tau sama Achi? Dia pamitan sama semua yang ada di lantai ini. Ga mungkin Mas Salah kelewat."

"Ngga. Dan jangan panggil saya Mas Salah. Nama saya Sangaji." Sangaji membalas sekenanya membuat Dara menutup rapat mulutnya.

Sangaji mendecih dalam hati, bahkan di rumah pun Achi tidak bilang apapun padanya. Sangaji menyugar rambutnya frustrasi, Achi benar-benar melakukannya.

Achi benar-benar resign dari pekerjaan yang paling dicintainya.

Tidak ada yang tahu seberapa besar Achi mencintai pekerjaan ini selain Sangaji. Dan rasa bersalah Sangaji semakin besar karena itu.

[2] kacang goreng • parksungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang