Kepingan 34 - Bayangan

30 3 17
                                    

Ku harap kencan ini seperti yang kubayangkan…

CERAH dan sejuk, cuaca pagi ini sangat pas dihabiskan di luar ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CERAH dan sejuk, cuaca pagi ini sangat pas dihabiskan di luar ruangan. Cicitan burung yang saling bersahutan seolah menyanyi bersama. Hal itu membuat Minah bersemangat, ia bahkan sudah bangun sejak pagi untuk menyiapkan kencan hari ini. Sebagai informasi, Minah sudah kembali ke rumahnya beberapa minggu lalu dan disambut dengan tangisan haru dari ke dua orang tuanya. Pelukan hangat yang ia terima dari sang Mama hari itu masih terus membekas di pikirannya.

Wanita itu terlihat bingung sambil mengetukkan jari di dagunya. Matanya terus melihat ke dalam lemari pakaian. Menghela napas dan mengerutu, apa hanya ini pakaian yang ia punya? Sepertinya harus membeli beberapa pasang dress bagus untuk ia pakai berkencan nanti. Semakin di bayangkan lagi membuat jantung Minah berdegup kencang. Woah, ia bersemangat sekali…

“Selama aku di Eropa, sepertinya hidupku enak sekali, semua keperluan sudah tersedia di kamarku,” ujar Minah menerawang. Tersenyum kecil membayangkan wajah Sanha. Lucu juga anak itu.

“Padahal aku sudah cukup lama kembali, tapi baru kali ini memperhatikan pakaianku,” keluh Minah masih memilah pakaiannya. Hingga matanya melihat dress berwarna peach, Minah bersorak kecil dan langsung mengambilnya.

Berdiri di depan cermin sambil mencocokkan dress pada tubuhnya, Minah masih berpikir sambil memindai penampilannya. Ia tersenyum lalu meletakkan dress itu pada ranjang. Sekarang Minah duduk di meja rias, ia sedang coba-coba menata rambutnya, apa harus di keriting sedikit? Di kepang? Atau kah diikat ke belakang? Atau lebih baik di gerai seperti biasa? Aish, memikirkan itu membuat Minah memberenggut kesal.

“Lebih baik dibiarkan seperti ini saja,” tukas Minah membiarkan rambutnya di gerai bebas. “Oke, sekarang mandi!”

Di lain tempat,
Keadaan yang tidak jauh berbeda dari Minah, pria itu melemparkan pakaiannya asal ke lantai setelah berpikir. Minhyuk mengoceh tidak jelas, ia bolak-balik dari depan cermin ke lemari. Setelah menentukan dua pakaian yang akan dipakai, Minhyuk ke ruang tamu dan menyodorkan pilihannya pada Wonho dan Moonbin.

“Kalian pilih yang mana? Mana yang lebih bagus? Sweater turtle neck ini atau jaket jeans? Ayo cepat, aku takut tidak ada waktu lagi,” oceh Minhyuk tidak sabar.

“Kau tidak bilang akan berkencan, sia-sia saja kita kemari,” kesal Wonho memalingkan wajahnya.

“Tadinya kan kita akan bermain game sepuasnya,” imbuh Moonbin.

Minhyuk memicingkan mata, “Yak! Aku tidak meminta kalian untuk datang! Lagi pula, mana ada yang bertamu sepagi ini, dasar tidak tau waktu! Cepat pilihkan!” ucap Minhyuk sedikit kesal pada ke dua temannya.

Suara bel yang ditekan terdengar, Minhyuk berjalan ke depan untuk melihat siapa orang yang datang. Minhyuk masih membawa dua pasang pakaian dan wajahnya langsung merubah kesal kala melihat ke tiga wajah pria yang amat ia kenal itu. Eunwoo, Hyungwon dan Sanha berdiri di sana sambil tersenyum bodoh.

Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang