1.Awal pertemuan

66 16 6
                                    

***

Aku seorang gadis yang tinggal di desa kecil. Vella Octia Ramadhani, itu adalah namaku, panggil saja Vella, aku bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Mifda bersama tetangga sekaligus sahabat dalam hidupku, namanya Erlina Febiola, panggil saja Lina, gadis penyabar,santun, dan sholehah. Sehari-hari aku dan Lina berpakaian biasa seperti teman lainnya, berkerudung tapi tidak syar'i. Saat ini sekolah kami libur, setelah adanya Corona di bumi ini, aku dan Lina tetap berteman dengan baik tanpa ada halangan. Lina tidak mau berpacaran, katanya takut dosa. Tapi aku sering sekali bercerita kepadanya tentang orang yang aku Kagumi selama ini, dan Lina mengatakan ini padaku

"Jangan sampai rasa cintamu padanya melebihi rasa cintamu pada sang maha cinta"

Sifatnya membuatku kagum dan merasa beruntung memiliki sahabat seperti Lina.

Saat itu aku mengagumi seseorang yang bernama "Zulfan",aku memanggilnya "Kang Zulfan", dia anak pesantren, dia sangat mahir dalam memainkan bermacam-macam alat musik rebana, dia juga terkenal dengan kepribadian yang baik dalam dirinya. Tak lupa dengan kesantriannya, dia selalu mengenakan sarung dan peci kemanapun dia pergi. Dulu dia satu sekolah denganku selama 3 tahun, lalu dia memutuskan untuk pindah ke pesantren Gontor. Dia sekarang di rumah dikarenakan Corona yang melanda saat ini, dan kita saling chat, kita bercakap-cakap tentang masa dahulu. Dan aku mulai ada rasa sama dia. Begitu pula dengannya.

Setelah bertahun-tahun lama kita tak pernah ketemu, akhirnya kita sepakat untuk bertemu di pantai dekat rumahku. Aku mengajak Lina untuk ikut dan akhirnya dia setuju.

Tak lama kemudian kang Zulfan datang dengan motor Vario,baju koko,pakai peci, dan sarung khas pondoknya.

"Assalamu'alaikum, apa kabarmu Vel?,semoga sehat selalu" ucap kang Zulfan

"Waalaikumussalam, Alhamdulillah sehat kang,bagaimana dengan kang Zul sendiri?, mari duduk sini disampingku" sahutku

"Alhamdulillah, aku juga baik-baik saja" katanya

Sambil menunggu Lina memesan es teh dan kopi hangat.

"Ini Vel, es teh sama kopinya",
Suara Lina membuat kami menoleh kebelakang.

"Ih kok lama banget ?" Ucapku

"Ngantri panjang tadi" Jawabnya, sekilas Lina melirik kang Zulfan, lalu dia duduk didekatku.

"MassyaAllah, ini Lina yang dulu itu ?" Kata kang Zulfan.
Aku mengangguk-angguk, iya.

Jangan sampai disini saja kawan,ayo lanjut baca bagian 2

S3 (SAHABAT SANTRI SEJATI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang