"Hari ini kita gak makan nasi ya."
Jisung merengut. "Yah, Papa..."
"Tapi kita jajan di pasar malam." Taeil menepuk pundak anaknya sambil menyengir lebar.
Jisung senang bukan main.
Dia asyik meneliti makanan apa yang akan ia beli dan berapa banyak ia akan memilih. Kalau Taeil menolak membelikan, dia akan merengek. Modus itu belakangan bekerja kepada Taeil.
Beruntung tidak banyak yang Jisung mau. Hanya takoyaki dan jus mangga. Taeil memilih corndog kesukaannya.
Mereka berdua menghabiskan makanan di depan sebuah toko yang tutup. Jisung kelaparan, jadi takoyakinya habis duluan. Bibirnya sibuk menyeruput jus mangga.
"Sluuuuuurp..." Jisung menyeruputnya keras sampai tandas. Jisung melakukannya berulang, meyakinkan diri jusnya sudah habis.
Jisung melirik Taeil, lalu ia melirik gelasnya yang kosong. Papanya masih makan. Mulutnya penuh.
Taeil tahu. Anaknya memperhatikan. "Kenapa?"
"Papa makan apa?" tanya Jisung.
Taeil terkekeh. Mana mungkin anaknya tidak tahu. "Mau?"
Jisung mengangguk pelan. Dia mengulurkan tangan untuk corndog papanya. Taeil memberikannya pada Jisung.
Taeil mengecek handphonenya. Ada beberapa pekerjaan yang belum tersentuh. Dia juga belum membalas pesan-pesan partnernya.
"Pa..." Jisung mengulurkan kembali corndog Taeil.
Taeil menerimanya tanpa menoleh. Matanya masih sibuk. Namun, dahinya tiba-tiba mengernyit.
"Jisung..." panggil Taeil.
"Ya?" Jisung menyahut.
"Kamu suka kentang ya?" Taeil menatap nanar corndognya yang 'telanjang'.
"Hehe." Jisung menyandarkan kepalanya di lengan Taeil, mengubur wajah malunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Papa's Workhour
Genç Kız EdebiyatıKumpulan kisah Papa dan Anak setelah jam kerja