"Nesss, capek nggak?", kulihat Dea mengintip dari sela-sela pintu kamar kosku"Iya, baru pulang dari desa KKN De. Nih, mandi juga belum?"
"Bisa minta tolong?"
"Apaan? Nemenin ke Mall?".
Anak ini suka banget jalan ke Mall. Kalau sehari nggak ke mall kayaknya badannya sakit semua.
Eh, tapi biasanya kan dia pergi sama pacarnya."Nggak, gini. Ehm, aku nggak enak mau ngomongnya. Gimana ya?"
" Masak sebulan nggak ketemu aku, bingung mau ngomong apa?. Cepetan ah, aku mau mandi trus tidur"
"Aku harus cerita dari mana ya?". Wajahnya kulihat berwarna merah jambu, dengan bibir dimiringkan ke kanan dan kekiri. Nyaris lucu dengan wajah bulat, matanya yang besar dan kulitnya yang putih.
"Aku kan punya kenalan di tempat KKN, trus kami dekat. Trus aku suka sama dia, ehmmm dia juga suka sama aku"
Sekarang mukaku yang jadi terlihat lucu, antara bingung dan kaget. "Trus pacarmu bagaimana?"
"Aku masih pacaran sama Jo, tapi aku juga nggak bisa bohongi hatiku untuk nggak tertarik sama Dion"
"Dion tahu kamu punya pacar?", dan Dea mengangguk. "Eh, dia juga punya pacar. Kami masih dengan pacar masing-masing. Tapi kami nggak bisa untuk nggak saling tertarik. Gimana dong?"
"Ini sih namanya Kisah Kasih Nanggung De, temen KKN ku juga ada yang kayak gini. Trus bingung sendiri kayak kamu"
"Makanya, aku mau minta tolong sama kamu Nes. Nanti malam Dion mau datang tapi ngajak temannya. Tolong temani ya temannya Dion?"
"Aduh De, aku dari tadi berharap bisa langsung tidur. Aku udah kangen kasurku"
"Bantuin dong ya, sekali ini" katanya sambil tersenyum lebar.
Aku nggak pernah tega menolak permintaan sahabatku. Dan aku tahu dia tidak akan sekali ini minta tolong, pasti ada permintaan tolong yang ke dua, ketiga dan seterusnya dari si cantik ini.
Aku Anesta, seorang mahasiswi di sebuah universitas negeri. Berharap tahun depan bisa menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana.
Hidup jadi anak kos, dengan uang kiriman dari mama yang sangat pas untuk biaya hidup satu bulan.
Mamaku seorang janda memiliki tiga anak yang semuanya kuliah. Cukup berat perjuangan mama.
Makanya aku harus segera menyelesaikan kuliahku, agar tidak menjadi beban mama.Di kos ini kami tinggal bertiga dan satu ibu kos. Ada Dea teman satu fakultas, bahkan dia juga sahabatku sejak awal kami jadi mahasiswa baru. Ada juga Muli, yang kuliah di fakultas lain.
Perkenalan ku dengan Dea biasa aja, tapi saat ngobrol kayaknya kami berdua cocok. Jadilah kami bersahabat sekitar 3 tahun."Nes, udah hampir maghrib. Cepat siap-siap, dandan yang cantik. Kata Dion sih temannya cakep"
"Iya, 5 menit lagi. Aku masih males"
"Ih, cepetan!", katanya sambil menarik tanganku supaya aku cepat bangun.
Segera kuseret langkahku ke kamar mandi
"Iya tuan putri, aku segera mandi biar tuan putri nggak malu".
Ternyata setelah mandi badanku terasa lebih segar."Nes, Dion udah datang tuh!" kudengar Dea berteriak dari bawah. Kamar kos kami dilantai dua. Jadi sering ada teriakan-teriakan ajaib kalau ada tamu atau teman yang mencari.
"Yah, gimana mau dandan cantik kalau tiba-tiba bohlam lampu putus" gerutuku.
"Biarinlah, besok-besok belum tentu ketemu lagi"
Yang penting wangi dan pakai bedak.Kuintip Dion dan temannya dari jendela ruang tamu. Mereka lagi ngobrol dengan Dea diteras. Laki-laki itu terlihat tampan dengan kaos putihnya.
"Sini nes, kenalin ini Dion sama Mahesa!"
Kujabat tangan mereka berdua. Dengan Dion aku sudah kenal dari foto yang ditunjukkan Dea tadi sore.
Sedikit berbasa-basi bertukar cerita soal KKN dan menanyakan mereka di fakultas apa.
Ternyata Mahesa bukan teman satu kampus Dion, dia kuliah di universitas swasta. Kenal Dion karena mereka bersahabat sejak Sekolah Dasar. Lucu juga ya bisa berteman dari kecil sampai sekarang."Hmmm nes, nanti kami ngobrol dikos. Kalian berdua pergi terserah kemana pakai motor Dion ya"
Kupandang Mahesa meminta persetujuannya. Kami baru kenal dengan Mahesa, aku takut dia keberatan.
"Iya, ayo pergi sekarang!". Ih, nggak sopan banget memang si Dea dan Dion "mengusir" kami seolah-olah nyamuk pengganggu.
"Kita mau kemana?"
"Enaknya kemana nes?"
"Cari warung makan lesehan ya, aku lapar belum makan sejak siang"
"Ya udah, mau di daerah mana?"
"Terserah aja deh, yang penting tempatnya bersih"Dengan mengendarai motor Dion, kami melaju ke daerah Gajah Mada.
"Aduh, mana ini motornya kayak gini lagi" rutukku dalam hati. Ciri khas motor cowok yang tempat duduknya tinggi banget, kalau duduk dibelakang suka "melorot".
Masak baru kenal duduknya udah nempel-nempel. Kupegang jok belakang dengan kuat untuk mempertahankan posisiku biar nggak melorot."Mmm Sa, ngapain sih kita disuruh pergi?, enakan ngobrol berempat dikos"
"Si Dion tuh biar nggak ketahuan udah selingkuh sama teman kamu. Takut dia sama pacarnya. Kan pacarnya mata-matanya banyak"
"Lagian pakai acara selingkuh segala, kan malah bingung sendiri mereka berdua"
"Ya gitulah. Pacarnya Dion galak lho"
"Ih, kok Dion mau? Kayaknya si Dion itu anaknya kalem".
Mahesa hanya mengedikkan bahunya."Pesan apa?", tanyanya.
"Kayaknya makan nasi goreng enak ya. Aku pesan nasi goreng pedas, pake telur dadar trus minumnya teh anget"
"Ya udah, aku juga pesan itu"Sambil nunggu pesanan tiba-tiba dia ngomong "Bedak kamu nggak rata".
Senyumnya mengembang melihat aku salah tingkah.
Ih, gimana nggak salah tingkah kalau yang ngomong cowok yang baru kenal, cakep pula. Kalau yang ngomong teman-teman cowok yang sering nongkrong sama aku sih, aku nggak perduli."Ehm, iya ya. Tadi bohlam dikamarku putus. Mana disuruh cepat-cepat turun sama Dea. Nggak konsen mau dandan, ini juga udah maksimal biasanya nggak pernah bedakan" kataku sambil nyengir. Kuusap-usap wajahku berharap bedakku jadi rata, dan tampilanku agak mendingan.
Sambil makan, kami ngobrol apa saja. Dari mulai soal remeh temeh sampai hal-hal yang agak berat.
Dia orang yang menyenangkan, dan enak diajak bicara apapun.
Bagiku dia jadi salah satu cowok potensial yang bisa dijadikan kandidat sebagai pacar. Dan senyumnya, alamak manisnya.
Kalau teman-teman cowok ku bilang "termasuk senyum yang kadar glukosanya terlalu tinggi".
Kadang mereka suka berlebihan saat mendeskripsikan sesuatu.Dari awal aku melihat senyumnya saat memperkenalkan diri, aku seperti terbius. Aku seperti merasa jatuh cinta dengan senyumannya.
Senyumnya selain manis juga terlihat tulus. Ah, aku nggak tau bagaimana harus menggambarkannya.
Dan sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama. 'Love at the first sight'.Ini yang kedua kali aku merasakan perasaan itu. Sebelumnya dengan pacar pertamaku. Aku jatuh cinta pandangan pertama dan juga dengan senyuman yang menurutku manis.
"Kamu laper atau doyan?, cepet banget makannya", katanya dengan senyum mengembang.
Malunya aku.
Kadang aku tuh nggak bisa bersikap seperti cewek pada umumnya.
Kalau makan bisa kalem, pelan-pelan."Dua-duanya. Aku suka nasi goreng dan juga lagi laper banget"
"Aku punya teman nongkrong delapan orang yang semuanya cowok. Biasanya kalau malam minggu aku jalan sama mereka. Kalau makan sama mereka nggak bisa yang model cewek kalem-kalem gitu. Makan harus cepat biar nggak ditinggal"
"Oh gitu, memang nggak ada ceweknya ya?"
"Nggak, ceweknya cuma aku"
"Kenapa mau jalan dengan mereka?"
"Mereka anaknya asyik . Aku bisa ngobrol apa aja sama mereka, kecuali soal 'fashion'. Nggak ngerti mereka kalau soal itu"
Nggak terasa kami ngobrol sudah lama banget, udah jam 21.30.
Pembicaraan kami terasa menyenangkan. Terus terang aku berat berpisah darinya."Yuk pulang, udah malem nggak enak sama ibu kos kamu. Nanti dikira aku bawa lari anak orang lagi"
"Begitu ya. Bisa bingung ibu kosku nanti" kataku sambil tertawa.Dalam hati aku berharap semoga masih ada esok, bertemu dengan dirinya.
Sepertinya aku jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anesta dan Mahesa ( Sudah dicetak )
RomanceBerawal dari perkenalan yang dirancang oleh Dion dan Dea untuk menutupi perselingkuhan mereka. Anesta dan Mahesa malah jatuh cinta saat pertemuan pertama. Cinta mereka yang tulus malah terganjal restu dari mama Anesta, dikarenakan perbedaan suku dia...