❀ BAB 022 ❀

945 115 23
                                    

Shinobu menghempaskan diri ke kasur. Bersamaan dengan itu, Mitsuri ikut masuk dan menutup kembali pintu kamar Shinobu. Cewek itu pun duduk di pinggir kasur dengan seragam yang masih lengkap.

"Beneran Douma bilang gitu?"

"Iya,"

Mitsuri menghela napas berat. Cewek itu diam menunduk memainkan kukunya. Kadang karena sikap kekanak-kanakan Shinobu, Mitsuri lupa Shinobu adalah seseorang yang penuh perhitungan. Bukan hal mustahil kalau tiba-tiba Shinobu curiga pada Douma walau selama ini Shinobu tidak pernah terlihat mengawasi gerak-gerik Douma.

Ini cukup mengejutkan bagi Mitsuri.

"Tapi kok lu bisa kepikiran kalo Douma orangnya?"

"Naluri." 

Mitsuri berdecak kecil saat Shinobu bergerak membelakanginya. Cewek itu bermain ponsel seakan sibuk dengan dunianya sendiri. "Yang bener ah, kenapa?" tanya Mitsuri memaksa.

"Ck, gue negrasain ada perbedaan cara Giyuu perlakuin gue. Di sisi lain ada rasa takut tapi pengen deket di waktu yang sama."

"Hm, kayak lo yang juga pengen deket sama Giyuu kan?"

Shinobu diam sejenak, berpikir. "Iya."

"Besok gue mau ngomong sama Kanao."

"Hm? Ngomong apa?"

"Biar dia pulang. Olimpiade Sains brengsek, gue gak peduli. Gue rasa ada sesuatu yang bahayain Kanao, tapi gue gak bisa nyatain itu karena masih ada jarak. Dan gue bakal hancurin jarak itu besok."

Mitsuri diam menatap Shinobu lurus, sampai Mitsuri menarik sebuah senyum tipis di bibirnya. "Gue tau, setiap orang yang bakal meninggal juga bikin pahala sebanyak-banyaknya di waktu terakhirnya."

Dan Shinobu hanya tersenyum.


❀❀❀


Giyuu menghela napas berat. Moodnya tidak terlalu baik, cowok itu bahkan masih mengantuk saat duduk di sebelah bangku kemudi dengan seal belt lengkap. 

Shinobu berkendara di atas kecepatan rata-rata. Seakan tidak peduli Giyuu yang mulai mual karena AC mobil dan spot jantung karena Shinobu berkali-kali menyalip kandaraan lain. Gila.

"Santai, gue ngebutnya masih pake hati." kata Shinobu menyadari itu.

"Lo kalo nggak bisa pelan, kita balikan aja."

Shinobu tersentak kecil, namun berusaha untuk tidak terlihat terkejut. Hanya saja rautnya berubah jadi lebih serius. Shinobu memelankan mobilnya juga, seakan tidak sudi balikan dengan Giyuu.

"Lo ngambek?" kata Giyuu lebih tenang kini.

"Oh, lo masih peduli?" 

"Waktu itu emang enggak. Tapi sekarang gue peduli."

Shinobu terkekeh pelan, menutupi goresan dalam hatinya. Seharusnya tidak perlu begitu saat Shinobu akan pergi. Sekarang cewek itu jadi ingin bertahan lebih lama.  "Percuma, Yuu. Seharusnya lo nggak usah peduli sama hal yang udah bukan urusan lo." kata Shinobu memberi jarak pada dirinya sendiri.

Ini juga supaya Shinobu bisa mencintai orang lain.

"Rasanya sekarang kita kayak musuhan lagi, ya."

Shinobu diam. Tidak menyahut. Hanya ada sedikit goyah di hatinya. Kalau sudah begini, seharusnya ia lebih tegas memberi batasan pada dirinya sendiri.

"Lo nggak akan tau rasanya ditinggalin bahkan saat lo berusaha keras buat pertahanin suatu hubungan, Yuu."

Giyuu diam, tidak menyahut lagi. Giyuu tahu Shinobu sedang menyindir sewaktu mereka putus di kantin dulu. 

Re-Hi | Giyushino✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang