Picture is not belong to me. Its credit to the owner.]
Sorry for the typo 😉🙏
Chapter 9
Pagi-pagi lagi Pin sudah bangun. Dia melihat sekeliling dan merasa asing dengan ruangan tersebut. Lalu dia tersenyum mengingatkannya yang dia sekarang berada di rumahnya paman Perth. Pin menoleh disebelahnya dan melihat Perth yang masih tidur. Pin tersenyum melihat Perth yang masih nyaman dalam tidur nya. Entah kenapa dia merasa nyaman waktu mula-mula bertemu dengan Perth. Sama seperti pertama kali bertemu dengan Saint. Dia merasa dekat dan terasa selamat bersama dengan mereka. Pin ingin tidur semula tetapi rasa kantuknya hilang. Pin yang tidak tahu mahu ngapain hanya berbaring sambil menunggu paman Perthnya bangun. Kerna merasa bosan Pin bangun lalu turun dari katil. Dia melihat sekeliling kamar tersebut dan dia juga baru sadar wangian di dalam kamar tersebut sama persis wangian di kamar papanya. Sedang dia melihat-lihat kamarnya Perth dia tidak sengaja melihat foto Saint di meja kecil bersebelahan dengan tempat Perth tidur.
"Kok ada foto papa?" gumam Pin. Kerna merasa penasaran dia mendekati foto tersebut untuk lebih kepastian. Setelah melihat dengan jelas memang yang ada di foto itu papanya.
"Ini memang papa. Tapi kenapa fotonya papa bisa ada di sini. Apa paman Perth kenal sama papa. Tapi waktu mula-mula ketemu papa sepertinya tidak kenal sama paman Perth." kata batin Pin.
"Pin…" kedengaran suara Perth yang baru bangun.
"Pin disini paman." kata Pin setelah mendengar namanya dipanggil. Perth menoleh ke arah suara tersebut.
"Kamu sudah bangun? Kenapa kamu bangun awal sekali Pin. Apa kamu menginginkan sesuatu?" kata Perth lalu bangun dari pembaringannya.
"Pin tidak bisa tidur lagi paman. Pin tidak rasa mengantuk lagi." kata Pin dengan senyumnya. Perth mengangkat Pin lalu memangkuh Pin di pangkuannya.
"Ya sudah. Memandangkan Pin sudah bangun kita mandi yuk." kata Perth yang sudah mau menggendong Pin untuk dibawa ke kamar mandi tetapi berhenti kerna pertanyaan Pin.
"Paman kenapa fotonya papa ada sama paman?" kata Pin tiba-tiba. Perth yang mendengar pertanyaaan Pin sedikit tersentak. Lalu melihat ke arah foto yang dimaksudkan Pin.
"Pin ini bukan papa kamu." kata Perth menjelaskan.
"Tapi wajahnya mirip papa paman. Masa bukan papa." kata Pin yang masih penasaran.
"Eya sayang. Yang ada di foto ini namanya Saint dan nama papa kamu kan Pete. Mungkin saja itu kebetulan wajah mereka mirip." kata Perth menjelaskan. Pin mengedip-ngedipkan matanya.
"Tapi…" tiba-tiba Perth memotong kata-katanya.
"Ya sudah ayo kita mandi. Setelah itu kita sarapan. Lagi pula paman ingin bawa kamu ketemu sama oma. Apa kamu mau?" kata Perth. Pin yang mendengar pertanyaan Perth merasa gembira.
"Mau… Pin rindu sama oma." kata Pin dengan antusiasnya.
"Okay sekarang kita mandi." kata Perth lalu menggendong Pin ke kamar mandi dan tidak lupa juga membawa handuk.
.
.
.
.
Setelah selesai mandi Perth dan Pin turun kebawa untuk sarapan bersama yang lain. Sesampainya mereka di ruang makan terlihat teman-temannya sudah duduk di tempat masing-masing.
"Selamat pagi Pin. Apa tidurmu nyenyak?" kata Plan setelah Pin duduk di depannya.
"Nyenyak sekali paman. Kasurnya paman Perth empuk sekali." kata Pin dengan senyumnya.
"Baguslah. Lain kali kalau Pin kesini lagi bilang sama paman ya. Paman ingin bermain sama Pin lagi." - Plan
"Okay paman. Nanti Pin akan bilang sama paman kalau Pin kemari lagi ya." - Pin
"Ya sudah ngobrolnya. Sekarang masa untuk sarapan." kata Perth. Mereka mula sarapan sambil bercanda.
Setelah sarapan Mean dan Plan pulang duluan kerna mereka akan berkunjung ke rumahnya Mean. Tidak lama kemudian Mark dan Gun beranjak pulang kerna mereka ingin mengunjungi rumah keluar besarnya Mark kerna ada acara keluarga.
"Pin ayo kita berangkat." kata Perth ketika selesai mengemas pakaian Pin untuk di masukan ke dalam beg pakaian yang baru di beli oleh Pin kemarin.
"Ayo paman…." kata Pin dengan antusiasnya. Perth hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Pin.
"Pin pelan-pelan nanti kamu jatuh sayang." - Perth
Mendengar teguran Perth, Pin memperlahankan langkahnya.
.
.
.
.
Tibanya mereka di rumah Ny. Rin Pin kelihatan antusias sekali melihatnya. Rumah itu kelihatan lebih menyegarkan kerna dikelilingi dengan bunga-bunga dan pohon-pohon yang mekar. Terlihat seperti di taman bunga.
"Paman rumah oma cantik sekali. Pin suka. Seperti di rumah Pin. Ada banyak sekali bunganya." kata Pin yang melihat sekeliling. Perth yang mendengar hanya tersenyum. Setelah memarkirkan kereta, Perth mengajak Pin masuk.
"Ayo Pin. Pasti oma sudah menanti kita di dalam." - Perth. Pin hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Mereka masuk bersama dan tibanya mereka di pintu ternyata Ny. Rin sudah menjemput mereka.
"Pin…" kata Ny. Rin setelah melihat Pin.
"Oma…" kata Pin lalu memeluk Ny. Rin.
"Aduh Pin makin imut aja ya. Pipinya juga semakin chubby. Buat oma gemes." kata Ny. Rin sambil mencium pipi Pin dan mencubitnya dengan lembut. Pin yang di perlaku seperti itu hanya bisa tertawa.
"Mae apa kita terus mau di depan pintu?" kata Perth yang merasa Ny. Rin seperti tidak ingin beranjak.
"Ah maaf. Mae terlalu gemes sama Pin sampai lupa. Ya sudah ayo masuk." kata Ny. Rin setelah sedar akan keberadaan mereka sekarang. Perth hanya bisa menggelengkan kepala.
"Cuma Pin yang ikut Perth?" - Ny. Rin
"Eya cuma Pin. Kenapa mae?" kata Perth hairan dengan pertanyaan maenya.
"Mae kira kamu kesini bersama Pete juga." - Ny. Rin
"Ya tidak lah mae. Pin itu semalam bermalam di rumahnya Perth. Kerna dia bilang dia rindu sama Perth." kata Perth menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
"Lain kali kamu harus bawa Pete sekali kalau kemari. Mae pengen ketemu lagi sama dia." - Ny. Rin
"Erm… Nanti Perth bilang sama dia." - Perth
"Oma… Rumah oma besar sekali ya." kata Pin yang melihat sekeliling rumah Ny. Rin. Ny. Rin hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata Pin.
"Oma apa Pin bisa main di taman depan. Di situ cantik sekali. Pin suka. Klau papa lihat pasti dia juga suka." kata Pin yang tidak sabar.
"Eya boleh. Biar oma temanin kamu ya." kata Ny. Rin sambil mengusap pipinya Pin.
"Okay oma. Paman Perth juga ikut kan. Pin ingin main sama paman. Bolehkan?" kata Pin dengan senyum lebar.
"Eya boleh. Ayo kita ke taman." - Perth
"Kamu duluan aja mae ingin membuat minuman dulu. Setelah itu baru mae susul." - Ny. Rin
"Baik mae. Ayo Pin." - Perth.
"AYO…" kata Pin dengan antusiasnya. Perth hanya tersenyum melihat kelakuan Pin.
"Pin hati-hati jangan berlari. Nanti kamu jatuh sayang." kata Perth kerna Pin dengan gembiranya berlari meninggalkan Perth di belakang. Pin berhenti lalu tersenyum ke arah Perth.
"Okay paman." katanya lagi. Pin berjalan seperti biasa sambil melihat bunga-bunga yang ada di taman tersebut. Perth yang melihat hanya tersenyum dan mengingatkannya kepada Saint.
"Kamu sama seperti dia." kata batin Perth lalu dia duduk di kerusi yang tersedia di taman itu sambil melihat Pin yang menyentuh dan menghidu setiap bunga-bunga yang dia lihat.
"Ternyata Pin suka sekali dengan bunga ya." kata Ny. Rin sambil meletakkan mampan yang dia bawa di atas meja.
"Pin mengingatkan mae pada Saint. Dia juga suka sekali sama bunga. Terutama sekali bunga rose merah. Bunga kegemarannya." kata Ny. Rin sambil melihat Pin yang kelihatan gembira sekali melihat bunga-bunga di taman itu. Perth yang mendengar nama Saint berubah sendu. Dia merindukan sosok itu. Setelah Saint menghilang, tidak satu orang pun yang tahu dia ada di mana. Dia benar-benar menghilang tanpa bisa di jejak. Dia juga kepikiran apa Saint masih ada di dunia ini. Perth menghembuskan nafas berat dan Ny. Rin mendengarkan itu. Diam-diam dia melihat raut wajah anaknya itu. Dia merasa bersalah kerna sudah mengungkit nama Saint. Dia tahu anak masih belum melupakan sosok itu.
"Maaf… Mae tidak seharusnya mengungkit tentang dia." kata Ny. Rin sedikit sendu. Perth mengalihkan pandangannya ke arah Pin dan tersenyum.
"Tidak apa-apa mae. Perth tahu mae bukannya sengaja. Perth baik-baik saja." kata Perth lalu tersenyum ke arah Ny. Rin. Dia tidak ingin Ny. Rin merasa bersalah.
"Paman…" teriak Pin kerna jarak mereka yang bisa di bilang jauh.
"Ada apa Pin." balas Perth juga sedikit berteriak. Pin berlari ke arah Perth lalu memegang tangannya. Perth yang melihat merasa hairan.
"Ada apa Pin?" tanya Perth.
"Apa Pin boleh petik bunga rose merah di sana?" kata Pin sambil menunjuk bunga rose merah yang mekar di taman itu. Perth semakin hairan untuk apa bunga itu.
"Kamu mahu buat apa sama bunga itu Pin?" kata Perth lagi.
"Itu Pin ingin bagi sama papa. Pasti papa akan senang sekali melihatnya. Papakan suka sama bunga itu. Boleh kan paman. Oma Pin boleh kan memetik bunganya." kata Pin sambil menunjukkan wajah imutnya. Ny. Rin yang melihat keimutan Pin tersenyum lalu mengangguk. Pin yang mendapat persetujuannya Ny. Rin langsung menarik tangannya Perth untuk bersama memetik bunga yang dia mau.
" Ayo paman temanin Pin petik bungannya." kata Pin sambil menarik-narik tangan Perth.
"Eya sabar sayang. Paman ambil gunting pemotong dulu." kata Perth lalu mengambil gunting pemotong bunga yang ada berdekatan.
"Ayo Pin." kata Perth lalu mereka menuju ke arah bunga rose merah yang sedang mekar.
"Sekarang kamu pilih mana yang kamu mahu nanti paman tolong ambilin." - Perth.
"Okay…" kata Pin sambil melihat-lihat bunga yang dia ingin. Ny. Rin yang melihat dari kejauhan hanya tersenyum bahagia. Dia bisa melihat raut kebahagian yang Perth tunjukkan ketika bersama Pin. Ternyata pertemuannya dengan Pin bisa merubah Perth tetapi dia juga merasa tidak hanya kerna Pin pasti ini juga ada kaitannya dengan Pete.
"Semoga kamu bahagia kembali Perth." gumam Ny. Rin.
Setelah selesai memetik bunga Pin dan Perth kembali semula ke tempat Ny. Rin berada.
"Apa Pin senang sayang?" tanya Ny. Rin
"Senang oma. Oh ya ini untuk oma." kata Pin lalu menghulurkan kuntum bunga rose merah kepasa Ny. Rin.
"Ah… Kamu manis sekali sayang. Terima kasih bunganya." kata Ny. Rin dan menerima bunga yang Pin beri. Pin tersenyum lebar setelah menyerahkan bunga itu.
"Sekarang kamu duduk dan minum ini. Pasti kamu lelah kan." kata Ny. Rin lalu menghulurkan jus yang dia buat tadi.
"Pin tidak lelah oma. Pin gembira sekali. Pin bisa jumpa sama oma dan paman Perth. Nanti Pin bisa kemari lagi kan?" tanya Pin. Ny. Rin tersenyum lalu mencubit pipi Pin kerna gemes.
"Eya sayang kamu boleh kemari kapan-kapan pun yang Pin mahu. Oma senang bila Pin ingin kemari." kata Ny. Rin sambil mengusap kepala Pin.
"Nanti Pin bawa sekali bolehkan. Pasti papa senang bila melihat taman ini." kata Pin.
"Eya boleh. Oma juga pengen ketemu sama papa kamu." - Ny. Rin
Lalu mereka bercerita sambil bercanda dengan bahagianya.
.
.
.
.
Saint sedari tadi melihat ke arah pintu masuk kedai. Dia kelihatan gelisah kerna orang yang di nanti-nantikan masih belum tiba. Phi Chen yang melihat tingkah lakunya Saint dari tadi hanya bisa menggelengkan kepala.
"Seperti menanti kekasih hati aja." kata batin Chen. Tiba-tiba terlintas difikirannya untuk menggoda Saint.
"Pete kamu itu dari tadi asik melihat ke pintu aja terus. Seperti sedang menanti kekasih tercinta aja." kata Chen sambil menahan senyum. Mendengar kata-kata dari Chen membuat Saint terus menoleh ke arahnya.
"Phii… Aku itu kan lagi nungguin Pin Phi. Masa di bilang nungguin kekasih." kata Saint dengan wajah cemberut.
"Ya kelihatan seperti itu Pete. Dari tadi pintunya terus di lihat. Lagian kalau orang lagi cinta-cinta bila nungguin kekasih kayak kamu itu." kata Chen sambil terkekeh.
"Phi… Tau ah. Pete ke toilet dulu." kata Pete lalu ke toilet. Kalau lama-lama di sana bisa-bisa dia makin malu. Saint masuk ke tandas lalu melihat pantulan wajahnyq di cermin.
"Apa aku seperti yang phi Chen bilang? Apa kelihatan seperti itu?" monolog Saint.
"Tau ah." kata Saint lalu keluar dari toilet kerna malas ingin memikirkan semua itu. Keluarnya Saint dari tandas, dia di sapa dengan suara yang sangat dia kenal.
"Papa…" kata Pin lalu berlari ke arah Saint. Saint tersenyum lalu menyambut Pin dengan pelukan.
"Anak papa sudah pulang ya." kata Saint lalu mencium pipi Pin dengan gemas.
"Pin tidak nakalkan?" tanya Saint
"Pin tidak nakal kok pa. Benarkan paman Perth. Pin tidak nakalkan?" kata Pin dengan meminta belahan dari Perth.
"Pin anak yang baik Pete. Dia tidak nakal sama sekali. Lagian kedatangannya malah membuat keadaan lebih ramai. Sampaikan Plan dan Gun tidak tega melepaskan Pin. Mereka sangat senang ketika bersama Pin." kata Perth mengatakan yang sebenarnya. Malah dia juga merasa senang dengan adanya Pin.
"Oh ya ini Plan dan Gun membelikan beberapa pakaian dan mainan untuk Pin. Kerna kebetulan Pin tidak punya pakaian ganti waktu menginap di rumah ku." kata Perth lalu menghulurkan beg pakaian dan bakul yang isinya mainan. Saint yang melihat merasa segan.
"Maaf merepotkan kamu." kata Saint lalu menerima beg dan bakul tadi.
"Tidak apa-apa. Saya tidak merasa repot." kata Perth sambil tersenyum.
"Papa ini untuk papa. Pin petik bersama paman Perth tadi di rumah oma. Rumah oma cantik pa. Ada banyak bunga di tamannya oma. Nanti kita ke rumah oma lagi ya. Pin pengen main di taman rumah oma." cerita Pin dengan antusiasnya setelah menyerahkan Rose merah yang dia petik. Saint tersenyum haru lalu mencium pipi Pin sayang.
" Terima kasih sayang. Kamu selalu ingat sama papa."
Kata Saint setelah menerima bunga tadi.
"Pin kan sayang sama papa. Dan…" Pin mengantung ayatnya lalu menuju ke arah Perth lalu menghulurkan tangan meminta di gendong. Perth mengendong Pin dan terus di peluk sama Pin.
"Dan Pin juga sayang sama paman Perth." sambung Pin. Membuatkan Chen yang ada di sana tertawa. Saint terkedu mendengar kata-kata Pin tadi. Lalu dia melihat ke arah Chen dengan tatapan marah. Chen yang ditatap seperti menunjukkan muka serius dan menahan tawanya.
" Kamu yang terbaik Pin." monolog Chen.
"Aduh… Pin kamu bikin papa malu aja tau." kata batin Saint. Dia merasa anaknya ini sudah jatuh sayang sama Perth.
"Kenapa bisa seperti ini. Semakin aku ingin jauh dari kamu malah kamu semakin dekat sama aku Perth." monolog Saint.
"Paman juga sayang sama kamu Pin." kata Perth lalu mencium pipi Pin.
"Paman pamit dulu ya. Nanti kalau Pin rindu sama paman tinggal kamu telepon paman aja ya. Nombor paman ada sama Pin kan?" tanya Perth.
"Ada. Pin sudah simpan di begnya Pin. Pin boleh ke rumahnya paman lagi kan?" tanya Pin sambil memeluk Perth seperti dia tidak ingin berpisah dengan Perth.
"Eya boleh Pin." kata Perth lagi sambil mengusap kepala Pin dengan sayang.
"Ya sudah paman pamit ya. Pete… Phi Chen… Saya pulang dulu ya." kata Perth setelah menurunkan Pin dengan memberikan wai. Setelah kepergian Perth, wajahnya Pin tiba-tiba berubah sendu. Saint yang melihat perubahan raut wajahnya Pin merasa hairan.
"Pin kenapa sayang?" tanya Saint sambil mengusap kepala Pin. Pin hanya menggelengkan kepala.
"Pin kenapa ya? Kok dia tiba-tiba muram gitu." kata batin Saint. Kerna tidak ingin berfikir lagi. Saint minta izin sama Chen untuk pulang duluan. Lagi pula tidak lama lagi masa tutup toko mereka.
.
.
.
.
Sejak tiba di rumah Pin Cuma diam dan kelihatan sedikit muram dan itu membuat Saint merasa ada yang tidak beres sama Pin.
“Pin…” panggil Saint. Pin menoleh ke arah papanya.
“Kamu kenapa sayang?” tanya Saint.
“Nggak apa-apa kok pa.” jawab Pin lalu menunduk. Saint yang masih belum puas sama jawapannya Pin bertanya
lagi.
“Kalau kamu tidak apa-apa, kenapa papa lihat wajah Pin dari tadi muram aja?” Kata Saint sambil membelai surainya Pin.
“Pin masih ingin bersama dengan paman Perth pa.” Kata Pin masih menunduk. Saint yang mendengar jawaban dari Pin sedikit terkedu. Dia tidak menyangkah Pin akan seakrab itu sama Perth.
“Pin…” panggil Saint. Pin mendonggakkan kepala untuk melihat ke arah Saint.
“Kenapa Pin bisa suka sama paman Perth. Setahu papa, kamu itu sulit untuk menerima orang baru. Tapi kenapa sama paman Perth kamu jadi suka?” tanya Saint.
“Pin juga tidak tau pa. Pin merasa nyaman sama paman Perth. Sama seperti pertama kali Pin ketemu sama papa. Pin merasa nyaman dan di lindungi.” Kata Pin. Saint tidak menyangkah Pin akan menerima Perth seperti itu. Dia berusaha ingin menjauh dari Perth tetapi takdir membuatkan dia semakin dekat dengan Perth. Selama ini dia menyangkah yang dia dan Perth tidak akan pernah bertemu lagi. Siapa sangkah s elama 5 tahun ini mereka tidak bertemu dan akhirnya bertemu semula dan semakin dekat disebabkan Pin yang sudah jatuh sayang kepada Perth.
“Pin… Bukan papa ingin melarang kamu untuk ketemu sama paman Perth tapi papa tidak mau nanti kamu merepotkan paman Perth. Lagian pasti paman Perth punya pekerjaan yang ingin dia kerjakan.” Kata Saint sambil membelai pipi Pin yang gembul dan menggemaskan. Pin menundukkan kepalanya merasa bersalah.
“Pin minta maaf pa.” Kata Pin masih menunduk. Saint merasa sedikit bersalah tetapi dia melakukan itu kerna dia takut identiti yang dia rasiahkan selama ini terbongkar. Bukan niat dia untuk menjauhkan Pin dan Perth tetapi dia tidak ingin punya masalah dengan bakal tunangannya Perth. Dia inginkan keamanan. Dia lebih selesa dengan kehidupannya sekarang ini. Dia juga takut jika media tahu yang dia sudah kembali ke Bangkok.
“Ya sudah tidak perlu di bahas lagi,. Sekarang ini masanya kamu mandi sayang. Papa mau masak untuk makan malam.” Kata Saint lalu mencium pipinya Pin.
“Okay pa.” Kata Pin lalu naik ke atas untuk mandi. Saint menghembuskan nafas berat.
“Maafkan papa Pin. Bukan niat papa ingin menjauhkan kamu dengan Perth tapi papa tidak ingin punya masalah sama mereka. Papa takut papa tidak kuat untuk menghadapi ini semua. Maafkan papa sayang.” Ucap Saint di dalam hati. Setelah itu dia beranjak ke dapur untuk menyediakan makan malam.
.
.
.
.
Setelah mengantar Pin, Perth terus ke restoran untuk bertemu dengan Chompoo kerna dia Chompoo ingin bertemu dengannya. Lagi pula mereka sudah lama tidak bertemu di sebabkan jadual pekerjaan Chompoo yang padat. Sampai sahaja di restoran, Perth mencari kelibat Chompoo. Setelah melihat Chompoo barulah dia menuju ke arah Chompoo yang kelihatannya sedang membalas chat dari seseorang.
“Hai Chompoo… Maaf sedikit telat.” Kata Perth setelah duduk di hadapan Chompoo. Chompoo yang mendengar namanya di sebut melihat ke arah suara tersebut.
“Perth… Akhirnya kamu sampai. Tidak apa-apa kerna aku juga baru datang tadi.” Kata Chompoo lalu tersenyum dengan manis. Perth tersenyum kembali.
“Apa kamu sudah memesan makan?” tanya Perth.
“Belum. Aku lagi nunggu kamu biar sekalian order nya.” Kata Chompoo kembali.
“Kalau begitu kita order sekarang.” Kata Perth lalu memanggil pelayan.
“Kamu ingin makan apa?” tanya Perth
“Erm… Salad buah dan jus oren saja.” Kata Chompoo
“Cuma itu?” tanya Perth lagi.
“Eya. Aku lagi jaga badan. Aku tidak ingin kelihatan gemuk. Kamu kan tahu aku itu seorang model terkenal. Aku harus kelihatan cantik dan mempersona. Kamu juga beruntung sebab punya kekasih yang cantik seperti aku.” Kata Chompoo dengan bangganya. Perth hanya diam kerna dia malas ingin membahas ucapan Chompoo tadi.
“Saint juga di kenali tapi tidak seperti ini juga harus jaga makan semua. Nanti juga kan bisa senaman.” Kata batin Perth.
“Sayang setelah ini kita ke mall ya. Aku ingin membeli tas baru dan heel baru.” Kata Chompoo sambil tersenyum manis.
“Bukannya kamu baru beli tas baru minggu yang lepas?” tanya Perth.
“Tapi yang aku ingin beli itu kan keluaran terbaru Perth dan tas yang ingin aku beli itu limited addition. Boleh ya?” Kata Chompoo dengan manja. Dia tidak mungkin melepaskan peluang seperti ini. Lagi pula yang akan membayar semuanya pastilah Perth. Lagi pula uang yang Perth miliki akan jadi miliknya juga setelah mereka menikah.
“Hari ini aku tidak bisa. Aku sudah punya janji sama Mean dan Mark.” Kata Perth.
“Kamu kan bisa membatalkan pertemuan itu kan. Kita itu jarang sekali ketemu Perth. Masa kamu tidak ingin temanin aku.” Kata Chompoo dengan wajah sendunya.
“Maaf Chompoo. Tapi aku tidak bisa membatalkannya.” Kata Perth dengan tegas. Chompoo ingin membalas kata-kata Perth tetapi di masa bersamaan pesanan mereka tiba. Chompoo merasa kesal kerna keinginannya tidak di turut.
“Tidak perlu cemberut seperti itu. Kamu kan bisa pergi bersama dengan manager kamu kan.” Kata Perth.
“Eya memang bisa. Tapi bayarnya kan harus guna uangkamu. Masa guna uangku.” Kata batin Chompoo.
“Masih ada lain kali lagi Chompoo. Kalau kamu benar-benar ingin beli. Kamu bisa bawa manager kamu untuk temanin kamu. Bukan biasanya kamu pergi bersama dengan manager kamu itu.” Ucap Perth. Entah kenapa dia tidak ada niat untuk menemani Chompoo walaupun sebenarnya dia bisa membatalkan pertemuan itu. Lagi pula pertemuan mereka itu bukannya penting. Cuma pertemuan biasa mereka. Entah kenapa dia merasa malas untuk menemani Chompoo kali ini. Selain itu fikirannya juga selalu ke Pete. Sejak pertemuan itu Perth selalu memikirkan Pete. Dia merasa dia dekat dengan Saint.
“Saint…” gumam Perth tetapi masih biasa di dengar oleh Chompoo. Chompoo yang mendengar nama itu semakin kesal.
“Sialan. Kenapa nama itu lagi. Apa dia masih menyimpan perasaan pada laki-laki itu? Aku harus melakukan sesuatu agar dia melupakan sosok itu. Cuma aku yang bisa bersama dengan Perth. Cuma aku.” Kata batin Chompoo dengan perasaan benci terhadap nama itu.
.
.
.
.
Setelah menidurkan Pin, Saint beranjak ke balkon biliknya. Pandangannya di sapa dengan lampu-lampu kota yang indah bila di waktu malam. Dia menutup mata untuk merasakan angin malam yang terasa menyenangkan pada malam itu. Tetapi entah kenapa tiba-tiba bayangan Perth yang muncul dengan senyumannya yang bisa membuatkan jantungnya berdegup kencang. Dengan segera dia membuka mata dan meremas dada yang tiba-tiba saja berdegup.
“Tidak… ini tidak seharusnya terjadi. Tidak seharusnya aku punya perasaan seperti ini lagi pada dia. Dia itu milik orang lain Saint. Lagi pula ini adalah jalan kamu pilih.” Guman Saint. Dan tanpa di duga air matanya mengalir tanpa di pintah.
“Kenapa ini sangat menyakitkan rasanya. Setelah bertahun aku coba untuk melupakan mu Perth. Kenapa rasa ini masih ada. Dan sekarang kamu mala makin dekat sama aku. Kenapa kita harus bertemu lagi Perth?” cuma keheningan yang menyapa. Soalan yang tidak bisa di jawab olehnya sendiri. Saint terus mengalirkan air mata yang sepertinya tidak ingin berhenti. Saint terpaksa menahan suaranya agar tidak mengganggu Pin yang sedang tertidur dengan lelapnya. Dia tidak ingin Pin melihat dirinya yang sedang rapuh ini.
“Perth ini sakit sekali… Sama sakitnya waktu melihat kamu bersama dengan dia. Perth…” gumam Saint dengan suara yang tertahan.
“Setelah bertahun aku menghindar untuk tidak mendengar sembarang berita tentang kamu. Kenapa tiba-tiba sekarang kamu harus muncul lagi. Kenapa? Kenapa ini harus terjadi. Perth… Aku harus apa sekarang?” Kata batin Saint bersama dengan isakan nya. Selain merasa tersiksa dia juga merasa bersalah kerna sudah menyakiti Perth.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE (PERTHSAINT FF)
RomanceSaint meninggalkan dunia entertainment yang sudah menaikkan namanya sejajar dengan aktor papan atas. Tetapi di sebabkan hanya satu kesalahan, dia mengundurkan diri dari dunia entertainment dan menghilang diri tanpa di ketahui oleh media. Hanya orang...