7. Keputusan

55K 5.7K 606
                                    

Okelah aing update lagi:(
Happy reading guys!

***

Malik menatap Leo yang menunduk di kursinya. Cowok itu menghela nafasnya pelan, “Apa sih yang ada difikiran lo, Yo? Selama ini gue diem sama kelakuan lo di sekolah. Gue kira lo bakalan mikir, kenapa lo malah makin jadi?” tanya Malik kecewa.

“Lo paksa Ara?” tanya Malik.

Leo tak menjawab. Cowok itu memilih menundukan kepalanya dalam. “JAWAB GUE!”

Teriakan Malik sontak membuat orang-orang yang berada di rumah Ara tersentak kaget. Begitupun dengan Ara, gadis itu menangis dengan Hanin yang memeluknya dari samping. “Otak lo dimana Leo? Otak lo dimana? Lo marah sama Papa karna dia hamilin Mbak Amel. Sekarang gue tanya apa bedanya lo sama Papa?” tanya Malik.

“Beda! Jangan samain Leo sama Papa!” jawab Leo akhirnya.

Cowok itu mendongak matanya terlihat merah. “Sekarang gimana? Lo liat Ara!” titah Malik.

Leo melirik gadis itu yang juga menatap ke arahnya. “Sekarang gue tanya sekali lagi, lo paksa Ara?” tanya Malik.

“JAWAB GUE LEO! LO ANGGAP GUE APA SELAMA INI?”

“Gue gak pernah larang lo gaul sama siapa aja. Tapi kayanya gue salah, Yo. Gagal gue jadi Abang lo. Mau bilang apa gue sama Papa?” tanya Malik.

Malik meraup wajahnya sendiri. Cowok kembali duduk di sofanya. “B-Bang, Leo gak paksa Ara. Kita—kita kaya gitu karna emang kita sepakat.”

Leo menatap Ara tak percaya. Cowok itu lantas menggeleng, “Nggak, Bang! Leo yang maksa. Leo yang—”

“Nikahin aja. Pergaulan mereka itu udah gak bener.”

Devan duduk di samping Adel. Matanya menyorot tajam ke arah Ara dan juga Leo. “Pa—”

“Tentuin tanggalnya sekarang juga.”

“Pa, Ara—”

“Dengerin Om, Malik. Pergaulan mereka udah gak bener. Nikahin aja, biar Om yang ngomongin ini sama Reno.”

Ingin marahpun rasanya percuma. Semuanya sudah terjadi. Mungkin, memang ia yang gagal mendidik anaknya.

Mungkin, dia yang terlalu membebaskan Ara. Jauh dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sakit, dan kecewa. “Malik setuju.”

“Terus sekolah Ara gimana?” isak Ara.

“Sekolah? Buat apa sekolah? Biaya hidup lo udah ditanggung sama calon suami lo,” sahut Fatur sinis.

Ara menggelengkan kepalanya kuat, “Pa—Ara mau sekolah,” kata Ara.

Hanin yang sedaritadi diam, akhirnya beranjak. “Om, Ara sama Leo masih bisa sekolah. Toh yang tau masalah ini cuman kita,” kata Hanin.

“Nin, Kalau dia hamil. Yang malu siapa? Kita! Keluarga gue!” ujar Fatur seraya menunjuk Ara.

“Tapi Ara belum tentu hamil, Tur. Kita kasih dia kesempatan satu bulan, kalau Ara terbukti gak hamil, kita semua harus tutup mulut soal ini.”

“Oke. Tapi gue rasa Ara sama Leo memang harus dinikahin, seperti apa kata Om Devan,” ujar Malik.

***

Ara menatap wajahnya di cermin. Gadis itu mengusap wajahnya pelan. Jujur, Ara memang mencintai Leo. Tapi bukan cara ini yang sebenarnya Ara mau.

Leo Rezayn [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang