Red Gallery

1.4K 210 31
                                    

Bersumber dari informasi yang tertera di depan gedung, Red Gallery adalah salah satu galeri seni independen yang berada di bagian utara kota Beijing. Didirikan oleh Qian Kun pada tahun 2000 dan hanya membuka pameran saat bulan Oktober per tahunnya.

Hari ini, pada tanggal 31 Oktober 2XXX, seorang pemuda bernama Liu Yangyang diberikan kesempatan untuk menghadiri pameran. Tepat malam sebelumnya ia mendapatkan tiket virtual yang dikirim oleh staf Red Gallery lewat surel. Meski tidak begitu mengerti akan suatu hal tentang karya seni, Yangyang tidak melewatkan kesempatan. Dengan memanfaatkan tiket bebas masuk, ia berpikir akan ada pengalaman yang mungkin bisa didapatkan.

Sejak menginjakkan kaki pada gedung Red Gallery, Yangyang merasa biasa saja. Ia tak banyak berpikir akan lokasi galeri yang berada di Hutong, jam buka terlalu malam, pakaian semi formal yang menjadi syarat bebas masuk ke gedung tersebut, atau koleksi lukisan yang dipamerkan. Seperti lukisan tiruan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci yang menggunakan arang sebagai pembuka pameran. Daripada memikirkan makna yang terkandung, Yangyang hanya menatap kagum visual tanpa memikirkan apa pun. Dan ia lebih tertarik pada bagian punggung tangan dalam lukisan yang tertulis,

“Kenapa Mona Lisa memiliki rambut hitam, bukan merah?”

Menggunakan lilin. Tetapi meski tulisan tersebut sempat menarik perhatiannya, tak ayal ia bersikap abai dan segera beralih pada karya berikutnya yang berada tak jauh dari posisinya.

Dahi Yangyang mengernyit melihat lukisan seorang bangsawan Inggris dengan cangkir berwarna hitam pekat di bagian dalamnya. Sempat merasa familiar akan karya yang dilihat, namun Yangyang tak ambil pusing. Ia berpendapat pernah melihat karya tersebut di suatu tempat. Ia pun mengabaikan perasaan tersebut dan menajamkan indra penglihatannya, mencoba mencari sesuatu tersembunyi dalam lukisan seperti karya sebelumnya. Dan gotcha! Ada tulisan dari lilin yang hanya bisa dibaca ketika terkena pantulan cahaya pada bagian lengan sang bangsawan.

“Kenapa Anda minum kopi hitam, bukan teh merah?”

Kemudian ia beralih pada karya selanjutnya tanpa mau repot berpikir maksud pesan tersirat yang ditulis sang seniman. Pada lukisan selanjutnya tampak seorang wanita mengenakan gaun pengantin berwarna putih. Dan setelah menatap detail, terdapat tulisan berbahan lilin di bagian ujung kerudung pengantin.

“Kenapa mempelai wanita menggunakan kerudung berwarna putih, bukan merah?”

Saat itu Yangyang mulai berpikir, sebenarnya hal apa yang ingin disampaikan oleh Qian Kun sebagai sosok penanggung jawab atas semua karya dalam Red Gallery?

Merasa buntu, Yangyang beralih pada karya selanjutnya. Tepatnya pasangan dari lukisan sebelumnya, seorang pengantin pria mengenakan tuxedo lengkap dengan pita kupu-kupu yang melingkari kerah kemejanya. Dan lagi-lagi terdapat pertanyaan yang tersemat. Pada lukisan ini berada di bahu mempelai.

“Kenapa mempelai pria mengenakan dasi kupu-kupu, bukan sebuah bunga merah?”

Rasa penasaran Yangyang mulai naik, ia beralih ke karya selanjutnya yang berada di ruangan berbeda. Lalu menatap lukisan grand piano. Pada bagian lid tertulis,

“Kenapa tuts piano berwarna hitam dan putih?”

Karya lain dalam ruangan, yaitu lukisan medan pertempuran dengan bendera putih tanda kekalahan sebagai poin utamanya. Pada bendera tersebut tertulis,

“Kenapa tidak menggunakan bendera berwarna merah untuk menyerah?”

Dan karya terakhir dalam ruangan memperlihatkan seorang Pangeran tengah menunggangi kuda putih. Di bagian sepatu terdapat tulisan,

“Kenapa Pangeran menunggang kuda putih?”

Meski kembali didera perasaan yang sama seperti melihat lukisan bangsawan dengan secangkir kopi, Yangyang mengabaikan perasaan tersebut. Ia beralih ke ruangan lain, ada sebuah karya yang cukup menarik perhatiannya. Satu-satunya lukisan yang berada dalam ruangan selanjutnya adalah seorang pemuda dengan bir hitam di dekatnya. Dan pada sudut kanvas tertulis,

Red Gallery | KUNYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang