Don't Worry

3 1 0
                                    

Oke. Kenapa kita jadi bungee jumping?

"Aku lompat, ya..." Tanpa Ragu Maia langsung melompat dari tebing dengan ketinggian hampir 1 km itu. Aku merinding.

"Wa..WAAA!!!" Baru pertamakali aku mendengar dan melihatnya berteriak keras seperti itu. Wa.. aku tertegun.

"Selanjutnya..." Lyara mendorongku ke bibir tebuing. "Akh, kenapa sih? Pelan-pelan.." Aku protes. 

Lyara terkekeh kecil. "Hehe.. cepat lompat! Maia bilang rasanya sejuk dan pemandangannya indah." Lyara segera mendorongku sesaat setelah ia berbicara.

"HEI! Sebe-" Aku terdiam. Lalu berkata "wah" melihat pemandangan yang indah dari tebing setinggi 1 km ini. Badanku kaku seperti sebatang pensil.

"WUAAAAA!!!" Sontak aku berteriak. Wa.. tidak ada yang dengan juga, kan? Badanku kembali ditarik oleh tali pengaman dan memantul oleh udara wajahku diterpa angin yang entah sejuk atau dingin. Kulit wajah serasa ditarik-tarik, pasti cocok untuk dibuat menjadi meme.

"Bagaimana?" Maia terlihat tenang dibawah sana. 

"Ke..kenapa?" aku sempoyongan. "Akh... se.. ba.. bagus." Aku mengacungkan jempol. 

"Duduk." Perintah Maia. Aku hanya menurut sambil meletakkan pantatku di atas batu dengan kepala yang masih pusing. Tapi perutku tidak mual. Luar biasa.

"HAI!!" Lyara menyapa dari atas. Sempat-sempatnya ia menyapa sambil dipantul-pantulkan seperti itu.

"Seru tidak?" tanya Maia. Aku hanya mengangguk sambil mengancungkan kedua jempol. "Lu... sangat menyenangkan." Aku terkekeh kecil. 

====

Maia tengah berjalan dengan rambut lepek dan punggung yang basah. Ia duduk sambil melakukan split tengah, kanan dan kiri. Kakinya benar-benar fleksibel. 

Ia memutar-mutar pergelangan kakinya. Lalu memutar lengannya. Keduanya tidak apa-apa. Ia segera melakukan pemanasan mandiri. 

KREK! Sesuatu menghantam pertemuan tulang lengan atas dan tulang pengumpil juga hastanya. Tangannya kaku tidak bergerak sama sekali, ia meringis kecil dan kembali duduk.

Argh! Dia sedikit kesal karena tidak bisa menggerakkan tangan kanannya. Ia menghela nafas dan berusaha tenang. Tangan kanannya bergetar, tapi ia tidak tahu kenapa. Ia berdiri lagi dengan langkah yang sedikit patah-patah.

Kakinya membelah udara yang berkabut di pagi buta. Ia tengah berlatih sendirian di stadion besar yang kosong dan sepi. Seperti di film-film saja.

Kakinya bergerak lincah, tapi tangannya diam. Tidak bergerak satu milimeter pun karena kaku dan sesuatu terasa mengganjalnya untuk bergerak.

====

"Baik, satu disini, disini dan disi.. ah, ini dia, wa.. sebentar.."

Lyara menaiki tangga setinggi 50 meter. Ia tengah mencari-cari buku di sebuah rak yang besar dan tinggi. Terdapat tumpukan buku yang banyak, ribuan atau bahkan jutaan. Ia menguncir rambutnya yang pirang kebelakang. Terlihat imut dan lucu. Ia menggulung lengan bajunya yang mungkin mengganggu dirinya dalam memilah buku-buku yang ia cari. Di atas batang hidungnya terdapat sebuah kacamata bulat ala Harry Potter. Dia terlihat lucu dan lugu juga terlihat seperti seorang kutu buku dengan kacamata itu.

"Oke.. sudah," Lyara menuruni tangga perlahan sambil memegang beberapa tumpuk buku yang ia ambil dari rak yang tinggi.

"Oke. Halaman pertama, sudah." Ia tersenyum senang sambil memamerkan gigi putihnya. Membolak-balikkan halaman demi halaman dan kembali menaiki tangga untuk mengembalikannya ke tempat semula.

Trust and DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang