Pagi datang bersama hawa dingin yang menyelimuti. Haechan membuka matanya dan mendapati dinding sebagai sesuatu yang ia lihat pertama kali hari ini. Dia memutar tubuhnya dan mendapati anaknya masih tertidur nyaman di dalam selimut.
Haechan tersenyum kecil lalu membelai lembut kepala Renjun setelah itu tangannya terulur pada perutnya.
"Selamat pagi anak-anak Mama."
Perlahan senyum Haechan hilang dari bibirnya. Tatapannya menyendu saat merasakan gerakan samar dari dalam perutnya. Anaknya sudah bisa bergerak, sudah hidup dan memiliki nyawa.
Sedangkan ia kini berdiri di garis tipis antara kehidupan dan kematian.
Haechan tidak akan pernah menyesal mati untuk anaknya. Tidak pernah sekalipun terbesit dalam fikirannya tentang hal itu.
Namun kini satu hal mengganggunya. Menggoyahkan keyakinannya.
Apakah kata sayang dan cinta yang selalu terlontar dari seluruh orang disampingnya adalah kenyataan.
Orangtuanya mengatakan jika mereka sangat mencintai Haechan namun mereka mengorbankan Haechan untuk memenuhi kutukan keluarga Jung.
Orangtua suaminya mengatakan menyayangi Haechan karena hanya Haechan yang bisa dan mampu bersanding dengan putra mereka.
Dan suaminya mengatakan jika ia sangat menyayangi dan mencintai Haechan dengan jiwanya. Mengumbar seribu janji agar Haechan percaya jika akan melindunginya.
Namun kenyataan yang ia hadapi benar-benar menghancurkan dan menyadarkannya.
Seorang Haechan hanya menjadi tumbal dari kutukan keluarga Jung.
Ia di korbankan karena ia tak ada hubungan darah dengan satupun diantara mereka.
Karena jika ia pergi, tak ada satupun orang yang akan kehilangannya.
.
.
.
Mark terbangun ketika tepukan lembut pada pipinya menarik dirinya dari alam bawah sadar. Haechan berdiri di hadapannya dengan apron berwarna biru muda.
Pria manis itu tersenyum tipis, "Bangun hyung, kau harus ke kantor pagi ini. Aku sedang siapkan sarapan."
Mark hanya diam sembari menatap kedalam mata Haechan. Haechan membalas tatapan Mark lalu terkekeh, "Kenapa? Aku harus kembali ke dapur sebelum Renjun menghancurkan masakanku pagi ini."
Mark menggeleng pelan lalu bangkit dari tidurnya. Berdiri di depan Haechan lalu memeluk tubuh pria itu lembut. Haechan menepuk punggung Mark lembut, "Kenapa? Hyung ada masalah?"
Mark mengangguk, "Kau. Kau masalahnya sayang. Aku kira pagi ini kau akan mendiamkanku. Aku kira kau masih marah karena ucapan Herin kemarin."
Haechan terkekeh, "Tidak. Aku tidak marah."
"Lalu kenapa kau menjauhiku semalam?"
"Aku hanya sedang berfikir."
"Berfikir tentang apa?"
"Banyak hal."
"Haechan, aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu. Kita akan berjuang bersama, bukankah aku sudah berjanji padamu? Aku akan mempertaruhkan segalanya. Aku mohon Haechan, jangan dengarkan perkataan orang lain."
Haechan terkekeh, "Sudahlah hyung bukan masalah."
Haechan menarik diri dari pelukan Mark lalu tersenyum lebar. Seolah tak ada beban yang ada di pundaknya. Senyumnya secerah mentari di musim panas. Tapi Mark tau, ada setitik derita disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Aku Menutup Mata [MarkHyuck]
Cerita PendekJudul lain: "Takdirku" Kau adalah bulan dan bumiku disaat aku menjadi langit dan mataharimu. Maka biarlah untain takdir menuntun kita pada benang merah kehidupan cinta abadi. MarkHyuck [Mark X Donghyuck/Haechan] BxB AU Inspirasi: Drama Korea "Bride...