- WARSA

114 10 4
                                    

DALAM sekat yang mendekapnya di keheningan, dengan surainya yang masih basah sebab terkena rinai mulai mengembuskan napas panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DALAM sekat yang mendekapnya di keheningan, dengan surainya yang masih basah sebab terkena rinai mulai mengembuskan napas panjang. Ia belum beranjak barang sejenak untuk membasuh tubuhnya, pilu telah membalut tubuhnya dengan ciamik hingga enggan baginya untuk bangkit sejenak. 

Atma miliknya begitu kelabu, sebab terlalu sering sembunyikan rindu. Rindu akan lazuardi yang biasanya coret harinya jadi ceria. Pada akhirnya, ia tak pernah menjejak bahagia yang sungguh lagi semenjak hari kepulangan lelaki Busujima ke wisma terakhirnya. [Name] tahu, ia keruh.

Walau pada akhirnya ia mafhum akan bincang pigura angkasa, tak segan ia kerap menelisik dalam rangka mayapada tercipta dari analogi yang bukan nujum belaka. Semuanya masih bagian dari catatan predestinasi, tidak ada yang bisa diubahnya.

MASIH teringat dengan bagaimana gegana tarik dua raga dalam satu skenario menyebalkan dengan dalih pelukan hangat, membuat [Name] terkekeh kecil. Sudah lewat empat hari semenjak air hujan basahi tubuhnya sebab tak beranjak dari tempat pengistirahatan terakhir milik Riou.

Lebih aman dibandingkan nyata namun tak luput dari fatamorgana. Iya. Riou memang seperti itu, ia akan hilang ketika semesta tulis garis predestinasi.

[Name] masih tidak menyangka, pelitanya yang menjadi gagang konstelasi bahagia pada akhirnya lenyap. Melepaskan genggaman tangannya untuk selama-lamanya. Setelah satu warsa ia lalui tanpa Riou, semuanya masih terasa begitu sukar 'tuk sekadar ia pijak.

Presensinya yang terlalu sempurna bak kalimat paripurna begitu membekas tanpa lekas di ingatan [Name].

Paham, memang sudah pasti akhir dari pertemuan adalah perpisahan. Tapi, apa tidak begitu kejam jika ditilik dan meneroka kembali semua diksi-diksi yang berakhir tergelincir dalam pendar biadabnya semesta? [Name] belum pernah sekalipun mengucap afeksi.

Ini menyebalkan dan merepotkannya. Kepingan-kepingan dari makna implikasi yang menjadi runyam semenjak kepergian Riou membuatnya semakin merasa sakit. Jirat yang terbingkai netranya ia pandangi beberapa saat sebelum menggambar sabit kurva tipis di belah berwarna pucat jingga miliknya.

"Halo, Riou." [Name] menekuk kaki sebelah kirinya--berlutut di sebelah makam Riou.

"Riou, katamu, kamu bagai daluang koyak tak tergores tinta hitam yang tak akan pernah dapat membingkai sajak tentang tenteram kalau tanpa aku. Tapi, kamu bahkan sudah pergi menjumpai ketenteraman tanpaku."

[Name] mengembuskan napasnya, tirta kembali luruh begitu saja dari matanya. Narasi artifisial semesta yang masih berporos pada Riou kian buat dirinya lupa, bahwasanya skenario sesungguhnya masih harus ia lakoni.

Tapi, dusta manabila waktu [Name] untuk berperan sebagai manusia yang masih lama. Tintanya perlahan mengering, sudah tidak dapat menulis berbagai alur bahagia lagi. Mungkin sekarang sudah waktunya pergi, bukan? Menemui tenteram bersama sosok Riou di sana.

"Riou, sekarang giliran aku yang berakhir menjadi daluang koyak kalau tanpa kamu."

[Name] terkekeh, mengelus nisan di hadapannya dan kembali mengembuskan napas panjang. Masih dengan buket bunga serunai yang berada di genggamannya, [Name] menyenderkan raganya, tersenyum lebar merasakan harmonisasi bahang dan bayu yang membelai kulitnya.

Setelah satu warsa ia lalui tanpa pemuda Busujima tersebut, pada akhirnya [Name] mengatupkan kedua matanya. Untuk pertama kalinya, [Name] memejamkan mata tanpa diliputi lindu yang melumuri sanubarinya. [Name] sadar betul, bahwasanya tinggal menunggu beberapa waktu lagi maka atmanya yang kelabu akan segera dirampungkan waktunya. Segala interpretasi perihal aswad kelabu pada akhirnya akan lenyap juga.

"Riou, bahkan setelah satu tahun, kamu tetap jadi bintang paling indah yang pernah kutemui. Terima kasih pernah mengisi hari-hariku dengan segala bentuk afeksi yang entah tercipta dari raga maupun piguramu."

"Aku sayang kamu. Sangat."

Pada detik berikutnya, yang rawi tahu ialah bayu menerpa raga [Name], membawa atmanya menjauh dari haru biru dan amukkan mayapada. Kembali menemukan konstelasi antara dirinya dan Riou.

eumnn, hi? so i made this into oneshoot au on wattpad and yeah, with different characters! tbh aku udah pernah publish ini di Twitter sebagai oneshoot au-nya LevYaku, but i found out this legit cocok sama Riou

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


eumnn, hi? so i made this into oneshoot au on wattpad and yeah, with different characters! tbh aku udah pernah publish ini di Twitter sebagai oneshoot au-nya LevYaku, but i found out this legit cocok sama Riou... that's why aku bikin ini untuk versinya Riou x Reader hehee 🥺🥺

WARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang