19. Hati Biru

50 14 1
                                    

Setelah insiden ciuman Mee hampir tak pernah terlibat dalam kehidupan Yoongi. Perasaan ambigu, separuh senang dan separuh kesal dan benci. Mengingat bagaimana pria itu mengabaikan, membentak dan memandang tanpa ekspresi. Namun mengapa perasaan masih terus melekat, seolah tak ada pria lain di dunia.

Mee menyerah? Ya, gadis itu tak memiliki banyak harapan untuk Yoongi. Keadaan Abba nya yang mulai berubah, Juga Namjoon yang melarangnya berdekatan dengan pria pucat itu menjadi alasan mengapa ia menjauh. Meski ada rasa perih dan sesak dalam hati.

Di kejauhan Yoongi bermain basket seperti biasa, terampil dan keren. Tak sdikit para gadis yang meneriakan namanya, tapi Mee yang menyandang tunawicara hanya duduk di belakang. Menatap lemah, masih berfikir keras. Mampu kah ia mundur? Mampukah ia menyerah? Bukankah menk nyerah itu sama sulitnya dengan mencoba?

Yoongi menoleh pada sosok mungil yang terduduk sepi di pojok kursi penonton. Ia meloloskan senyum, terlihat jelas manik sipit gadis itu membulat, menunduk dengan pipi memerah sebelum kemudian menutup wajah malu nya.

Apa dia tersenyum pada ku?
Apa dia baru memberi ku harapan? Senyum nya terlihat ambigu.

Mee menoleh kebelakang dan kesamping. Namun tak seorangpun merasa menyadari senyum itu kecuali dirinya. Jantung berdetak cepat dengan perasaan semakin berkecamuk.

Ia beranjak, meyakinkan diri untuk pergi. Tak ingin masalah timbul lebih banyak, bahkan hanya mengandalkan diri rapuhnya, Mee tak akan mampu menghadapi semua.

Yoongi kembali menoleh, mendapatkan gadis itu beranjak pergi. Ia menyungingkan senyum senang. Akhirnya tak akan ada lagi yang mengganggu kegiatan dan mencampuri urusan nya.

"Mee ... Jangan pernah datang kesini lagi! Kau mengerti?!" teriak Yoongi, tapat ketika Mee hampir melewati pintu keluar. Gadis itu berlari keluar aula, menyembunyikan mata nya yang mulai berbinar.

Aku tau ... Dia tau akan pernah berubah.

Yoongi duduk di tepi aula, bersandar di tembok seraya meneguk air meniral. Ia berdecak kesal, bahkan gadis-gadis yang meneriakan namanya tak melakukan apapun. Hanya tersenyum genit seraya menggoda nya, berbeda dengan Mee yang selalu perhatian — memberikan handuk, air meniral, bahkan tak segan-segan memijat pundaknya. Yoongi terkekeh, mengapa ia jadi memandikan Mee?

"Bukankah seperti ini membosankan?" Hongjung  duduk di samping Yoongi, merampas air mineral dari tangan Wooyoung lalu meminum kasar.

"Maksud mu?" Wooyoung mengambil air mineral itu sepihak hingga menumpahkan wajah Hongjung yang merengut kesal.

"Mee.... " Yoongi menoleh kesal, begitupun Wooyoung, sementara Hongjung berbalik, mengedarkan pandang ke kursi penonton. Namun tak menemukan gadis itu.

"Tak ada hiburan. Biasanya akan ada keramaian setelah berlatih. Apalagi melihat Yoongi kesal, karna ejekan kita. Aishh, menyebalkan. Kenapa. Harus menyerah sih!"

"Benar, pasti sudah tau tahan dengan si dingin ini. Tapi ngomong-ngomong kenapa kita jadi agak kesepian ya?" Yoongi mendengus kesal alih-alih menjawab pertanyaan wooyoung, ia berbalik. Namun langkahnya terhenti.

"Yoongi_aa, apa kau tak merasa kesepian setelah Mee menjauhi mu?" tanya Hongjung.

"Kalau aku kesepian aku akan memacari nya!" kesal Yoongi seraya berjalan keluar dari aula basket.

Unspeakable ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang