dezessete

837 120 16
                                    

Segala upaya telah Younghoon lakukan untuk membuat Juyeon setidaknya berhenti terisak seperti ini. Namun, nihil. Younghoon bisa merasakan bagaimana sedihnya Juyeon saat tau Ibunya mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan hidupnya. Juyeon terus-menerus menyalahkan dirinya atas kematian sang Ibu. Bahkan berulang kali bilang kalau ialah orang yang seharusnya lebih pantas untuk mati alih-alih Ibunya.

Yang hanya bisa Younghoon lakukan saat ini adalah memeluk Juyeon. Mengucapkan kata-kata penenang meskipun ia tau kalau itu sama sekali tidak berguna karena bukannya berhenti menangis, Juyeon malah menangis semakin keras.

Satu-satunya cara untuk menenangkan Juyeon adalah memanggil dokter agar menyuntikkan obat penenang kepada Juyeon. Semakin lama Younghoon semakin tidak tega mendengar tangisan pilu Juyeon. Selain fakta kalau ia sudah kehabisan akal untuk mencari cara menenangkan Juyeon.

Hal itu sudah berlalu sejak beberapa jam yang lalu. Efek samping obat tersebut rupanya telah habis. Juyeon telah bangun dari tidurnya. Duduk dengan pandangan kosong seakan tidak menyadari sama sekali keberadaan Younghoon yang sedang memperhatikannya dengan tatapan kasihan.

"Juyeon pengen makan apa?" Younghoon memilih untuk bersuara. Setidaknya agar Juyeon tidak lagi memikirkan dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Ibunya. "Biar kakak beliin."

Akan tetapi, Juyeon tetap berpegang pada keterdiamannya. Bibirnya seakan terkunci dengan rapat. Pikirannya tertuju pada keinginan untuk mengakhiri hidupnya demi menyusul sang Ibu.

Younghoon mendengus. Perlahan mulai beranjak pergi dari kamar dimana Juyeon saat ini sedang dirawat. Sepertinya lelaki itu butuh ketenangan untuk sesaat.

.
[Limerence]
.

Younghoon kembali ke rumah sakit dengan membawa plastik berisi makanan. Juyeon belum makan sejak ia sadar tadi dan hal itulah yang mendorong Younghoon untuk membelikannya makanan dari luar meskipun ia tau sebenarnya hal ini dilarang oleh pihak rumah sakit.

Perlahan tangan kanannya membuka pintu kamar Juyeon.  Kemudian tanpa aba-aba ia langsung berlari ke arah sang adik tiri yang sekarang sedang berusaha mengiris tangannya menggunakan pisau buah yang sepertinya ia ambil dari atas nakas.

"Lo udah gila, ya?!" Younghoon langsung berteriak kepada Juyeon sembari mengangkat tangan yang tadi rencananya akan Juyeon gunakan untuk mengiris lengan kanannya menggunakan pisau buah yang tadi telah terjatuh di bawah kolong tempat tidur.

Juyeon kembali menangis. Hal itu sukses membuat emosi Younghoon menghilang dengan sendirinya. Melihat bagaimana rapuhnya Juyeon saat ini membuat Younghoon sedikit mewajari akan ulah gegabah Juyeon tadi. Pikiran adiknya itu sedang kacau, ia paham betul bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang selama ini menyayanginya. Juyeon pasti masih terpukul akan kabar kematian Ibunya meskipun ia sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan hal itu.

"Ju, gue—gue sayang sama lo. Gue bersyukur lo selamat meskipun harus ngorbanin nyawa Ibu. Ibu pasti seneng sekarang karena dia berhasil nyelamatin lo meskipun taruhannya nyawa dia sendiri. Dan lo nggak boleh bikin semua usaha Ibu buat nyelamatin nyawa lo jadi sia-sia. Dia pasti sayang banget sama lo sampai nggak peduli sama keselamatan dia sendiri demi bikin lo tetep bertahan."

Kali ini Younghoon bisa menghirup nafas lega. Mendapati Juyeon yang sekarang kembali menangis setelah mendengar semua ucapannya dan tanpa ragu langsung memeluknya membuat Younghoon tersenyum samar. Ia tidak memedulikan nasib kemejanya yang telah basah terkena sapuan air mata Juyeon, Younghoon senang karena Juyeon mulai sadar akan tindakan nekatnya tadi itu adalah salah.

Younghoon juga tidak berbohong sepenuhnya akan pernyataannya tadi. Faktanya ia memang menyayangi Juyeon entah sejak kapan ini dimulai, namun usaha bunuh diri yang dilakukan Juyeon tadi cukup membuatnya marah; marah kepada dirinya sendiri karena lalai dalam menjaga Juyeon. Seharusnya ia tau kalau emosi Juyeon belum stabil sepenuhnya sehingga hal seperti tadi bisa saja terjadi. Dan benar saja, Juyeon benar-benar nekat dan untungnya Younghoon bisa menghentikannya sebelum hal yang buruk telah terjadi.

Lagi-lagi Younghoon kembali dibuat bersyukur akan hal tersebut.

.
[Tbc]
.

Maaf yak, ini ga jelas banget.
Part ini susah banget dijabarin, jadi bingung gimana ngatur dialog ama alurnya biar cocok.

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang