Usai kembali menjemput Fany dari sekolahnya, Sojung langsung bergegas ke belakang untuk bersih-bersih. Sementara Seokjin, sambil menunggu dia duduk di depan televisi menemani Fany.
Fany yang sudah mengganti pakaiannya duduk mendekati Seokjin. Mereka berdua menonton acara kartun di salah satu saluran. Di tengah itu, Seokjin memanggil nama Fany.
Fany spontan menoleh. "Kenapa, Pa?"
"Nanti jangan nakal di sini sama Nenek, ya?" pesan Seokjin.
Fany mendadak sendu. Dia memeluk Seokjin, begitu erat. Sambil berucap lirih, "Perginya jangan lama-lama ...."
Seokjin terkekeh, kemudian membalas pelukan anak itu. "Nggak lama kok, hari sabtu Papa sama Mama udah pulang."
"Lama ...," lirih Fany lagi. "Pokoknya besok harus pulang. Ya, Pa?"
Seokjin terkekeh lagi, dia menjawab sekenanya. "Iya, iya. Besok Papa sama Mama pulang."
"Bener?" tanya Fany. Seokjin mengangguk. Anak itu kemudian berseru, "Janji dulu! Papa harus janji sama Fany, kalau Papa sama Mama besok pulang!"
Seokjin diam, tak mau menuruti atau sekadar mengiyakan permintaan Fany. Seokjin sudah berbohong pada anaknya, jadi dia tidak mau mengingkari janji yang dibuat bersama Fany hari ini. Jadi daripada ia berjanji, Seokjin memilih mengabaikan seruan anak itu.
"Papa, ayo janji dulu!"
"Apa?"
"Janji dulu sama Fany!"
"Buat apa janji-janji?" tanya Seokjin.
"Biar Papa nggak bohong! Papa, ayo janji!"
Seokjin menoleh ke belakang, kala sang istri memanggil namanya. Kesempatan itu dijadikan Seokjin sebagai alasan.
"Itu Papa dipanggil sama Mama. Papa mau ke Mama dulu," kata Seokjin yang langsung berdiri dan meninggalkan Fany.
Fany tak tinggal diam, dia menyusul Seokjin sampai ke kamarnya. Kali ini, Fany malah berlari pada Sojung sambil merengek. "Mama ... jangan pergi lama-lama."
Sojung langsung menangkup kedua pipi Fany, dia menatap Fany dengan raut wajah sedih juga. "Anak Mama kenapa nangis?"
Fany memeluk Sojung. "Nggak mau ditinggal Mama lama-lama ...."
Sojung berkata, "Nggak ... Mama sama Papa perginya nggak lama kok. Fany jangan nangis lagi, ya?"
Sebelum Fany bersuara lagi dan semakin merengek, Seokjin menyelanya. Dia memgembalikan atensi istrinya. "Tadi kamu ngapain manggil aku?"
Sojung beralih menatap suaminya. "Vitamin rambut aku, udah kamu masukin ke koper? Aku mau pake, tapi nggak ada di atas meja. Kamu taro di mana emang?"
"Oh iya!" Seokjin membalikan badannya, dia mengambil barang yang daritadi dicari Sojung. Setelah dapat, dia memberikan barang itu pada Sojung.
Sojung menerima barang itu kemudian berucap, "Makasih."
"Fany, ikut Nenek ke toko, yuk?" Ibu Seokjin tiba-tiba datang, bermaksud untuk mengajak cucunya pergi keluar sebelum Fany melihat kepergian Seokjin dan istri barunya.
Fany masih belum melepaskan pelukannya dari pinggang Sojung. Anak itu merengut, kemudian menggelengkan kepala. "Nggak mau! Fany mau di sini sama Mama!"
"Eh, Sayang. Mama mau pake vitamin rambut dulu ... lagian Mama sama Papa perginya masih lama," tutur Sojung sambil membelai surai panjang nan lembut Fany. "Iya 'kan, Pa? Kita perginya masih lama?"
"Iya," jawab Seokjin menanggapi. "Sana, Fany ikut Nenek dulu. Temenin Nenek, masa dia pergi ke toko sendirian? Nanti 'kan Fany bisa sekalian beli es krim sama susu di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Emotions; Sowjin
Fanfic#1 ― Sojung #1 ― Sowjin [Sowjin ― Semi Baku] [Sequel of Pak Seokjin] [Slice of Life] Seokjin dan Sojung akhirnya menikah. Setelah menikah tentu saja mereka harus siap menghadapi setiap lika-liku dan hiruk-pikuk rumah tangga. Seokjin yang memang leb...