08

377 67 13
                                    


"Jeff, kamu kenapa dari tadi keringetan terus ih? Ac mobil nya kurang dingin? Da perasaan teteh mah engga."

Auristal memang cukup heran dengan keadaan Jeffrian-- adiknya yang sejak berada di dalam cafe tadi terus menerus berkeringat. Adiknya itu memang gampang sekali berkeringat tetapi hanya dalam keadaan panas, berbeda dengan keadaan di cafe dan di mobil yang sudah cukup dingin.

"Kamu engga sakit kan Jeff?" Tanya Auristal yang kemudian meletakan punggung tangannya di atas dahi Jeffrian.

Jeffrian langsung menurunkan tangan milik kakak nya tersebut.

"Adek lagi engga sakit teh."

"Terus kunaon kamu keringetan gini."

Jeffrian menarik napas nya dalam kemudian mengehembuskan kembali dengan suara yang cukup keras.

"Teteh gak liat tadi kakaknya Janita ngeliatin adek tuh mata nya kaya ada laser nya." Seru Jeffrian sambil menyeka keringat nya dengan tissue.

"Lebay kamu ah, baru segitu gimana nanti kalau kamu ngelamar Janita?"

"Teteh mah sok kitu da." (Teteh mah suka begitu)

Auristal tertawa karena melihat ekspresi sang adik yang masih sangat kentara belum bisa melupakan kejadian di cafe tadi ketika Johnny mengeluarkan beberapa pertanyaan untuk Jeffrian.

"Udah ini mau pulang aja?" Tanya Jeffrian memastikan.

"Iya hayu pulang, tapi mampir dulu beli ayam bakar madu kesukaan nya Ambu.. tadi Ambu nitip."

Jeffrian mengangguk paham kemudian melajukan mobil hitam nya ke tempat penjual ayam bakar madu yang dimana menjadi makanan kesukaan sang Ambu. Tidak lama setelah mampir di tempat penjual ayam bakar madu, mobil Jeffrian sampai di depan halaman rumah nya dan langsung terlihat jika Ambu sedang menyiram beberapa tanaman miliknya.

Kalau kata Jeffrian, Ambu nya ini sedang terkena demam bercocok tanam seperti kebanyakan orang di luar sana dan jadilah Jeffrian yang menjadi teman sekaligus supir Ambu ketika Ambu ingin mencari beberapa tanaman baru.

"Ambu tadi titip ayam bakar sama si teteh?" Tanya Jeffrian ketika keluar dari mobil.

Ambu yang mendengar hal tersebut langsung beralih pada Jeffrian yang memang sedang membawa plastik berwarna putih bertuliskan nama tempat penjual ayam bakar tersebut.

"Iya tadi Ambu titip sama teteh. Kamu kemana aja sama teteh kaya nya asik banget?"

Auristal baru saja ingin menjawab pertanyaan dari Ambu tapi kalah cepat dengan tangan Jeffrian yang langsung menutup mulut nya seolah tidak mengizinkan nya untuk memberitahu pada Ambu.

"Abis ambil toga habis itu anterin si teteh ketemu temen nya." Jelas Jeffrian dengan berbohong.

"Bohong Ambu. Bangor kamu berani bohong sama Ambu." Sahut Auristal setelah berhasil melepaskan tangan sang adik.

"Tadi abis ketemu Janita terus main sebentar ketemu kakaknya. Tau gak Ambu, si bujang ini muka nya pias banget siga mau lamaran." (Tau gak Ambu, si anak cowo ini mukanya pucat banget kaya mau lamaran)

Auristal tersenyum penuh kemenangan karena berhasil kembali meledek Jeffrian yang kini terlihat sangat kesal dengan ulang kakaknya.

"Gapapa. Itung-itung latihan siapa tau anak bujang Ambu mau ngelamar Janita nanti." Goda Ambu pada anak lelakinya.

Yang diledek kini semakin menekuk wajah nya. "Ambu mah tega pisan, saruana sama si teteh." (Ambu tega banget sama kaya si teteh)



Berbeda dengan keadaan Jeffrian sekarang, Janita masih berada di cafe tadi tengah menunggu sang kakak untuk menyelesaikan pekerjaan nya karena sebentar lagi akan bertukar shift maka Janita memutuskan untuk pulang bersama dengan Johnny.

ANAGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang