"Iya, Pah. Aku sehat sehat aja disini."
Sambungan telpon antara dirinya dan si Papah.
'Kamu kalo butuh apa apa hubungi papah saja.' Sahut orang di seberang sana.
Nagita menangguk meski tau Papahnya tidak akan tau.
"Aku nanti ijin kerumah Sally. Biasa." Senyuman manis terukir di bibir ranum Nagita.
Dia mendengar helaan napas sang papah dan sedikit terkekeh.
"Pah, nggak apa. Aku kuat!"
....
Handphone nya bergetar memunculkan notifikasi pesan. Itu dari Sally!
Sally♡
|Kak Gita aku di depan
|Keluar cepetNagita berjalan ke arah jendela. Dapat ia lihat seorang gadis cantik berkulit putih— tidak seputih dia— berdiri membelakangi pintu.
Ia hampiri cermin terlebih dahulu, memastikan penampilannya tidak aneh.
"Sally!"
Sally membalikan badan dan tersenyum. Senyum yang dapat melenyapkan mata kecilnya. Senyuman yang selalu menghangatkan hati Nagita.
"Hai, hehe." Kekeh Sally
"Tadi kesini naik apa?" Nagita bertanya karena tidak dapat melihat keberadaan motor Mio milik Sally.
"Angkot."
Nagita membelalakan mata. "Kenapa ngga bilang. Kalo gitu aku aja yang kesana." Matanya menyorot tajam menatap manik mata Sally, mengintimidasi.
Benar saja, Sally menundukan wajah merasa ngeri dengan tatapan mematikan Nagita.
"Oke maaf. Abis kamu pasti capek kan kemarin lembur."
Nagira mendengus pelan.
...
"Mau berapa Git?" Tanya lelaki tua pada wanita yang lebih muda.
"Engga tau pah, 500 cukup kah?"
Jeda sedikit.
"Sudah di transfer, di lem dulu jangan ceroboh."
...
"Kak Gita!" Baru saja Gita membuka pintu, adik Sally bernama Yaya sudah menyambutnya. Sambutan hangat yang selalu ia dambakan.
"Halo Raya cantik. Kamu makin gede makin cantik aja sih. Bisa bisa aku kalah cantik." Menoel pipi Yaya sudah menjadi kebiasaan Nagita.
Sang Ibu datang ikut berkumpul. "Namanya udah tua ya gitu, Git."
Yaya menjerit kesal mendengar candaan sang Ibu.
"Ibu aku baru 17 tahun!" Lantas mereka tertawa mendengar dengusan keras sang bungsu.
"Nagita apa kabar? Kayanya udah lama engga mampir kerumah, iya kan Sal?" Irene tersenyum mendengar pertanyaan sederhana itu. Entah mengapa hatinya menghangat.
"Biasa sibuk dia mah. Kemarin aja pulang malam tau bu." Si Kompor Sally mulai memanas-manasi.
Alis Ibu bertautan, matanya menatap Irene meminta kejelasan.
"Itu bu, emm, ngejar deadline. kemarin lusa aku ijin enggak masuk." Nagita terkekeh canggung tak berani menatap mata ibunya Sally.
"Kamu kalau kecapekan pasti seperti itu. Atur waktu Nagita, jangan sampai ngedrop begitu."
...
"Ibu mau aku bantu masak?" Nagita datang kedapur meniti bahan apa saja yang di keluarkan Ibu.
"Kamu abis sakit, duduk sana sama Yaya."
Ibu memotongi bawang putih dan bawang merah. Nagita perhatikan sepertinya Ibu ingin buat sayur sop. Kakinya mengarah ke rak piring, tanganya dengan lihai mengambil baskom dan bahan bahan membuat sayur sop.
Di potongnya kentang wortel dan berbagai isian. Di cuci lalu merebus air di panci yang kemudian akan di masuki sayur sayuran tadi.
"Ibu libur?"
Ibu berhenti mengiris bawang. Menatap Irene lalu melanjutkan kegiataannya.
"Iya. Kemarin ibu ambil sif malam. Lagi pula ini hari libur." Ibu bercerita banyak tentang hari harinya. Tanpa mengetahui di belakangnya Nagita tersenyum simpul.
"Nak Gita bagaimana? Hari liburnya malah di pake kerumah Sally. Maaf ya merepotkan sekali."
Mata nagita membelalak. "Enggak kok. Aku emang pengen kesini. Kangen liat Yaya, Ibu, Sally sih engga hehe."
Ibu meracik bumbu dengan telaten. Mencampurkan beberapa cita rasa menjadi satu kesatuan padu. Nagita yakin apapun yang dimasak Ibunya Sally, akan menjadi fantastis.
"Ibu ajari aku masak dong." Nagita merengek di depan Ibu. Si Ibu malah terkekeh geli.
"Kamu mah udah bisa masak, setidaknya dibanding Sally." Ibu menraik keatas bibirnya. Kasihan Sally.
"Aku mah masih jauh di banding Ibu."
Ibu mengulas senyum dibalas juga oleh Nagita....
"Sal, sapu dimana?"
Sally yang asik bermain gadget mengalihkan perhatiannya. "Buat?"
"Nyapu, Sal. Masa buat perang, ck."
Sally bangkit mengambil sapu di balik pintu. Niatnya ingin diberikan pada Nagita. Tapi Nagita tamu, tidak sopan kata ibu.
Justru ia yang menyapu lantai rumahnya. Nagita pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan alat temour yang lain.
"Udah belum Sal?" Nagita datang dengan pelan serta ember berisi air pewangi.
"Kamu tuh kalo dirumah bantu bantu ibu. Kasian tau beliau ngurus rumah, kalian, sama kerjaannya."
"Iyaa kakak galak. Kamu tuh kalo kesini kesannya kaya jadi babu aja. Aku ngga enak deh jadinya."
Bukannya apa. Masa tiap Nagita datang kerjaannya ke dapur dan bersih bersih rumah. Kesannya Nagita hanya datang untuk di peralat keluarganya.
"Halah santai sih. Kaya yang baru kenal sehari dua hari aja."
...
Sally dan Nagita sudah berada di mobil yang dikendarai Nagita. Sewaktu mau balik Sally teringat jika tadi ia meninggalkan topi di rumah Nagita.
"Kamu nginep aja ya, lagian besok masih libur." Sudut matanya melirik Sally.
"Lain kali aja deh, kakak pasti capek bolak balik Jakarta-Bogor." Tangan kiri Nagita dengan leluasa mengacak rambut Sally.
"Sotoy kamu mah," Sedangkan Sally sudah mengumpat kesal rambutnya diacak acak.
"yang kuat Sal. Kamu harus jadi panutan Yaya, jangan lupa harus berbakti ke Ibu. Apapun yang terjadi, sekarang kamu tumpuan keluarga."
Tangannya meraih tangan Sally. Digenggamnya halus. Menyalurkan kekuatan yang ia punya.
"Penat itu wajar. Tapi inget sebagaimanapun capeknya kamu, jangan menyerah atas mereka. Kamu boleh dateng ke aku. Kita bisa cerita, sharing, atau kalo perlu kita refreshing ke luar."
Wejangan Nagita sedikit banyak mempengaruhi Sally. "Coba aku punya kakak kaya kamu."
❐ Mission Completed