Suasana rumah yang haru dan tengisanpun terdengar ketika anggota keluarga telah berpulang, meninggalkan kita yang tersisa di dunia yang fana. Semua keluarga tak kuasa menahan derasnya air mata yang mengalir deras membanjiri pipi. Ayah telah pergi meninggalkanku Mama dan saudara perempuanku.
Hai aku Dito sudah lebih dari seminggu ayah ku telah tiada dan aku masih mengurungbdiri di kamar, aku masih tak percaya beliau telah meninggal dunia. Aku masih larut akan kesedihan,tangiskupun tak kunjung reda seakan-akan air mataku tak pernah habis. "Dito ayo makan, mama sudah masak buat kamu" suara wanita dari balik pintu yang mencoba merayuku. Dia mama tiri ku ayah ku menikah denganya 2 tahun yang lalu. Dia begitu baik padaku dan ayah ku merawat kami dengan sangat baik. Dia juga memiliki anak yang umurnya tak jauh dengan ku tapi seorang perempuan.
Dua minggu berlalu, aku mencoba untuk keluar dari kamarku untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Nampak mama yang sedang melakukan pekerjaan rumah dan saudara tiriku sedang asik di kamarnya. " Dito... hari ini notaris papamu akan datang untuk membicarakan warisan dan wasiat papamu" ucap mama dengan sambil mencuci piring di dapur. "Oke ma... nanti panggil dito" balasku. Siang menjelang sore notaris papa ku datang dan kami berkumpul di ruang tamu.
Aku mama dan saudara tiriku Nia mendengarkan penjelasan dan isi dari surat wasiat papa. " Untuk keluargaku tercinta. Jika aku telah tiada, mohon jangan bersedih. Aku sengaja menyembunyikan penyakitku karena aku tak mau kalian kawatir, maaf kan papa. Untuk istriku tercinta, tolong jaga anakku dengan baik rawat dia dan ajari dia dengan benar. Aku meninggalakan usahaku,rumah dan harta ku yang lain untuk kehidupan kalian dan semua kuserahkan padamu. Untuk anakku Dito jadilah anak yang penurut dan patuh jangan membantah dan tidak sopan ke mamamu. Aku mempercayakan semuanya ke padanya, bukan berarti papa tak menyayangimu tapi karena kamu belum siap untuk semua hal. Untuk anakku Nia juga sama jadilang anak gadis yang baik dan kuat bantu mama dan akurlah dengan Dito. Hanya ini yang bisa ku tulis aku menyayagi kalian, semoga kalian baik-baik saja. Itulah isi dari surat wasiat papaku.Aku kembali tak kuasa menahan air mataku mendengarkan surat terakhir yang di tulis oleh papaku. Aku tak peduli dengan warisannya, aku hanya ingin dia kembali.
Aku langsung menuju kamarku dan mengunci diri kembali, masih begitu tak percaya papa telah pergi selamanya. Tangis ku kembali pecah, lama sudah aku menangis hingga aku tertidur. "Dor....dor...dor.....dito keluar sekarang" suara mama membangunkan ku, ternyata sudah malam. "Iya ma... sebentar" aku keluar dari kamar lalu menuju ruang tengah. Disana sudah ada mama dan nia. "Dito kamu ini cengeng sekali" kata nia kepadaku yang membuatku sedikit emosi. "Dito kamu sudah tau isi surat wasiat ayahmukan??" "Sudah ma emang kenapa??" "Kamu harus patuh dan sopan kepada mama mulai sekarang itu keinginan papamu dan lagi kamu bukan siapa-siapa di rumah ini. Sekarang semua harta papamu menjadi milkku dan jika kamu tidak patuh aku bisa membuangmu kapanpun!!!" Aku syok dan marah mendengar perkataan mamaku, sungguh aku tak percaya mendengar ucapan mama. "Apa maksud mama? Apa mama tidak sayang kepada papa dan aku???" "Aku menyayangi harta papamu, jika buka karena itu mana mungkin aku mau di nikahi tua bangka seperti dia!!!" Aku yang emosi ingin sekali menampar mama. " jika kamu tak suka atau membangkang mudah saja, kemasi barang mu dan pergi dari rumah ini !!!" Aku terdiam, aku yang tak punya sanak saudara lagi selain ayahku jika aku di usir dari rumah ini.
"Apa mau mama sekarang??" Sepontan aku bertanya kepadanya. "Aku mau kamu patuh kepada ku dan nia, jika kamu masih mau tinggal disini jadilah budak di rumah ini. Urus semua pekerjaan rumah dan layani kami, turuti semua perintah kami dan jangan membantah!!!" Sepertinya aku akan diperalat olehnya. "Aju tak sudi menjadi budak kalian!!!" Jawab ku tegas. " oke jika itu pilihanmu pergi dari rumah ini!!! Aku yakin kamu cuma bakal jadi gelandangan!!!" Dia melotot ke arah ku menandakan dia memang benar-benar serius. Aku tak bisa membalas ucapanya, memang benar aku hanya akan menjadi gelandangan. Aku pasti tak mampu bertahan di jalanan dengan aku yang tak memiliki kemampuan. Aku 19 Tahun dan belum lama lulus SMA perawakan ku kecil tinggi 160 dengan tubuk yang kecil walau aku tampan dan putih, tapi di jalanan semua itu tidak ada gunanya. "Kenapa mama tega seperti ini??" Sambil menangis aku menatapnya. "Pergi atau mau jadi budak tinggal pilih!!!" Mendengar ucapanya aku tak tau harus memilih yang mana. "Jika kamu mau jadi budak kami merangkak kemari dan cium kaki kami sambil memohon hahahah!!!!" Perkataan nia sunggah tak bisa ku maafkan, bisa-bisanya dia berkata seperti itu sambil tersenyum. "Cepat!!! Waktuku terbatas segera pilih" ucap mama yang membuatku harus segera berpikir dan memilih salah satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Slave Keluargaku
Fantasywarning 21+ Menceritakan seorang anak tiri yang menjadi budak di keluarganya BDSM, FEMDOM