prolog

16 2 3
                                    


Ruangan bercorak biru masih saja hening dan menjadi tempat ternyaman lelaki tersebut berpulang. Lagi dan lagi ia tetap tidak bisa berpindah arah. Masih terdiam meratapi masa lalu yang bahkan berulang kali ia ingin menghapunya. Hatinya begitu kaku. Hatinya masih terpaku pada sosok gadis yang masih terbaring pada kamarnya itu. Selalu dan masih saja begitu.

Lelaki itu masih sangat merindukannya pelukan gadisnya . Ia masih ingin merindukan celotehannya. Ia masih ingin memandangi setiap apa yang gadis itu punya. Bahkan walau sudah kesekian rekannya sudah mengatakan, " gadismu akan segera siuman untuk waktu dekat", tapi masih saja membuat kepalanya berpikir kapan waktu akan menjawab semua menantiaanya setelah sekian lamanya.

Hatinya sudah remuk tidak lagi utuh seperti sedia kala. Kejadian yang menimpa gadisnya itu membuatnya begitu yakin bahwa ini terjadi karena ulahnya. Semua yang menimpa gadisnya itu karena suatu kenyataan yang membuat dia sadar bahwa nyatanya mereka tidak bisa untuk bersama.

Lelaki itu masih saja larut dalam pikirannya. Jiwanya begitu kalut bahkan suara telfon yang sudah berdering sejak tadi masih saja tidak diangkatnya. Ia sangat antipati kepada siapapun yang menggangunya ketika ia bersama gadisnya. Baginya waktu yang ia habiskan adalah suatu hal yang sangat berarti dan berharga.

Pikirannya begitu kalut dalam lamunan hingga suara kecil dari ruangan tersebut membuyarkan semua lamunannya.

Gadisnya sadar. Gadisnya masih bertahan. Gadisnya masih memberikannya harapan. Tuhan nyatanya begitu baik dan ia tidak akan menyia – nyiakan kesempatan yang diberikan lagi untuknya.

" Akhirnya kamu sudah sadar, apa yang kamu rasakan sekarang ? ", ucap lelaki itu untuk pertama kalinya kepada gadis itu dengan memakai jas putih dan masih mengalungkan stetoskop di lehernya. Tepat disamping kanan gadis itu sambil memberikan raut senyum penuh kelegaan. Ia ingin menangis kala itu juga namun masih berusaha untuk menahannya

" Aku? ", tanya gadis itu mengkerutkan keningnya bingung

" Memangnya aku kenapa ? ", tanyanya lagi

Lelaku itu masih tersenyum , " Kamu tidak apa – apa . Yasudah istirahat ya ", ucapnya sambil menepuk dan mengacak rambut gadis itu dengan lembut. Lalu ia memilih pergi meninggalkan gadis itu sendirian berada di ruangan yang menurut gadinya ruangan yang sangat asing.

Selepas kepergian lelaki itu, pelan – pelan gadis itu menerawang sekeliling ruangan yang sepertinya sudah lama ia tempati. Ruangan bercorak biru dengan hiasan – hiasan doraemon disetiap sisi ruangannya membuatnya semakin bingung sebenarnya ia berada di mana. Kenapa ia bisa sampai disini dan siapa yang membawanya kesini.

Tatapan matanya beralih pada sebuah bingkai foto yang dihias begitu apik dengan ukiran kayu disana. Didalam bingkai itu terpampang foto dirinya bersama lelaki yang baru saja pergi dari penglihatannya. Jika dilihat dari fotonya saja, sudah dipastika bahwa ia dan lelaki itu memiliki hubungan begitu dekat. Mereka yang sama – sama tersenyum dengan posisi lelaki tersebut sambil merangkul gadis itu dan menaruh tangannya di pundaknya yang hanya setinggi bahu lelaki itu. Ditambah lagi ekspresinya yang memperlihatkan suasana riang dengan memperlihatkan gigi putih bersih sambil memeluk pinggang lelaki disampingnya itu bukan tidak mungkin mereka memiliki hubungan yang sangat serius.

Semua pertanyaan yang masih berada di kepala membuatnya semakin dilanda pusing yang sangat berat. Erangan sakit tak tertahan terus ia rasakan. Bahkan rasanya ini lebih seperti diambang kematian. Rasanya semua isi kepalanya berisi ton – ton besi berkarat yang sudah terlalu tua.

Suara pintu terbuka menampilkan lelaki itu lagi dengan membawa nampan yang entah apa isinya membuat segala perhatian tertuju kepadanya. Gadi itupun tidak tau kenapa. Ia tidak peduli. Ia hanya ingin sakit pada kepala yang ia rasakan semakin menghilang. Mungkin ia akan beratanya kepada lelalki itu bagaimana cara menyembuhkannya.

'' Jangan terlalu berpikiran terlalu berat ", ucapnya mendekati sambil menaruh nampan pada samping sisi kasur tidur ". Rasanya lelaki itu tau apa yang sedang ia rasakan. Ingin rasanya ku tanyakan banyak hal. Namun hal itu tertahan begitu saja sejak ia duduk di bahu sisi sambil membantuku memberikan posisi ternyaman untuk duduk.

" Makan dulu ya, mau aku suapi atau makan sendiri", ucapnya terlalu serius namun masih saya tenang.

" Pikirkan kesehatanmu dulu. Jangan membuatku kembali menunggu ", ucapnya kembali tanpa memberikan waktu menjawab pertanyaannya yang ia lontarkan beberapa detik yang lalu.

Ia mengambil satu sendok bubur lalu mengarahkan pada mulutku. Dan aku hanya bisa melahapnya saja. Aku sebenarnya tidak mengerti. Hanya mengikuti perintah lelaki didepanku.

Setelah kutelan yang pertama aku menanyakan ," Kamu mengenaliku ? "

" Heem, sangat ", jawabnya dan aku hanya mangut – mangut sambil menerima suapan terus menerus dari lelaki itu.

" Kamu sudah melihat foto itu ", ucapnya sambil menatap foto yang tadi sempat ia lihat. Gadi itu melihat tatapan lelaki itu sangat dalam pada foto itu.

Gadis itu seketika mengangguk, " Iya sudah kulihat tadi, tapi aku gak tahu kenapa aku sama kamu kayak gitu. Dulu emang aku sama kamu sedekat apa. Rasanya banyak sekali kenangan yang terjadi diantara kita. Tapi kenapa aku tidak mengingatnya sama sekali. Bahkan sedikitpun saja tidak. Sebenarnya aku ini kenapa ?. Sebenarnya apa yang terjadi "

" Aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri. Siapa namaku, siapa orang tuaku , dari mana asalku dan aku tinggal dimana.. ", terang gadis itu lagi. Ia bahkan tidak tahu setelah ini akan kemana dan bagaimana.

Lelaki itu tahu bahwa pasti gadisnya akan kebingungan. Setelah tragedi yang menimpa gadisnya dan orang tuanya, bahkan ia tidak rela untuk meninggalkannya sendirian dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia paham bahwa semua akan semakin menyakitkan. Ditambah lagi keadaan yang tidak memungkinkan untuk ia berterus terang.

Lelaki itu ingin memberikan semua yang sudah gadis itu beri sebelumnya. Ia ingin menebus kesalahan yang sudah ia buat sewaktu itu. Bahkan kesalahpahaman ingin diluruskan supaya mereka kembali bersama. Lelaki itu menghela napas, berharap semoga setelah ini tidak ada lagi kejadian yang lebih buruk dari ini.

" Bisa kau ceritakan dari awal ?", ujar gadis itu ingin mencari kebenaran. " Kau bisa menceritakan dari siapa namaku dulu, lalu bagaimana kita bisa mengenal'',timpal gadis itu lagi karena rasanya sangat penasaran akan apa yang terjadi.

" Kamu yakin ingin mengetahuinya ?''. ujar lelaki itu tak yakin

Gadis itu mengangguk mengiyakan pertanyaan yang dilontarkan lelaki itu. Dengan pertanyaan yang terdengar tidak begitu yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres pada waktu itu.

" Akan sangat menyakitkan bagiku dan bagimu, aku bahkan masih ragu setelah semua yang terjadi kamu masih mau bersamaku atau tidak. Bisakah kau berjanji ?'', ucap lelaki itu berharap.

" Apa ?''

" Jangan meninggalkanku ", terang lelaki itu dengan tegas

" Akan kucoba"

" Tidak, aku tidak mau jawaban itu. Aku hanya kau menjawab iya", ucap lelaki itu kembali dengan tegas.

Gadis itu menghela napas begitu dalam, " Baiklah baiklah".

Kini mereka merubah posisi mencari tempat begitu nyaman. Lelaki itu duduk disebelah gadis itu sambil membawa gadis itu dalam bahunya dengan selimut yang mnyelimuti mereka berdua.

" Oke, jadi darimana kita akan memulai ? ". 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AVENOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang