7. Jatuh Cinta?

182 9 0
                                        

Nevan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku dengan mengangkat kedua tangan lalu menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Matanya terpejam untuk meringankan rasa pedih di kedua netranya setelah seharian berjibaku dengan berkas dan layar laptop. Hari ini Nevan sengaja mengosongkan jadwal meeting untuk fokus mengecek detail laporan dari direktur keuangan. Sudah tidak terhitung jumlahnya Hannah ke luar masuk ruangan CEO muda tersebut untuk menjalankan semua perintahnya. Bahkan Nevan hampir menghabiskan 3 cangkir kopi hari ini. Makan siang pun Nevan memilih makan di ruangannya dengan menu delivery order dari restoran langganannya.

Hannah mulai risau saat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tiga sore sedangkan Nevan sepertinya masih asyik dengan tumpukan berkas di hadapannya. Hannah terdiam cukup lama hingga suara bariton Nevan mengejutkannya.

"Ada apa Han? Kamu masih sakit?" Tanya Nevan yang seketika membuat lidah Hannah kelu.

Nevan berdiri lalu menghadap kaca raksasa di hadapannya yang menampakkan kesibukan kota Jakarta, tangan kirinya tenggelam ke dalam saku celana sedangkan tangan kanannya membawa secangkir kopi dan meneguknya perlahan. Nevan sengaja menghindari tatapan Hannah yang selalu mengingatkannya pada malam panas yang pernah mereka lalui bersama. Sedangkan Hannah tengah mengumpulkan keberanian untuk meminta izin pulang terlebih dahulu, ia benar-benar tidak bisa lembur untuk kali ini karena harus segera ke rumah sakit.

"Maaf Pak Nevan, apa saya boleh izin pulang terlebih dahulu? Saya mohon maaf tidak kerja lembur untuk hari ini," terang Hannah dengan suara bergetar. Ia tatap punggung lebar Nevan yang masih bergeming. Nevan terdiam cukup lama hingga akhirnya bersuara.

"Pulanglah!" Balas Nevan singkat tanpa mau repot-repot menatap Hannah. Ia justru menikmati hangat cahaya mentari di ufuk timur.

"Terima kasih Pak." Hannah segera ke luar dari ruangan Nevan lalu bergegas membereskan meja, tas, dan mematikan komputernya lalu berpamitan pada Siska dan Rayhan rekan kerjanya yang masih terlihat serius dengan pekerjaan masing-masing. Minggu terakhir di setiap bulan seperti ini pasti semua karyawan mendapatkan jatah lembur termasuk Hannah. Namun, karena suatu hal ia harus mengenyampingkan pekerjaannya dulu dan lebih mementingkan kesembuhan Fahmi adiknya.

Hannah yang berjalan tergesa-gesa hampir saja menabrak Tony yang baru saja berjalan dari arah kamar mandi.

"Maaf Pak Tony," ucap Hannah dengan mengatupkan kedua tangan di depan dada dengan tersenyum kaku.

"Hati-hati di jalan!" Balas Tony dengan santai yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Hannah. Tony tersenyum seraya melambaikan lalu melangkah menuju ruangan Nevan.

"Bos ingin pulang sekarang? Atau langsung fitness?" Tanya Tony yang kini telah berada di dalam ruangan Nevan. Hari ini adalah jadwal Nevan fitness.

"Kamu pulang saja, saya ingin pergi sendiri," balas Nevan tanpa bersemangat.

"Ok, terima kasih bos untuk bonusnya," balas Tony santai namun penuh selidik. Tony sadar betul perubahan sikap Nevan akhir-akhir ini tetapi Tony memilih diam sebelum bosnya sendiri yang mengatakan masalah itu padanya. Meskipun mereka bersahabat tetapi Tony tahu diri dan menyadari batasan untuk tidak ikut campur masalah privasi Nevan.

Seperti biasa Hannah pergi bersama Mang Damar, driver ojek langganannya menuju rumah sakit Medica Center. Berselang 10 menit mobil Nevan turut meninggalkan gedung pencakar langit miliknya. Tanpa Hannah sadari kini mobil Nevan hanya berjarak 2 mobil dari ojek yang ia tumpangi. Nevan sengaja mengikuti Hannah karena rasa penasarannya sejak dua hari lalu saat ia melihat Hannah memasuki sebuah rumah sakit, padahal Hannah terlihat sehat dan baik-baik saja. Nevan tidak akan tinggal diam jika ternyata Hannah berani berbohong hanya untuk urusan pribadi dan meninggalkan kewajibannya begitu saja.

My Possessive CEO (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang