Chapter 2 : Gema

13 1 0
                                    

“Gue, Gema.”


***


Gema berjalan tergesa-gesa menuju sebuah gedung perkantoran. Ia menyadari keterlambatannya dari waktu yang telah ditentukan. Untuk itu, ia berusaha agar cepat sampai.

Namun sialnya, saat di depan pintu masuk ia malah menabrak seseorang.

“Maaf, maaf, gue nggak sengaja. Lo nggak papa ‘kan?” tanyanya merasa bersalah.

Rupanya ia menabrak seorang gadis. Gadis yang mulanya menunduk itu, kini perlahan mengangkat kepalanya. Saat kedua bola mata milik gadis itu bertemu dengan bola mata miliknya, ia malah terdiam. Begitu juga dengan gadis pemilik bola mata cokelat itu.

Sambil mendengarkan musik favorit, Gema berjalan menyusuri koridor kelas 8 dengan santai. Sekolah sudah sepi karena jam sudah menunjukkan pukul lima. Ya, dia biasa pulang akhir. Apalagi jika sudah mendekati pertandingan olahraga nasional, maka ia harus latihan sepak bola setiap hari.

Namun, ada yang aneh ketika ia mematikan musiknya. Terdengar suara tangisan seorang gadis yang mengganggu. Ia tidak takut, sekalipun itu bukan manusia. Malah, ia memberanikan diri untuk mencari tahu suara siapa itu.

Di ruang kelas 8B, suara tangisan itu semakin jelas terdengar. Ia yakin suara itu berasal dari ruangan itu. Perlahan ia mendekati, dan melihat ke arah dalam melalui jendela. Matanya mengedar, tetapi ia tidak menemukan apa-apa di ruangan itu. Sampai …

AAAAAAA!!!!!!”

Seorang gadis berteriak tepat di depan wajah Gema. Meskipun mereka dibatasi oleh kaca jendela, tetapi teriakan itu berhasil menembus jendela yang membatasi keduanya. Alhasil ia yang sedikit terkejut, malah merasakan telinganya sakit.

“Ah! Kuping gue!” gerutunya sambil memegangi telinganya.

Saat ia melihat ke arah jendela lagi, gadis itu sudah tidak ada. Ia pun mencarinya dengan mengedarkan matanya ke dalam kelas. Karena khawatir, ia pun berlari ke arah pintu. Dan … braaaakkkk!!!

Ia menabrak gadis itu. Namun dengan gerakan cepat, ia berhasil menangkap tubuh gadis itu. Ketika gadis itu membuka matanya, keduanya terdiam saling memandang.

“Lo nggak papa ‘kan, Ra?”

Suara seorang gadis lain membuat Gema dengan gadis yang baru saja ia tabrak, memutuskan kontak mata di antara mereka. Ia langsung mengalihkan pandangan matanya. Sedangkan gadis itu, terlihat mengedipkan matanya beberapa kali seakan-akan ia kelilipan.

“Lo nggak papa ‘kan, Ra?” Tanya teman gadis itu sekali lagi.

“Ha? Apa? Kenapa? Oh, iya, gue baik-baik aja kok,” balas gadis yang dipanggil Ra dengan terburu-buru.

Gema menoleh ke arahnya dengan gerakan yang kikuk. “Maaf ya, gue nggak sengaja.”

Gadis itu mengangguk. “Lain kali lebih hati-hati. Permisi,” balasnya. Kemudian, ia menarik temannya keluar kantor dengan tergesa-gesa.

Sejenak Gema berpikir, bagaimana rasa seperti yang pernah ia rasakan dulu muncul kembali? Ia seperti jatuh cinta pandangan pada pertama lagi. Aneh. Kenapa jatuh cinta pada pandangan pertama lagi?

Mata gadis itu mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya. Bagaimana bisa ia merasa gugup seperti ini lagi? Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan seperti ini jika berada di dekat seorang gadis.

“Oke. Cukup.”

Hari pertama masuk kerja, ia tidak boleh mengacau. Apalagi karena seorang gadis. Tidak. Tidak boleh. Ia harus fokus.

Gema Suara (2021) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang