Chapter 41: Berpisah? 🔞

642 13 0
                                    





Reiji POV

Kami berdiri di depan makam cantiknya tante Luo yi yg berukuran kecil karna wujud rubahnya. Ternyata, ayah juga memakamkan tuan Hanako disebelahnya... Ayah bilang ini adalah permintaan tante Luo yi saat dia ikut menguburkan sahabatnya itu. Ayah masih melamun sembari menata beberapa bunga diatasnya, pakaian jasnya sampai kotor karna tanah.

Aku tau, pasti sangat berat utk melupakannya. Aku juga sama, tante Luo yi sudah hampir setahun bersama kami... Aku sudah terbiasa mendengar suaranya dipagi hari dan melihat senyumnya yg bercahaya setiap hari.. Tapi sekarang kami tidak bisa lagi melihatnya, benar-benar seperti dulu.. Hanya ada aku dan ayah diapartemen. Tak ada lagi gemerincing gelang kaki tante Luo yi yg mengisi kesunyian dapur dan ruang tamu, tak ada lagi harum mawar yg menabrak hidung saat dia lewat di depan kami, dan tak ada lagi selendang sutra putih polos yg tergeletak dilantai saat dia tak sengaja menjatuhkannya.

Liya juga ikut  bergabung, ia membawakan 2 buket mawar putih utk makam tante Luo yi dan Hanako. "Semoga kalian beristirahat dgn tenang, dan terima kasih banyak untuk segalanya." Ucapnya lembut.

Butler dibelakangnya Liya hanya menatap heran 2 makam kecil yg bagus itu. Dia sama sekali tidak tau dan tidak berani bertanya ttg apa yg dimakamkan disana. Aku bisa melihatnya dari wajahnya yg linglung.

"Ah.. Terima kasih utk bunganya, seharusnya kau tidak perlu repot-repot." Ucap ayah tersenyum tipis pada Liya dan si butler.

"Tidak apa, kak Luo yi adalah siluman terbaik yg pernah ku temui. Aku tidak akan pernah melupakannya." Jawab Liya.

Ayah berdiri dan menghela nafas, pandangannya mengarah ke danau yg berkilauan di depannya. "Tempat ini sangat indah, dan pohonnya yg besar bisa menjadi tempat berteduh utk Luo yi dan Hanako..." Gumam ayah.

"Hm, ini tempat yg sangat tenang dan damai. Kedua makam ini... Mereka pasti sedang nenatap kita disuatu tempat dgn senyuman." Sahut butler.

Ayah hanya menanggapinya dgn tersenyum, nyatanya... Mereka yg sudah meninggal akan langsung menuju ke atas jika tak ada urusan yg menjadi beban mereka utk naik dan beristirahat.

"Rasanya aku masih tidak bisa percaya kalo tante Luo yi pergi secepat ini..." Ucapku.

Ayah mengusap kasar wajahnya dan menatap jam ditangannya. Langit sudah berwarna oranye, dan matahari akan segera terbenam. "Aku rasa ini saatnya kita pulang.." Ucapnya.

"Benar, kalo begitu.. Kami mohon pamit pak Ayato. Semoga tuhan memberkati kalian." Ucapnya membungkukkan badan. "Mari nona.." Pak butler itu membukakkan pintu mobilnya.

Liya memelukku sejenak, lalu memeluk ayah. "Sampai nanti.." Ucapnya melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil.

Setelah mobil Liya tancap gas, ayah kembali duduk, melepaskan gelang tempat tante dulu bersemayam dan meletakkannya diatas makam yg tertutupi oleh bunga, lalu kembali meratapi makamnya tante Luo yi.

"Eeh? Ayah, kita juga harus pulang... Kita tidak bisa lama-lama disini, kasihan mereka (hantu) yg ketakutan keluar melihat kita disini, seharusnya ini waktu mereka utk bermain." Jelaskan sembari melirik beberapa bayangan dan bocah hantu yg mengintip dari balik pohon dan danau.

"Ck. Aku tau itu." Jawab ayah judes. Ia memberikan kecupan singkat dinisannya. "Beristirahatlah dgn tenang, aku akan selalu mengingat dan menyayangimu.. Nona Luo yi." Gumamnya.

Ah, pipiku jadi memerah saat mendengarnya. Itu sangat manis.

"Baiklah, ayo kita pulang." Rangkul ayah, ia tersenyum simpul padaku.

Girlfriends In Two Worlds! [NC18+] (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang