Bagian Ketiga (3)

5 2 0
                                    

Tiba-tiba pintu gudang didobrak oleh seseorang. Seorang gadis yang biasa dipanggil Vivi muncul di balik pintu. Vivi baru saja bergegas untuk pulang, karena kelelahan membersihkan ruang musik, tanpa sengaja mendengar suara dari ruangan ini, saat mengambil sepedanya di parkiran.

"Oh, jadi begini kelakuan siswa yang katanya peringkat pertama, juara kelas bertahan, yang dipuja wanita satu sekolah,"Vivi tersenyum remeh, sambil meletakan tangan kanannya dipinggang, dia lalu mengacungkan ibu jarinya, memutarnya ke bawah, dan berkata, "Rendahan,"

"Lo ga usah ikut campur, ini urusan kita sama si cupu ini! gini ya...kita berempat ini cowok sejati, kita ga mau nyakitin cewek dengan kekerasan..."ucap Boy, melepaskan kerah seragam Radit.

Sambil menepuk pelan bahu Boy, Kenny ikut bersuara,"Jadi, daripada lo ikut campur mendingan lo cepat pergi dari sini, sebelum nasib lo, sama kayak si cupu ini, ngerti lo,"suaranya dari bernada santai sampai sedikit meninggi, karena kesal kesenangannya diganggu.

"Oh ya, tapi sayangnya, gue berniat untuk ikut campur, kalo kalian berani, silahkan maju satu per satu, kita buktikan saja, siapa yang akan bernasib sama seperti si cupu yang kalian sebut-sebut ini,"tantang Vivi, masih dengan posisi berkacak pinggangnya, mengibaskan rambut panjangnya dengan salah satu tangannya.

"Wah, nantangin, sikat Boy, lo duluan,"Gio yang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan, ikut merasa tertantang.

"Wait, tunggu dulu,"Vivi mengambil karet rambut yang tersembunyi di saku rok abu-abunya, mengikat rambutnya menjadi satu.

"Oke, silahkan yang mau maju,"kali ini tangannya sengaja diulurkan, keempat jarinya digerakan ke atas dan ke bawah.

Boy melangkah mendekati Vivi, berniat menamparnya. Dengan cepat Vivi menangkap tangan Boy, memutarnya ke belakang, lalu mendorongnya hingga jatuh tersungkur.

“Yah ampun Boy, masa sih sama cewek aja kalah, biar gue yang maju,”Kenny melangkah mendekati Vivi. Dengan cepat Vivi menendang perut Kenny, dua kali bertubi-tubi. Hanya dengan dua kali serangan Kenny menerima nasib yang sama dengan Boy.

Gio tak tinggal diam, melihat kedua sahabatnya tumbang, dia melangkah maju, mencoba meninjunya,"Gue sedikit berbeda dari mereka, jangan harap lo bisa lolos,"Vivi menghindar, menangkap tangan Gio, lalu membanting tubuhnya.

“Awww....”Gio mengaduh kesakitan.

“Kalo lo sama temen-temen lo, berani bully orang lagi, gue ga akan segan-segan matahin tangan lo dan temen-temen lo itu, ngerti lo,”ancam Vivi menendang kaki Gio.

Vivi menatap Darren tajam, "Lo, yang dari tadi cuma diam dan ngeliatin kita aja, sini lo maju, jangan bisanya cuma berlindung di balik anak buah lo doang,"

Gila, baru kali ini gue nemu cewek kayak dia. Begitu banyak cewek yang gue liat dan dikenalin sama Boy, tapi ga ada satupun yang seberani dia -batin Darren

Prok....prok...prok...Darren menepuk tangannya dengan keras,”Cukup menarik, silahkan diambil si cupu ini nona, urusan kita sudah selesai dengan dia, tapi urusan kita baru akan dimulai nona, cabut guys...”Darren bangkit dari tempat duduknya, berjalan menjauh, disusul oleh teman-temannya, dan menghilang di balik tembok.

Tanpa Darren sadari, meskipun cukup sakit seragan dari Vivi, tapi cukup membuat Boy terkagum-kagum, dan tersenyum saat meninggalkan ruangan itu.

“Lo ga apa-apa?”Vivi menarik tangan Radit, membantunya berdiri.

“Ga, gue ga apa-apa, thanks ya Vi, lo tadi berani banget,”puji Radit, masih meringis kesakitan.

“Kalo gue ga berani, lo udah habis dipukulin sama mereka, lagian lo jadi cowok lemah banget sih, lo itu cowok, harusnya lo bisa beladiri, ikut kursus sana, kalo lo ga bisa beladiri, gimana lo mau ngelindungin orang-orang yang lo sayang, saat mereka dalam bahaya,”omel Vivi, menepuk keras bahu Radit, hingga membuat dia mengaduh.

Melihat ekspresi Radit membuat Vivi tertawa lebar,”Hahaha...ya udah gue duluan ya, lo bisa pulang sendiri kan?gue sih yakin mereka ga akan ganggu lo lagi,”

“Ya, sekali lagi makasih,”Radit tersenyum kikuk, yang dibalas dengan lambaian tangan oleh Vivi.

Selama perjalanan pulang, tanpa Vivi sadari, ada seseorang di belakangnya, yang telah menunggunya dan mengikutinya sampai ke rumah. Orang itu hanya mengawasinya, tanpa berniat untuk menggaanggunya.

Keesokan harinya, Vivi tiba di sekolah lebih cepat dari biasanya, karena tak ingin kembali dihukum lagi oleh Bu Ros. Saat sedang menaruh tas ransel di atas mejanya, tepat di kolong mejanya, Vivi melihat setangkai mawar terbungkus rapi, dengan sepucuk surat disamping mawar itu.

“Eh...siapa yang ngasih gue bunga pagi-pagi begini?”Vivi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengerutkan dahinya.

“Hm...hm...cie...dapet mawar nih ye,”ledek Carla yang tiba-tiba datang mengangetkan Vivi

“Gue ga tau siapa yang kirim, ada suratnya juga nih,”Vivi menyodorkan sepucuk surat itu pada Carla

“Kok kasih gue, lo buka dong, dibaca lah, ayo cepet...”perintah Carla.

Setangkai mawar, untuk wanita pemberani.
Yang selalu bersinar setiap hari.
Seperti matahari...
Yang selalu menghangatkan hariku.
Semoga harimu menyenangkan.
Salam manis,
Secret admirer
From : d

“Wah...gila...gila...gila...ini dari siapa ya, keren...cie...cie...Vivi diam-diam punya pengagum rahasia hahaha...”Carla tertawa girang, hampir melompat dari tempat duduknya, di samping Vivi, membuat seisi kelas melirik ke arah mereka.

“Sssttt...La...suara lo pelan dikit kenapa,”protes Vivi tertunduk malu, dilihat oleh siswa-siswi, yang mulai berdatangan masuk ke dalam kelas.

Carla menutup mulutnya dengan kedua tangannya,”Opppsss...sorry beb, abis gue seneng banget, gue pikir lo itu akan jomblo seumur hidup, mengingat sikap lo yang jutek banget sama cowok hahaha...eh...tadi siapa itu tulisanya di bawah, ada tulisan d yah, kalo ga salah,”Carla menunjuk surat yang masih dipengang Vivi.

“Iya, kira-kira siapa ya?dan apa sih maksud orang ini kasih surat begini?emang ini masih jaman si doel anak sekolah apa, pake surat-surat segala,”cibir Vivi

“Nih...bunga sama suratnya buat lo aja,”Vivi menyodorkan bunga dan surat itu pada Carla

“Ih...apaan sih, ini kan buat lo, udah simpen aja, siapa tau nanti lo bisa menemukan si pangeran pengagum rahasia lo, terus lo dan dia jatuh cinta, lalu pacaran, terus menikah dan hidup bahagia,”Carla mulai berkhayal membayangkan hal itu menjadi kenyataan.

“Ih...apaan sih...kebanyakan nonton drama korea lo,”

Perlu diketahui, Carla ini pecinta korea, mulai dari makanan hingga semua drama televisi korea sampai ke group bandnya, dia tau semuanya, selalu berkhayal bisa menemukan pangeran berkuda putih, dan hidup bahagia bersama pangeran pujaannya yang  ramah, baik dan selalu membantu orang lain di istana yang megah

“Lagi pada ngomongin apa sih?”Darren tiba-tiba muncul disamping Carla.

“Oh, ini si Vivi punya pengagum rahasia,”cerita Carla.

“Oh...udah sana lo pindah, itu tempat duduk gue,”protes Darren mengusir Carla, yang duduk di samping Vivi.

“Iya, ih...sabar kali, sewot banget sih lo,”Carla berdiri dari tempat duduknya, menekuk wajahnya.

“Eh...tapi tunggu dulu deh, lo cuek banget, terus tadi ada inisial namanya juga, atau jangan-jangan lo yang ngasih surat dan bunga ke Vivi ya?”Carla bergeser dari kursi Darren, mempersilahkan dia menyelinap masuk ke mejanya.

“Sembarangan lo, ngapain gue ngasih bunga sama surat, ke nih...cewek galak, ogah banget,”Darren duduk, menaruh tas ranselnya di atas meja.

“Yeh...biasa aja dong, ga usah ngegas, ya udah Vi, gue balik ke bangku gue dulu ya, bye...”Vivi hanya tersenyum kecil, Carla pun beranjak menuju kursinya.

Bad Boy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang