5

2.7K 327 52
                                    

Aku menatap horor botol yang berada di tengah-tengah kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap horor botol yang berada di tengah-tengah kami. Sambil menikmati segelas pinot noirku aku menunggu Rod memutar botol itu.

"Aku harap kau menjadi orang pertama, Kelsey" ia menyeringai kepada Tamara. Tamara membalasnya dengan memutar mata.

Rod mulai memutar botolnya dan botol itu mengarah kepada Jackson. Aku menahan senyum geliku melihat reaksinya, dia sialan tampak ketakutan.

"Aku pikir kau harus memilih truth, Jack" bisik Malin di telinganya.

Jackson menghela nafas berat, "itu tidak adil"

"Siapa bilang?" Jackson menjadi pucat melihat sebelah alis Malin yang terangkat. Well aku pikir otot dan tato di tubuhnya menangis melihat Jackson yang menjadi ciut di hadapan istrinya, mereka merasa tidak berguna ada di sana.

"Baiklah, truth" kata Jackson, menyerah.

Malin menyeringai puas.

"Apakah kau yang mengundang Chelsea datang ke pernikahan kita?" tanya Malin. Oh wow, mereka masih berdebat soal kehadiran Chelsea? itu sudah lama sekali.

"Sudah kukatakan berulang kali aku tidak mengundangnya, kau bisa tanya langsung kepada John!" pekik Jackson. Aku terkekeh pelan.

"Aku tidak percaya kepada John, dia adikmu" Malin bersedekap.

"Malin, aku bersumpah aku tidak mengundang wanita itu ke pernikahan kita, dia datang tanpa undangan kau tahu sendiri bagaimana Chelsea 'kan?"

"Jackson benar, Malin" tambahku.

Malin akhirnya mengangguk percaya dan meninggalkan kecupan yang ringan di pipi suminya, "Baiklah aku percaya kepadamu"
ucapnya.

Jackson memutar mata seolah-olah ia tidak yakin Malin sudah mempercayainya dan  akan berhenti membahas hal ini lagi. Aku juga tidak yakin, wanita selalu mengungkit-ungkit masalah yang telah berlalu sebagai koin keberuntungan ketika bertengkar 'kan?

Botol kembali diputar dan kali ini botol berhenti dan mengarah kepada Tamara. Tubuhku ikut menegang melihat gadis itu mendapatkan gilirannya dalam waktu yang cepat, aku punya satu pertanyaan tapi pertanyaan itu hanya dapat aku simpan di dalam benakku.

"Jadi, truth or dare?"

Tanpa merasa ragu Tamara menjawab, "Truth"

"Woah, Kelsey!" gadis berambut merah itu berseru.

"Jangan macam-macam Cara!" sahut Tamara.

"Santailah ini pertanyaan yang sederhana. Apa sesuatu yang pernah kau lakukan kemudian kau sesali hingga saat ini?"

Tamara terdiam dan matanya bergeser kepadaku. Jantungku berdebar dengan sangat kencang saat mata hazel yang indah itu menyorotku dingin, aku senang ia kembali menatapku meski dengan cara yang buruk sekali pun.

Chased by John (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang