Selena terdampar di sebuah restaurant, memandangi bulir-bulir hujan yang seperti jalan peta di kaca jendela. Bersyukur air langit turun setelah ia sampai, bahkan cukup lama untuk memikirkan hidupnya yang akhir-akhir ini terusik. Duduk tanpa minat akan masakan Prancis dihadapannya. Entah sudah berapa kali ia menghembuskan napas, rasanya akan tumbuh cabang baru dipikirannya. Mengetuk jarinya kemeja memandangi teh hijau sebagai penenangnya, lalu entah sebuah kebetulan atau apa begitu ia menolehkan kepalanya tepat disampingnya berjarak dua meja pria bernama Maxcel duduk disana sambil membaca berkas. Digulirkannya mata Selena rupanya Maxcel tak sendiri. Seorang wanita seksi dengan pakaian yang cukup berani terbuka duduk didepan Maxcel. Sangat ketara dari gelagatnya wanita itu tengah menggoda Maxcel.
"Apa dia sekretarisnya?" Tanya Selena dalam hati. Namun sedetik kemudian gelengan kepala Selena menampik semua itu. Tidak mungkin wanita seperti itu Maxcel jadikan sekretaris. Dilihatnya kembali ke arah mereka, si wanita yang penampilannya mirip dengan jalang mulai beraksi dengan memegang tangan Maxcel.
Selena menyeringai. Cemburu? Sungguh dia tidak cemburu karena Selena tahu Maxcel tidak akan mencintai siapa pun selain dirinya. Entah darimana kepercayaan diri itu berasal, percaya atau tidak Selena bukan hanya memahami diri sendiri namun dia juga bisa mengerti seseorang hanya dengan tutur kata, pandangan mata, dan gerak-geriknya. Apalagi ini Maxcel, seseorang yang sudah ia kenal luar dalam.
"Aku berharap dia tak selamat." Desis Selena kuat seakan iblis didalam diri Maxcel mampu mendengarnya. Tentu saja yang Selena maksudkan adalah wanita beramput pirang itu.
"Upss maaf, pen ku terjatuh." Dengan sengaja si wanita membungkuk dan mempertontonkan lipatan payudara yang bergantung didadanya tanpa tahu malu.
Maxcel memejamkan mata saat sang lawan bicara sengaja membelai betisnya.
"Apa yang kau lakukan huh?" Ujar Maxcel agak keras. Pasalnya dia daritadi sama sekali tak mengubris wanita itu, namun mungkin si wanita salah memaksudkan arti semua sikapnya.
"Aku tidak mengerti mengapa Mr. Jonathan mengirim sekretaris seperti ini, bukan maksud ku mengapa dia bisa memperkerjakan orang seperti mu?"
"Tentu karena aku memberikan yang dia suka." Jawab Lea pada dirinya sendiri tanpa sadar.
"Ah ya tentu aku tahu itu."
Lea terperanjat, apa yang telah ia bicarakan. Tapi tak apalah, toh Maxcel akan segera juga terjatuh dalam pelukannya. Paras tampan, rahang tegas, dan sikap dinginnya memang telah mencuri perhatian Lea sejak pertama bertemu satu jam lalu.
Lea tersenyum yakin. Dia kembali ke tempat duduk dan bertanya antusias. "Jadi bagaimana? Kau mau tidur dengan ku? Jangan salah paham, aku tidak meminta bayaran. Ini gratis untuk mu." Rayunya mengerlingkan mata.
Diluar dugaan Maxcel justru tertawa keras bahkan beberapa orang memperhatikannya. Membuat Lea sedikit gelisah, masalahnya ini privasi.
"Gratis? Aku bahkan jijik menyentuh barang bekas."
Wajah Lea berubah padam. Namun ia memaksakan diri tersenyum. Tidak ada penolakan dalam kamusnya, tidak ada pria yang pernah menolaknya. Lihat saja Maxcel akan bertekuk lutut setelah ini.
"Kau hanya belum mencobanya, kau akan ketagihan saat memasuki lubang hangat ku." Lea menjilat bibirnya sendiri. Maxcel mengatupkan mulutnya dan memperhatikan Lea serius.
Disodorkannya map biru diatas meja. "Pergilah kita sudah selesai. Aku muak dengan mu, jika ada yang ingin kau bicarakan temui saja sekretaris ku, jalang."
Perkataan Maxcel begitu menohok pada Lea, tangan wanita itu mengepal lalu beranjak hendak pergi.
"Tunggu." Cegah Maxcel, sekali lagi Lea salah menafsirkan. Dia kira Maxcel berubah pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Knight (Complete)✓
RomanceBerawal dari liburan 'Selena Maroll' ke pinggiran kota California, saat menikmati liburannya dengan berkeliling ia malah tersesat dihutan terlarang. Penduduk sekitar mengklaim siapapun yang memasuki hutan itu tidak akan bisa keluar. Mengapa? Apakah...