I will still use some of the original text (mostly on dialog) because there are several sentences if translated will be strange and even cringe. Thank you Bex-chan for allowing this story to be translated. Because there are so many Dramione fans in Indonesia who need fresh stories, but maybe some of them don't have the ability to read English.
Buat kalian yang pengen baca cerita aslinya dan karya-karya lain dari Bex-chan, bisa langsung mampir ke akun FanFiction beliau.
A whole concept, plot, and original story by Bex-chan. All characters belongs to J.K. Rowling. But this translate belongs to me.
Selamat membaca~
____________________________________________________
2 Agustus 2003.
Beberapa tahun setelah pertempuran Hogwarts, dua bulan setelah Voldemort terbunuh oleh Neville Longbottom, dan satu bulan setelah Hermione Granger ditemukan di ruang bawah tanah Lestrange Manor; sekarat dan hilang ingatan tentang kehidupannya selama empat tahun ke belakang.
____________________________________________________
Draco mengatupkan giginya saat dia mengamati kekacauan peta di hadapannya, mencondongkan tubuh ke depan dan mengulurkan pena bulunya untuk menandai dengan kasar area Derbyshire. Ia mengangkat kepalanya ketika mendengar desir gerakan dan mengangguk pelan pada Blaise yang baru saja memasuki tenda, sedikit cemas jika tangannya terlihat gelisah. Draco tetap diam, membuat rekannya dengan enggan mendekat, melirik tumpukan peta yang menurutnya berbentuk bunga-bunga.
"Terlihat bagus," kata Blaise, berdehem sejenak sebelum melanjutkan. "Biar kutebak, ini semua adalah kota yang telah kita ambil alih? "
Draco mengangguk. "Aku baru saja menerima kabar dari Finnigan. Mereka telah menangkap semua Pelahap Maut yang bersembunyi di dekat Derby dan Nottingham, mereka mendirikan perkemahan di sana untuk mencoba memulihkan diri. Jika keadaan terus seperti ini, kita bisa pindah ke kota-kota dan keluar dari kamp berdarah ini dalam waktu sekitar enam bulan. Finnigan melaporkan bahwa mereka juga menemukan beberapa tahanan; tujuh mati, tapi dua puluh dua hidup."
"Itu lebih baik dari yang kau harapkan."
"Menurutku yang terbaik adalah tetap bersikap pesimis. Paling tidak dampaknya akan lebih sedikit ketika hasilnya tidak sesuai harapan kita."
Blaise menyeringai kecil. "Terdengar agak puitis."
"Bukan maksud yang sebenarnya," balasnya retoris, melayangkan tatapan bertanya pada rekannya. "Apa yang kau lakukan di sini, Blaise?"
"Tidak bolehkan seorang teman mampir dan melihat bagaimana keadaan temannya yang bekerja dengan baik untuk menyelamatkan Inggris Raya?"
"Aku akan percaya jika itu bukan dirimu."
"Oke tampaknya aku semakin mudah ditebak," Blaise mengangkat bahu, bersandar di bangku yang goyah dan hampir tidak bisa menahan berat badannya. "Baiklah, aku datang untuk menanyakan mengapa kau belum berbicara dengan Granger."
Punggung Draco menegang dan tinjunya mengepal ketat. Kukunya menusuk kulit telapak tangan, dan darah menetes di sela-selanya. "Blaise, jangan-
"Tidak, aku akan tetap melakukannya, Draco. Sudah sebulan sejak dia kembali, dan tiga minggu sejak dia sadarkan diri. Kau perlu menghadapi ini-
"Aku tidak perlu melakukan apapun!" Draco berteriak. "And screw you, Blaise, karena mencoba memberitahu apa yang harus kulakukan!"
Blaise bergeming. "Jawab pertanyaanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Twice | DRAMIONE [END]
FanfictionOriginal story by Bex-chan. Translated. "Mereka mencabik-cabiknya dan kemudian menghapusku dari ingatannya untuk mengirimiku sebuah pesan. Untuk mengacaukan hidupku. Untuk menghancurkan..." "To break your heart," DRAMIONE POST-HOGWARTS. ONE-SHOT. AU...