Shelvy masih bersama Charryn saat handphone-nya tiba-tiba berdering. "Halo? Kenapa, ma?" tanyanya kepada orang di seberang sana. Charryn sih udah tau-tau aja kalau mamanya Shelvy emang langganan telepon setiap dua jam sekali, udah kayak peringatan pakai sunscreen aja kan? Tapi setelah kenal mulai dari kelas satu SMA Charryn udah terbiasa aja sama perangai mama sahabatnya itu.
"Iya, maaaaa. Please sabar dong, gak usah teriak-teriak! Mama kira aku budeg?" Shelvy langsung emosi dan Charryn cuma bisa melongo kebingungan aja dari tadi. Percakapan dengan suara yang cukup keras itu sudah berlangsung selama lima menitan. Untung saja mereka itu duduk di area sudut tesembunyi di balik sebuah tiang besar yang menghalangi penglihatan pengunjung lainnya. Kalau enggak, dia mungkin udah lari meninggalkan sahabatnya yang udah mencak-mencak gak jelas.
Shelvy tiba-tiba memutuskan sambungan teleponnya dan setelah nge-tap beberapa kali dia kembali meletakan handphone-nya di telinga, terlihat seperti menghubungi orang yang berbeda.
"Halo, angkat gih telepon mama. Nyusahin aja sampai dia marah-marah ama gua di telepon. Please la, she is still your mom," Shelvy ngomong dengan nada rada malas gitu dengan orang yang di teleponnya. Tanpa bisa mendengar apa yang balasan orang itu, Charryn mendengar Shelvy kembali memaki.. "For fuck sake, you need to grow up, bro!"
Sumpah, kali ini Charryn super kaget. Kalo mau ditanya kenapa, ya ada beberapa sebab. Pertama, dia gak tau kalau Shelvy punya saudara. Well, tadi itu kedengaran seperti dia langi memaki adek atau kakaknya, gitu. Kedua, Charryn gak pernah dengar nada benci yang sampai segitunya dari Shelvy. Tapi tetap aja dia nggak berani tanya apa-apa, takut sama ibu serigala yang lagi marah-marah ini!
Pas di tengah-tengah Charryn lagi bengong sambil lihat-lihat keluar jendela, Shelvy malah tiba-tiba membanting telepon selulernya itu kemeja, sampai dia terlonjak sangking kagetnya.
"Anjir lo, santai dong!" Charryn langsung aja nge gas.
"Ah, capek gua hidup kayak gini terus," Shelvy tiba-tiba menjawab dengan nada sendu.
Everybody had a past, beautiful or not, it is still the part of that person no matter what. Sama seperti situasi ini, Charryn tau si bestie juga pasti ada masa lalu yang yahhhh, mungkin kurang menyenangkan. Cuman ya, gak perlu di paksa-paksa. Toh, kalo udah siap, paling nanti cerita sendiri.
***
Charryn pun akhirnya sampai dirumah setelah sesi nongkrongnya setelah sekolah bersama si bestie. Di rumah, dia melihat mamanya itu sedang duduk di meja makan seperti sedang bercengkrama dengan orang lain. Dari sisinya, tak terlihat siapa yang sedang bercengkrama karna tetutup tembok. Samar-samar dia bisa mendengar suara lelaki membalas pertanyaan yang dilontarkan mamanya.
Saat berjalan masuk, dia lalu melihat Davin lah yang jadi lawan bicara mamanya.
"Woi, lama amat pulang," mamanya setengah berteriak.
"Iya, ma, biasa. Mama tau sendirilah," Charryn cengengesan.
Davin hanya memamerkan senyum tipis yang gantengnya bukan main.
Eh? Ganteng? Astaga, bisa-bisanya aku mikir kayak gitu! Hati Charryn berkecamuk terkejut karna bisa punya pemikiran seperti itu ke Davin. Orang yang pernah nabrak dia! Yaampun!
Dengan berat hati dia langkahkan kakinya menuju dapur setelah berpuluh-puluh kali dia gladi resik kata-kata rangkaiannya untuk si Davin di dalam hati. Siap tidak siap aku harus bisa hadapi semua, katanya dalam hati. Dia udah gak bisa buang-buang waktu untuk terlalu peduli dengan sakit hatinya. Ini udah tahun ketiganya di SMA dan meskipun masa depannya sudah tidak lagi bisa sama dengan apa yang direncanakan, tetap saja dia ingin bahagia.
Setelah langkahnya sampai ke dapur, bukannya Davin yang dia lihat, melainkan sebuah telepon genggam yang sedang menyala dengan gambar sepasang suami istri yang sedang makan. Ternyata mamanya lagi video call-an dengan om dan tantenya yang tinggal di Kuala Lumpur.
Ya ampun, hampir saja jantung Charryn itu lepas. Tanpa sadar dia menghembuskan nafas lega sekuat-kuatnya. Mamanya bingung, tapi tak bertanya apapun.
"Hai om, tante! Gimana di Kuala Lumpur? Aduh aku kangen banget ni sama nasi lemak yang depan apartemen itu loh!" Langsung sana Charryn memulai basa-basi dengan sepasang suami istri itu. Memang sudah cukup lama dia belum berkenjung kembali ke negara tetangga itu. Terakhir dia pergi mungkin lima tahun yang lalu saat tantenya tersebut belum menikah. Percakapan pun dilanjutkan dengan berbagai sahut-sahutan dari om dan tantenya.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 11.53 saat Charryn kembali ke kamarnya. Setelah obrolan panjang dengan om dan tantenya yang penuh bujukan, akhirnya mereka sepakat bahwa Charryn harus ke Kuala Lumpur di akhir bulan depan setelah ujian akhirnya selesai. Kata mereka sih buat istirahat, relaksasi dan jalan-jalan aja untuk menikmati hidup. Bener sih, emang sudah lama dia tak pergi berlibur dan menikmati waktu senggangnya karna selama ini dia selalu memprioritaskan untuk latihan voli. Tapi sepertinya sekarang dia cuma perlu memprioritaskan dirinya saja.
Halah! Bisalah dipikirkan besok aja! Sekarang waktunya tidur karena besok dia harus sekolah dan kerja part time sorenya! Selamat malam dunia. Semoga besok kita bisa lebih bahagia.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth - She Is Not Your Friend
Non-FictionKita semua pasti punya seorang sahabat. Bukan, bukan baik hanya di depan saja. Tapi apakah kamu juga sahabatnya? Kamu yakin dia gak sembunyiin apapun dari kamu? *** Charryn, siswa yang cukup menonjol dan terkenal di SMA swasta favorit, dan Davin , s...