bab 1

9 2 0
                                    

Anin tergesa gesa merapikan seragamnya dia takut ditinggal . Diambil sepatu yang sudah dibersihkan kemarin malam karna paginya dia sibuk didapur membantu ibu dan pembantu lain.

Ya pembantu.

Tangan kanan memegang tas dan sebelah kiri sepatu, anin harus segera sebelum sang majikan memanggilnya lagi. Bukan karena takut tapi ini udah hampir jam 8 pagi sebentar lagi mereka akan telat kalau tidak cepat.  tuan mudanya itu sangat baik hanya saja dia tidak nyaman dengan kebaikannya karna menurutnya majikan tetaplah majikan dia harus patuh dan sopan tidak baik kan kalau terlalu lalai. Apalagi ibunya hampir bekerja 8tahun jasa pemilik rumah sangat banyak dan Anin hidup dari pekerjaannya ini.

"Nin gw kan udah bilang jangan taroh sepatu gw dirak sebelah lemari,  gw gak suka." Anin mengangguk meletakkan sepatu dibawah kaki sang majikan

"maaf mas saya lupa kasih tau Kiki"

Tuan muda mendongak dan Anin menunduk. Arwan Singgih Putra pertama dan adiknya Maharani Engelina Singgih satu-satunya pemilik showroom mobil terbesar di Jakarta dan peralatan electronik yang sudah berkembang diberbagai kota Roy Kusumo Singgih dan nirwana putri Singgih orang tuanya.

"Lo suruh Kiki?" Mengangguk Anin tahu dia salah
Berdecak "Dia gk tau tentang gw nin Lo kan yang ngatur semua peralatan peralatan penting gw jadi gak usah suruh suruh Kiki nanti malah salah semua tempatnya"

"Baik. Maaf"

Arwan berdiri merapikan seragamnya dilihat dulu rambut pendeknya rapi apa belum.
Anin hanya melihat tanpa bersuara .
Sang majikan muda. Siapa yang tidak kagum Dengan pesonanya tubuh tinggi dan hidung mancungnya itu. Anin hanya tersenyum dia lupa, tidak pantas mengaguminya seperti itu. Tapi bisakah dia diam diam suka dan berharap? Tidak. Tapi bukankah manusia diciptakan punya hati . Dan hatinya kini hanya melihat sang majikan tampannya itu.

Kembali ke kodrat bawah. lagi lagi Anin tersenyum. Senyum miris.

"Dibawah tuan sama nyonya sudah menunggu mas sarapan"

Mengambil tasnya arwan menuju ruang tengah, Anin sudah tau arwan akan berhenti disebelahnya "jangan lama lama gw gk mau nunggu Lo lagi. Kalau lambat gw tinggal kesekolah duluan"
Mengacak rambut Anin dan Anin membalasnya dengan anggukan sopan.

Seperti inilah kesehariannya menyenangkan bukan? Anin jelas baper tapi Arwan? tidak mungkin.
Masuk sekolah dengan jaminan beasiswa sangat beruntung bagi Anin karna dia ditempatkan sama dengan Arwan. Laki laki paling disegani disekolah selain pintar Arwan juga terkenal dengan sebutan pangeran es dari kutub Utara . Tapi juga paling hangat kalau sudah dekat dan akrab.

Menuju lantai bawah Anin mengikuti Arwan yang langsung duduk ditempat  makan menyapa ayah dan ibunya mengacak rambut adiknya yang masih SD sang adik menggerutu gemas .dengan sigap Anin memoleskan roti dengan selai coklat dan sedikit mentega.

"Udah mau lulus kok ya masih betah diurusin sih wan. Kamu gk malu sama  tinggi badan kamu itu apa apa ya jangan panggil Anin atau bok Sri juga mereka gk ngurus kamu doang"

Arwan tau ibunya ini mengatakan itu berulang ulang kali tapi ya Arwan memang begitu "iya ibu tenang aja sebentar lagi aku gk akan nyuruh Anin dan bok Sri  kan ayah mau ngirim aku ke luar negeri"

"Ya tapi kan kamu harus mulai belajar mandiri wan. Tidak mungkin kan nanti setelah pindah kamu langsung tau tau sendiri. Ibu udah hafal watak kamu"

menghela nafas "oke oke baik bu. Arwan mengerti" menghabiskan rotinya dia menghampiri sang ibu menunduk dan memeluk. Arwan pamit "watakku itu keturunan ibu dan wajahku tidak jauh-jauh dari ayah jadi jangan salahkan aku kalau nanti anakmu ini lebih sukses dari kalian"

diatas bahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang