Ego Wanita

3.2K 184 1
                                    

Love ...
Blessing among pains
Forceless but regardless.
Hurts and heals
Memories and stories
Replaces the olds with new

Love ...
Pleasant in sorrows
Unwanted but needed
Bitters and sweets
Joys and scars
The meaning of being alive

By: Author

***

"Datang ya, San."

Amara meletakkan amplop cantik hijau tosca di atas meja.

"Insyaa Allah." Lalu pria yang duduk di balik meja itu menghembus berat dan menatap kosong pada benda persegi panjang itu. Berpikir skeptis.

"Kenapa, Zi?" Arga menepuk pundaknya.

"Andai May ada di sini," keluhnya dengan senyum kecil dipaksakan.

Amara balas tersenyum tipis. Wajahnya sedikit merona mengingat asa konyolnya dulu yang dibuat tanpa hati dan logika. Untuk menjadi Nyonya Arsan Fahrurazi, pria yang justru mempertemukannya dengan jodohnya sekarang.

"Ajak ibumu saja, atau adekmu," hibur Arga menepuk pundaknya lagi.

"Kondangan itu paling enak ngajak pasangan sendiri."

"Kamu ngajak se-RT juga nggak pa-pa, San. Khusus buat kamu, aku ijinin deh," imbuh Amara turut menghibur.

"Kenapa khusus buat Razi?"

"Ya kan kalo nggak karena dia, aku nggak bakal ketemu kamu, Sayang." Amara menyolek jahil dagu suaminya yang ditumbuhi rambut-rambut halus.

"Hahahaha ...." Tawa Razi menggema di ruangan kantornya.

"Yakin karena Razi? Bukannya kita memang sudah dipertemukan takdir sebelumnya?" Sebelah alis Arga terangkat, mencibir.

Razi mengatup bibirnya lalu memandang heran. "Kalian ... memangnya sudah pernah ketemu sebelum di restoran?"

Amara memalingkan wajah pura-pura-tidak-tahu-nya. Sedangkan Arga berusaha mengulum senyum sekuat tenaga.

"Jadi, waktu di restoran itu ...."

Amara cepat-cepat menukas untuk menyelamatkan muka. "Eh ... San, pokoknya kamu harus dateng ya. Terserah kamu mau bawa siapa. Asal jangan bawa pelakor. Aku nggak ijinin kalo yang itu."

Amara bernapas lega ketika fokus pembicaraan benar-benar bisa teralihkan, saat Razi pada akhirnya kembali membicarakan soal istrinya yang berada jauh di seberang samudra.

Usai berpamitan, Amara dan Arga keluar dari ruangan kerja Razi. Wanita itu membenahi letak kacamatanya yang tadi agak miring.

"Aneh rasanya harus balik pake kacamata lagi," keluhnya dengan bibir cemberut.

Baru seminggu ini ia kembali menggunakan kacamata lamanya. Entah bawaan hamil atau bukan, yang jelas Amara tiba-tiba merasa geli menyentuh lensa kontak.

"Nanti lama-lama juga kamu terbiasa lagi. Lagian, kenapa waktu itu kamu malah ganti pakai lensa kontak?"

"Ya ampun, Sayang ... masih belum paham juga alasannya?"

Arga menggeleng diam.

"Biar aura cantikku bisa kamu lihat dengan jelas lewat mata, terus turun ke hati. Bener kan ampuh?"

Arga menggeleng-geleng tak percaya. "Bukan main ya usahamu."

"Hei, Ga!" Seorang pria tiba-tiba muncul di hadapan mereka, menginterupsi percakapan keduanya.

LOVABILITY (Judul Lama: ADAMANTINE) (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang