Bagian 8 : Why mom?

91 49 8
                                    

"Hanya karena tawanya yang
paling keras, bukan berarti ia bahagia."

-fbwhd

🍀🍀🍀

Sebuah pensil 2B murahan menari-nari ria di atas buku tulis putih milik Alice. Sesekali pensil itu berhenti menari dan tergeletak begitu saja diatas kasur.

Sebuah karakter anime terlihat dengan jelas setelah gadis itu mulai mengarsir bagian rambut dan wajah di atas buku.


"Laparrr."
A

lice meregangkan badan kecilnya kemudian berjalan ke arah dapur.

Saat mendapati lemari makanannya kosong melompong, gadis itu berseru malas.

"Mager banget mau keluar. Mana si jelek belum pulang lagi." Ia menggerutu sendiri dan berbalik menuju kasur.

Mood melukisnya sudah hilang sekarang.
Ia menepikan buku dan pensil itu ke atas bantal, kemudian mengambil ponselnya yang sudah tak layak pakai itu.

Mencoba menelepon nomor yang beberapa hari ini menghiasi notifikasi ponselnya. Namun, tak adanya jawaban dari seberang membuat Alice semakin bosan.
Ia berguling-guling di atas kasur dan menggulung tubuhnya dengan selimut, menyisakan wajahnya yang menatap kosong ke langit-langit.

Teng teng teng...

Teng teng teng...

Alice buru-buru menyambar ponselnya.
Pasti Noullan, gumamnya senang.
Namun senyumannya seketika luntur saat mendapati nomor tanpa nama tertera di sana.

"Ibu... " Ia tidak tahu mengapa perasaannya menjadi berkecamuk.

Hatinya bertanya-tanya mengapa ibunya tiba-tiba menghubunginya setelah bertahun-tahun lamanya.
Meski tidak menyimpan nomor ibunya, Alice tahu dan hafal dengan jelas nomor tersebut.


Ia terdiam cukup lama sebelum deringan di ponselnya berhenti.

"Ha-halo?" Sapanya kepada seseorang di ujung telepon.

"Dasar anak jahannam! Apa yang telah kau lakukan benar-benar membuat malu keluarga!" Teriak suara lantang wanita di ujung sana.

Alice membulatkan matanya. Hatinya berdebar-debar cemas.
Apalagi kali ini, batinnya hampir menangis.

Alice tak merespon teriakan barusan, ia masih terkejut. Sapaan setelah sekian tahun tidak bertemu, seperti inikah sapaan rindu dari ibunya?

"Jawab bodoh! Apa yang sudah kau lakukan benar-benar mencoreng nama baikku! Kenapa kau bisa seenaknya memajang foto bersama preman itu di sosial media mu!"

Sekarang ia paham, mengapa sang ibu begitu berapi-api.
"Dia hanya teman ku, Bu. Kenapa tidak boleh aku memajang foto bersamanya?" Tanya Alice pelan.

"Kenapa kau bilang? Bodoh! Tolol! Kemana otakmu kau buang, hah?! Sudah jelas dia berbeda dengan kita! Dia bahkan bukan anak sekolah, dia bahkan hidup di jalanan! Dia bertato! Kau membuat aku malu, Alicia!" Julia, sang ibu menjeda bentakkannya.

For the Moon & the Night Sky [SEMI HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang