Jungkook dengan lihai menggerakkan jarinya di keyboard komputer. Matanya dengan cepat mengikuti pergerakan musuh dan dengan segera melancarkan serangannya. Ia sedikit bersorak saat salah satu musuhnya tumbang karena serangan jitu miliknya. Benar-benar hari yang menyenangkan. Sepertinya ia akan menang dengan mudah kali ini.
Ponsel di samping keyboard Jungkook bergetar, sebuah panggilan masuk memecah konsentrasinya. Ia melirik sebentar. Nama Saehee tertera dengan jelas di layar ponsel.
Jungkook mendecak kesal. Kenapa Saehee harus mengganggu waktu sakralnya seperti ini. Ia hampir menang dan kini panggilan Saehee benar-benar membuyarkan konsentrasinya.
Setelah beradu argumen dengan hati dan pikirannya, ia memutuskan untuk mengabaikan panggilan itu dan terus fokus di gamenya. Ia bahkan sempat mengganti senjata yang lebih ampuh untuk membasmi semua musuh virtualnya tanpa ampun. Jari-jarinya kembali bergerak dengan cepat. Ia menggigit bibir bawahnya sambil sesekali menjulurkan lidah, mencoba membasahi bibirnya yang kering karena kurang terhidrasi dengan baik.
Ponselnya kembali bergetar. Jungkook kembali melirik kearah ponselnya sambil mendecak kesal. Tak biasanya gadis itu menghubunginya dan sayang sekali ia harus menelpon disaat-saat kritis seperti ini. Mata Jungkook fokus kearah ponsel, sepertinya terjadi perkelahian batin lagi antara harus mengangkat panggilan itu atau harus kembali fokus di gamenya.
'Game Over'
Layar komputernya menampilkan kalimat itu dengan tampilan 'tubuh'nya yang sudah ambruk ketanah dan beberapa musuh yang seliweran di sekitarnya.
Jungkook menggeram kesal. Ia bahkan memukul meja dihadapannya sambil terus berteriak frustasi. Ia hampir saja menang dan sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa ia kalah di detik-detik terakhir pertempuran.
Jungkook meraih ponselnya dan langsung menjawab panggilan Saehee.
"Kenapa?" Nada bicaranya terdengar sangat cuek dan dingin, seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Ia menggaruk pelipisnya sebentar lalu memasang raut wajah cool andalannya.
"Kau dimana?"
"Di apartemen. Kenapa?" tanya Jungkook, masih dengan nada cueknya.
"Cepat keluar. Aku ada di depan pintu."
Saehee langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Jungkook tersenyum lebar. Entah kenapa kedatangan Saehee membuat kekelahannya barusan menjadi tidak berarti. Jika saja ia tahu Saehee ada di depan pintu apartemennya, mungkin ia akan segera mengakhiri game 'membosankan' itu.
Jungkook berlari kecil menuju pintu. Ia kembali memasang wajah cool, menata rambut dengan jarinya, juga berdehem beberapa kali untuk menyesuaikan nada bicaranya nanti.
Jungkook membuka pintu dan langsung menemukan sosok Saehee disana. Saehee langsung menerobos masuk tanpa basa-basi. Ia menatapi suasana apartemen Jungkook yang terkesan ... berantakan. Ia bahkan bisa melihat dengan jelas tumpukan piring kotor yang ada di bak cuci piring. Benar-benar pria pemalas.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba mencari ku?" tanya Jungkook sambil berjalan perlahan menuju sofa yang ada di tengan ruangan.
"Pinjamkan aku sepasang pakaianmu."
Jungkook mengerutkan dahi. Seperti tidak percaya dengan ucapan Saehee barusan.
"Kau mau meminjam pakaianku? Apa kau kehabisan pakaian? Hei ... pakaian terlalu besar untuk ukuran tubuhmu yang mungil itu."
"Sudah, jangan banyak bicara. Pinjamkan saja sepasang pakaianmu padaku. Aku akan segera mengembalikannya," kata Saehee sedikit kesal.
Jungkook mengendikkan bahunya. Ia dengan santai berjalan menuju kamar, mengambil sepasang pakaian bersih dari lemari dan kembali ke ruang tamu.
"Untuk apa pakaianku? Kau bukan tipe gadis yang malas mencuci kan?" tanya Jungkook dengan wajah curiga.
"Hei, berhentilah mengomel. Aku akan segera mengembalikannya padamu." Saehee yang tak sabaran mencoba mengambil pakaian dari tangan Jungkook. Namun sayang, Jungkook lebih cekatan dan dalam sepersekian detik ia bisa menghalangi Saehee dan menyembunyikan pakaian itu dipunggungnya.
"Untuk siapa pakaian ini?" tanya Jungkook penuh curiga.
Jungkook maju beberapa langkah. Matanya terlihat sangat agresif. Ia membungkuk perlahan, mencoba mengacuhkan tatapan was-was Saehee. Jungkook perlahan mendekati Saehee, ia bisa mencium bau alkohol di baju Saehee.
"Kau ... minum dengan pria?" tanya Jungkook to the point.
Saehee gugup. Tatapan Jungkook mengintimidasinya, memunculkan rasa takut yang entah apa alasannya. Saehee dengan susah payah meneguk salivanya, dalam sepersekian detik, ia merancang alasan yang baik untuk lolos dari pertanyaan lainnya dari Jungkook.
"Iya. Aku minum dengan pacarku semalam. Dia ada di apartemenku dan ... aku butuh pakaianmu untuknya. Dia ... tidak bawa pakaian. Aku akan segera mengembalikannya padamu." Saehee bergerak maju, mencoba merampas pakaian yang ada di genggaman Jungkook. Namun sayang, Jungkook dengan lihai menghindar tak peduli seberapa banyak Saehee mencoba mengambil hoodie abu-abu dan celana pendek berwarna hitam itu dari genggamannya.
"Akh! Berikan padaku!!!" teriak Saehee frustasi. Ia menatap sebal pada Jungkook. Namun sepertinya tatapan maut Jungkook jauh lebih menyeramkan daripada tatapan miliknya.
"Dia bukan pacarmu kan? Kau tidak seharusnya membawa sembarang pria untuk tidur diapartemenmu." Jungkook masih dengan tatapan penuh intimidasi dan agresif mencoba 'memperingatkan' Saehee bahwa ia benar-benar tidak senang saat ini. Ia benar-benar tidak rela jika pakaiannya dikenakan oleh pria yang dekat dengan Saehee.
"Jungkook-ah!" rengek Saehee frustasi. Ia tidak bisa membiarkan Jimin berkeliaran tanpa pakaian diapartemennya. Jungkook sialan! Jika saja ia tidak menguras isi dompetnya semalam, mungkin ia akan lebih memilih untuk membelikan Jimin pakaian bagus di mall.
"Baiklah, aku akan meminjamkan pakaianku. Tapi aku akan memberikan langsung padanya dan memberikan salam hangat terlebih dahulu."
Jungkook melangkah maju, namun dengan segera Saehee menarik lengannya. Pelototan tajam Saehee tak menggentarkan keinginan Jungkook untuk memberikan satu atau dua bogem mentah kewajah pria yang berani-beraninya tidur diapartemen Saehee.
"Jungkook-ah! Aku akan mengganti pin apartemenku besok. Aku akan menggantinya kembali menjadi tanggal lahirmu tapi kumohon ... pinjamkan aku bajumu dan jangan buat masalah hari ini. Apa kau tidak puas menghancurkan kencan butaku waktu itu?" pinta Saehee dengan wajah memelas.
Jungkook dengan pelototan tajam mencoba untuk melepaskan genggaman Saehee, namun penawaran gadis itu bagus juga. Ia akan kembali 'menguasai' apartemen Saehee dan jika beruntung ia bisa bertemu dengan pria itu dan memberinya beberapa salam perkenalan.
"Jungkook-ah .... Aku tidak bisa membiarkan dia berkeliaran tanpa busana kan?"
Alis Jungkook menyatu, matanya semakin membesar. Ia sudah memikirkan sesuatu yang tidak-tidak di kepalanya. Seorang pria tanpa busana ... dan Saehee ... berdua diapartemen kecil. Aish! Benar-benar mimpi buruk.Jungkook menghentakkan lengannya, membuat genggaman tangan Saehee terlepas. Ia dengan wajah kesal menyerahkan sepasang pakaian itu kepada Saehee dan langsung masuk ke kamar dengan bantingan pintu yang sangat keras.
Saehee mengendikkan bahunya. Setidaknya kali ini ia bisa menang melawan Jeon Jungkook.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanfictionDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...