Chapter 6

1.4K 197 604
                                    

🎶 Onestar - The Star 🎶


Sehun membiasakan netranya menerima rangsangan cahaya setelah terbangun dari tidur cukup singkat. Menghela lalu menyangga lengan kokohnya di atas pelipis.

Setelah menghabiskan malam panas dengan Terra, ia masih menegak beberapa botol alcohol untuk menenangkan pikirannya setelah Luhan menolak untuk memberinya kesempatan.

Ah sial..!

Ia tidak bisa menerima ini. Ia tidak akan menerima keputusan mantan isterinya begitu saja.

Jika Luhan tidak menyambutnya dengan cara baik, maka terpaksa ia akan meraih kesempatan untuk kembali bersama dengan cara lain. Termasuk cara yang melanggar norma sekali pun.

“Kau sudah bangun..? Mandilah, sudah ku siapkan rendaman air hangat untuk menyucikan tubuhmu..!”, Suara Seoulhyun menarik atensi Sehun. Dari kalimat yang terlontar, Sehun paham bahwa isterinya tersebut tahu bahwa semalam ia telah menghangatkan ranjang bersama wanita malamnya.

“Apa puteriku sudah berangkat sekolah..?”. Tanyanya tanpa memperhatikan bahwa hari sudah siang menjelang sore.

“Hari sudah nyaris sore. Mandilah terlebih dahulu..! Aku akan menyiapkan sup sebagai pengar untuk sisa mabukmu semalam..”. Enggan memberi tahu jika puteri kurang ajar yang selalu dibanggakan suaminya tersebut sudah pergi sejak pagi-pagi sekali. Ia tidak tahu kemana, dan tidak ingin tahu kemana gadis itu pergi. Baginya akan lebih baik jika Selena pergi selamanya dari rumah ini.

Sehun menyibak selimut. Mengambil jubah tidur panjang untuk memeriksa langsung puteri tercinta. Menghiraukan seruan dan panggilan isterinya yang hanya bisa menghela lelah karena kerapnya diabaikan.

“Puteri Ayah..!”. Sudah ketukan kedua kali namun tetap tidak mendapat jawaban.

Sehun mengernyit heran. Apa puterinya berniat membolos?

“Puteri Ayah masih tidur, hm..?”. Tidak gentar menunggu jawaban. Niatnya juga ingin meminta maaf karena ia pulang terlalu larut malam. Tidak – bahkan waktu sudah bisa dikatakan pagi, mengingat percintaannya dengan Terra selesai ketika jarum jam berada di angka 1 lebih 30 menit.

Sehun kerap menyesal jika melewatkan meski satu malam untuk menyiapkan susu untuk puterinya.

“Puteri Ayah, tolong buka pintu, nak..! Selena marah karena Ayah tadi malam tidak membuatkan susu..? Okay, Ayah minta maaf, hm..? Ayah sibuk sekali tadi malam, nak..”. Penyesalan yang selalu ia ulang-ulang karena kenyataannya ia selalu mengingkari demi menunggangi tubuh panas wanita malamnya, Terra.

“Tuan, mohon maaf tapi nona Selena sudah pergi sejak pagi-pagi sekali..”. Sela salah satu pelayan.

“Apa..? Maksudmu pergi bagaimana..? Puteriku tidak mengatakan apapun..”. Alisnya menukik tajam ketika nama puterinya dengan kata kerja pergi disandingkan.

“Nona muda tidak mengatakannya, tapi nona membawa dua koper. Tidak satupun dari kamu berani menanyakan kemana tujuan nona pergi, tuan..”. Karena semua pelayan khawatir akan berakhir merusak suasana hati nona mudanya yang berubah sering marah-marah tersebut.

“Aisshh.. Apalagi ini..!”. Mendesis marah lalu melangkahkan tungkainya menuju kamar. Mengambil ponsel untuk menghubungi puterinya.

Dua sambungan masih belum dijawab. Sehun tetap mengudarakan panggilan sampai puterinya menjawab.

Hallo..”. Suara seberang setidaknya mampu melegakan resahnya sebagai seorang Ayah.

“Selena pergi kemana..? Kenapa tidak pamit dengan Ayah, hm..? Selena ada tugas sekolah atau bagaimana..? Kenapa tidak minta antar ke Ayah..?”. Lupa jika pagi-pagi sekali mulutnya masih menganga karena terlalu lelah. Bahkan ia lupa jika puterinya memiliki supir pribadi untuk mengantarkan gadis tersebut kemana pun.

Soleluna-PDF (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang