When Our Eyes Meet

835 121 2
                                    

little warning: cerita ini slow update yaa karena aku kerja+kuliah juga:")

tapi aku bakal berusaha update sesering yang kubisa kok!

okay then enjoyy~~~~


__________________________________________


"Jimin?"

"Iya?"

"Jimin sayang, terimakasih. Ibu harap anak ibu ini bisa menyiapkan diri tanpa hambatan. Jika membutuhkan sesuatu, beri tahu ibu. Akan ibu bantu sebisa ibu."

"Terimakasih, ibu. Aku baik-baik saja, dan aku sudah menyiapkan diriku sebaik mungkin untuk pernikahan ini. Aku sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan.."

"Jungkook. Jeon Jungkook."

"Ah, iya. itu dia namanya."

"Pastikan kau mengingatnya. Itu nama suamimu nanti."

"Maaf, bu. Aku hanya masih belum terbiasa."

"Tentu, sayang. Tidak perlu meminta maaf."

"Hmmm.. jadi apa aku benar-benar akan bertemu dengannya malam ini?"

"Tentu. Ibu lihat anak ibu sudah siap untuk pergi. Apa kita bisa pergi sekarang? Ayahmu menunggu di mobil."

"Sebentar, bu. Aku akan menyusul setelah merapikan ini."

Mata Jimin menunjukkan kasurnya yang berantakan sebab beberapa saat lalu dia membongkar semua isi lemarinya untuk mencari pakaian yang pantas untuk dia kenakan saat bertemu calon suaminya nanti. Bukan berarti jika dia tidak sepenuhnya setuju dengan perjodohan ini, dia bisa bersikap seenaknya bukan? Jimin terlahir dan dibesarkan untuk menjadi pria terhormat dan berpendidikan tinggi. Jadi begitulah dia akan bersikap.

"Ah.. baiklah. Ibu tunggu di mobil. Berusahalah untuk cepat menyelesaikan ini."

"Tentu. Jangan khawatir."

Dengan berakhirnya percakapan mereka, ibunya meninggalkannya sendirian di kamar untuk menyelesaikan apapun itu yang ingin dia selesaikan.


***


Perjalanan menuju restoran yang menjadi titik temu antara kedua keluarga itu terasa begitu hening hingga menyiksa dada Jimin. Terlalu hening hingga dia dapat mendengar detak jantungnya sendiri. bukan karena dia ingin menemui seseorang yang sangat dia cinta, fakta bahwa dia akan menikahi seseorang yang akan segera dia temui sepertinya membuatnya sangat gugup. Bagaimana tidak? Bisa saja calon suaminya adalah pria paruh baya yang berwajah mesum, atau berwajah garang dengan karakter kasar. Karena bagaimana pun juga, Jimin masih tidak dapat mencerna semuanya dalam otaknya. Jika anak sahabat ayahnya itu adalah pria normal yang memiliki wajah menjamin, tentu dia tidak perlu dijodohkan. Akan banyak yang berbaris untuk menjadi istrinya atau suaminya. Dalam logika siapapun, seorang pria dengan wajah dan harta yang menjamin tidak akan kesulitan mendapatkan jodoh.

"Jimin?!"

"Hah- mm iya?"

"Ada apa? Dari tadi sepertinya fokusmu tidak baik. Sudah berkali-kali ayah memanggilmu."

"Oh.. tidak ada. Ayah tadi bilang apa?"

"Nanti berusahalah untuk mengimbangi Jungkook. Karena menurut info yang beredar, dia adalah anak yang terlalu fokus pada intinya dan tidak suka berbicara jika bukan karena hal penting."

Tumble Like A Stone ㅡ Jikook/KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang