"Apa kau pergi untuk kembali?"
"Entahlah."
Sayup gemerisik dedaunan membingkai dua sosok yang tengah menembus pekatnya malam. Di atas gemintang bersahutan temani mereka dengan kehangatan yang tak dibuat-buat. Rembulan berpijar dengan anggun meramaikan suasana. Namun tak nampak ia ingin mengganggu pembicaraan diantara sepasang rekan yang tengah berkelana.
Pakkun menyerahkan perhatiannya penuh pada Sasuke. Menimbang perubahan raut wajah porselain itu lama, sebelum kemudian mengalihkan pandang pada jalanan di depan sana yang tenggelam dalam kelam. Memejamkan mata, Pakkun berharap hal ini akan berakhir dengan segera. Cerita tentang dua insan yang kembali mengukir luka akibat perpisahan, akan cepat bertemu bahagia. Meski tiada kebersamaan untuk keduanya, tak apa asal tawa menjadi akhir dari perjalanan hidup mereka. Dirinya akan dengan senang hati menemani Sasuke. Dan biarkan Naruto di Konoha, biarkan pemuda matahari itu merengkuh bahagia dengan sang gadis pujaan -atau malah sebaliknya. Siapa yang tahu.
.
.
.
BUAGH!
Sakura menyalurkan segala perasaannya lewat satu hantaman. Naruto menerima dengan raut sesal yang kentara. Kemarahan sahabatnya adalah murni karena kesalahannya. Dengan segenap sisa tenaga, ia bangkit dari posisinya. Hantaman Sakura tadi membuat ia terjerambab, bahkan sampai menabrak dinding rumahnya. Gadis itu tak main-main dalam memukulnya. Raut wajahnya garang. Lebih mengerikan dari yang pernah Naruto ingat.
Pagi itu Naruto terbangun dengan keringat membanjir seluruh tubuh. Mata birunya seketika berotasi mencari objek yang baru saja menemuinya dalam mimpi. Punggung ramping Sasuke menjauh perlahan dan ia tak pernah bisa menjangkaunya. Sekeliling rumah ia telusuri, namun satu sosok itu tak dapat ditemui. Jejak chakra yang biasa Naruto rasakan pun telah pergi. Tak sedikit pun tertinggal meski coba Naruto meresapi. Simpulan yang ia terka saat itu adalah Sasuke tak lagi di sini.
Beranjak, Naruto memungut asal jaket yang ada di lemari. Jendela di buka paksa. Perasaannya tidak enak. Apa maksud mimpi semalam, dan kenyataan kalau Sasuke tak ada di rumahnya. Pilihan lain adalah mencari di setiap sisi desa. Dan Naruto setuju dengan pemikirannya. Lewat jendela rumah, Naruto mulai berkeliling.
Sayang, yang dicari seolah hilang di telan bumi. Kekhawatiran merambah di hati. Sekelebat bayangan masa lalu akan kepergian sahabat tercinta terlintas, Naruto tak ingin hal itu terulang. Cukup satu kali, ia tak ingin lagi.
Akan tetapi, berapa kali pun ia berkeliling. Dari sudut satu ke sudut lainnya. Mulai tempat favorit sampai tempat terkutuk yang ada di Konoha. Tiada. Sasuke benar-benar tiada. Sosoknya hilang. Entah ke mana. Pencarian hari itu berbuah sia-sia. Sampai matahari temgelam pun, Naruto tetap tak bisa menemukan.
Sasuke.... batinnya memanggil.
Begitu mulanya sampai pilihan untuk kembali ke rumah karena seluruh badan telah lelah. Sakura sudah menunggu dengan raut wajah yang luar biasa mengerikan. Dan itu penyebab mengapa bogem mentah mendarat di wajah.
"Ke mana Sasuke, brengsek!!", amarah mengusai tiap jengkal kalimat yang Sakura ucapkan kala itu. Namun keterdiaman sang pemuda lah yang ia peroleh. Makin geram, makin Sakura ingin melempar sahabatnya dengan meja yang ada di sampingnya.
Benar. Gadis itu sudah mangkring di dalam rumah Naruto ketika pria itu membuka pintu. Jangan tanya dari mana ia masuk. Ingatkan kalau kunoichi sepertinya tentu saja pandai menyelinap, apalagi dengan keadaan jendela yang dibiarkan terbuka begitu saja. Tanpa kunci cadangan pun Sakura pasti dapat masuk kapan saja.
Dari gurat lelah wajah gadis itu, Naruto tahu jika Sakura pun dapat merasakan ketiadaan sosok Sasuke di Konoha. Hembusan nafas yang terdengar random, membuktikan jika Sakura juga telah berkeliling Konoha demi mencari sahabat tercinta. Namun hasilnya sama. Sasuke tidak ada. Ditambah satu fakta yang kemarin baru saja di ketahui Sakura, bisa dipastikan jika ia panik luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA |End
FanfictionKehampaan ini, harus berapa lama kudekap. Luka ini harus selama apa kusekap. Kau terlalu jauh untuk bisa aku raih tanpa sayap. Tak bisakah kau berhenti membiarkan aku meratap? Bernafas walau hanya sesuap? Repost dari Fanfiction LUKA (NARUSASU) MENMA...