Luz terlambat. Jika saja ia datang lebih cepat, pasti keadaannya tidak akan seburuk ini. Urata dibawa pergi entah kemana dan Shima menerima luka cukup parah sampai hampir membuatnya mati.Bagaimana ini? Jika begini, itu artinya Luz tidak dapat memenuhi tugasnya untuk menjaga mereka berempat. Dia tidak ingin mengecewakan Amatsuki. Dia harus melakukan sesuatu. Luz pasti akan mencari keberadaan Urata dan menyelamatkannya.
Saat dirinya hendak ingin pergi untuk mencari Urata. Sakata dan Senra menyadari hal tersebut, mereka berdua langsung megajukan sebuah permintaan pada Luz.
“Ijinkan kami berdua ikut bersamamu untuk mencari Urata-san.”
Luz secepatnya menolak permintaan dari mereka berdua. “Aku akan mencarinya sendiri. Kalian berdua tetaplah disini! Bukankah kalian harus menjaga Shima-san yang masih belum sadarkan diri itu?!” kata Luz menatap satu persatu Sakata dan Senra.
Ketika nama Shima disebut, tiba-tiba saja rasa bersalah yang dirasakan Sakata muncul kembali. Senra melirik temannya itu, lalu merangkulnya.
“Baiklah jika itu keputusanmu. Tapi aku ingin minta satu hal padamu, jika kau berhasil menemukan keberadaan Urata-san, tolong beritahu kami dan jangan bertindak untuk menyelamatkannya tanpa persetujuan dari kami terlebih dahulu.” kata Senra menatap Luz.
Luz berpikir sejenak, dia juga tidak bisa mengabaikan perkataan Senra barusan. Karena ia yakin jika Amatsuki mengetahui bahwa ia sempat menolak permintaan Senra, Amatsuki akan terlihat kecewa. Dia harus selalu menanamkan kalimat dalam pikirannya bahwa Amatsuki selalu mengawasi setiap tindakannya. Walau itu hanyalah khayalan Luz saja. Tapi yang membuatnya bisa bertahan sejauh ini dalam menjalani kehidupannya itu adalah keyakinan dirinya terhadap tuannya itu.
“Baiklah, aku setuju.” Luz mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Senra.
Mereka berdua sama-sama menyetujui syarat yang diajukan.
Setelah bersalaman, Senra langsung berbalik pergi merangkul Sakata yang masih dipenuhi rasa bersalah itu.
Luz juga ikut berbalik kearah yang berlawanan. Dia harus secepatnya mencari Urata, sebelum semuanya semakin terlambat untuk diselamatkan.
Luz menghilang dalam keheningan. Mula-mula dia akan mencari Urata di sekitar kota Deathly ini.
____
Gelap.
Dia tidak bisa melihat apapun. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Terakhir kali yang dia ingat adalah suara Senra yang berteriak memanggil-manggil namanya.
“Are? Mengapa aku merasakan deja vu ya?”
Urata mencoba kembali mengingat-ingat, namun ia sama sekali tidak mengingat apapun.
Ia mencoba untuk mencari-cari sesuatu menggunakan tangannya dan seketika itu juga, Urata baru menyadarinya bahwa kedua tangan dan kakinya terikat. Bukan hanya itu, mulut dan matanya juga ditutup oleh sebuah kain yang ia yakini merupakan alat sihir juga.
Kenapa dirinya bisa berada dalam keadaan seperti ini? Apa ia kena culik lagi? Tapi siapa yang ingin menculiknya? Kashitaro? Tidak mungkin!
Pemuda itu tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. Bisa-bisa pemuda bintang itu akan semakin marah dan membenci Kashitaro. Setelah kejadian penculikan dirinya itu, semua orang jadi tahu bahwa Kashitaro sangat terobsesi terhadap pemuda bintang itu.
Suara pintu yang terbuka membuat Urata semakin was-was, dia memutuskan untuk pura-pura pingsan. Agar dirinya bisa mengorek sedikit informasi dari orang yang baru saja memasuki ruangan tempatnya berada ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akademi Sihir -Misi di Kota Kematian- [END]
Короткий рассказKisah ini dimulai saat kepala akademi tiba-tiba saja menambah hukuman kepada Urata, Shima, Sakata, dan Senra akibat kejadian kebakaran yang berlokasikan di asrama sihir putra beberapa waktu lalu. Mereka berempat harus pergi ke kota yang dijuluki den...